Thursday, 7 July 2016

BUDIDAYA BELUT



Pengembangan budidaya belut Monopterus albus secara intesif belum banyak dilakukan.
Keterbatasan pengembangan belut tersebut diduga akibat masih relatif mudah mendapatkan belut dari hasil tangkapan alam dan belum adanya pengembangan teknologi budidaya yang dapat diaplikasikan di masyarakat.

Pada perekayasaan ini, dilakukan uji adaptasi belut pada wadah terkontrol dan pemeliharaan belut pada bak plastik dan hapa yang disimpan dalam kolam.
Bak plastik hanya menggunakan air tanpa menggunakan media lumpur sedangkan hapa dipasang menggantung di dalam kolam.
Selama pemeliharaan belut diberi campuran makanan buatan dan makanan alami.
Hasil kegiatan menunjukkan belut dapat beradaptasi pada air bersih dengan beragam bahan pelindung, diantaranya potongan pipa paralon, tanaman air, serat karung dan tanpa pelindung.
Belut juga dapat dipelihara pada wadah bak plastik dan hapa.
Selama pemeliharaan, belut tidak menunjukkan respon stress berdasarkan indikasi warna tubuh dan kadar glukosa darah.
Pemeliharaan pada hapa berpeluang untuk terus dikembangkan dibandingkan pada bak plastik berdasarkan tingkat kelangsungan hidup yang dicapai.

Dengan adanya tehnik terbaru ini para pembudidaya belut sudah tidak pusing-pusing mencari "pelepah pisang, jerami, lumpur, kotoran sapi dan lain-lain, kita sudah tidak repot lagi untuk melakukan bokashi dan menfermentasikan-nya.

Secara Teknis:
Sejauh kebiasaan makan bisa diadaptasikan dan kebutuhan pakan bisa disuplay secara terkontrol, seharusnya pembesaran belut di air bersih dapat dilakukan. hanya saja, kontrol terhadap kemungkinan serangan penyakit akibat proses adaptasi harus benar-benar diamati dan dijaga. 

Keuntungan:
Dengan pembesaran belut pada air bersih, jumlah yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang berhubungan dengan penambahan bobot, dapat selalu terkontrol sehingga target produksi bisa lebih terealistis dan untuk jumlah penebaran bibit belut di air bersih bisa lebih besar, bisa 10 bahkan sampai 30 kali lipat dibanding dengan penebaran benih di media lumpur.

Walau masih banyak orang yang tidak/belum percaya dengan adanya Ilmu terbaru ini belut bisa hidup dan bisa dibesarkan di 100% air bening tanpa lumpur, mungkin karena mereka belum pernah melihat dan belum pernah mencobanya karena belum tahu tehnik-tehnik dalam melakukan Budidaya Belut di Air Bersih.


Keunggulan dan Kelebihan Bidudaya Belut Di Air Bersih

• Belut Mudah Dikontrol
Budidaya belut di Media Air Bersih tanpa lumpur terbilang lebih effektif dibandingkan dengan budidaya belut di media lumpur.
Khususnya kemudahan dalam melakukan pengontrolan terhadap belut yang dibesarkan, selain itu jika ada belut yang terlihat sakit atau mati, akan mudah terlihat sehingga bisa segera diambil dari kolam budidaya.

• Penebaran Benih Belut Lebih Banyak
Budidaya Belut dengan media air bersih memungkinkan pembudidaya untuk meningkatkan jumlah belut yang di besarkan di kolam hingga bisa mencapai 30 kali lipat per m2 di banding budidaya belut di media lumpur.
Hal ini dapat di lakukan karena di media air bersih, fungsi lumpur sebagai alat perlindungan/persembunyian bagi belut, sedangkan budidaya belut di air bersih peranan tubuh belut itu sendiri bisa di jadikan tempat perlindungan/persembunyian bagi belut itu sendiri sebagai pengganti lumpur.

Dalam Budidaya belut di air bersih berdasarkan uji coba, untuk ukuran 1 m2 bisa ditebar benih belut 30 kg, sedangkan di media lumpur penebaran benih untuk ukuran 1 m2 hanya bisa kita tebar 1 kg maksimal 1,5 kg.
Jika penebaran melebihi angka tersebut pertumbuhan belut akan terganggu, bahkan bisa terjadi saling nyerang menyerang antar belut untuk berebut wilayah hidupnya.
Sehingga tingkat kematian belut di media lumpur akan semakin tinggi.

• Meminimalkan Angka Kanibalisme
Seperti binatang-binatang lainnya, belut yang dibesarkan di dalam air yang berlumpur terutama belut jantan atau belut yang sudah mencapai umur 6-8 bulan, akan memperlakukan habitat tempatnya bernaung sebagai daerah kekuasaannya. bila merasa terusik oleh belut yang lain dan daerah kekuasaannya terancam, belut tersebut akan saling serang menyerang.
Hal itulah yang menyebabkan tingginya angka kematian pada belut yang kita pelihara di media air berlumpur.
Namun, dalam hal ini tidak akan terjadi pada belut yang dipelihara di media air bersih tanpa lumpur, karena antara belut satu dengan yang lainya justru saling membutuhkan, dalam metode budidaya belut di air bersih, badan belut adalah sebagai tempat untuk saling melindungi dan sebagai tempat persembunyian.

• Lebih Effisien Dan Effektif
Belut yang sudah kita kenal dengan gaya hidupnya yang selalu bersembunyi di dalam lumpur yang berair.
Namun hal yang sebenarnya dimana ada lobang belut yang masih ada belutnya disitu pasti akan terdapat air yang jernih.
Dengan adanya hal tersebut berarti syarat hidup belut adalah di air jernih (air bersih) dan tanpa lumpur pun masih bisa hidup dan bisa dibesarkan.
Budidaya belut di air jernih tanpa lumpur memungkinkan para pembudidaya tidak akan kerepotan karena harus mencari jerami, debog pisang ataupun lumpur sebagai medianya namun dengan budidaya belut di air bersih cukup dengan air yang jernih saja dan dalam budidaya belut di air bersih juga akan menghemat lahan karena dalam pembikinan kolam dengan media air bersih, bisa disusun menjadi 3 tingkat atau lebih.

Dalam pemberian pakan di media air bersih juga tidak mubadzir karena setiap kita tebar pakannya, belut akan melihat sehingga belut akan langsung memangsanya.

Beberapa Faktor Utama yang harus kita perhatikan dalam Budidaya Belut di air bersih, antara lain :

AIR
Air Dalam Budidaya belut di air bersih, air adalah faktor utama yang sangat berpengaruh pada perkembangan belut.
Jika air yang kita gunakan dalam budidaya belut tidak rutin di kontrol maka akan sangat mempengaruhi pada perkembangan belut kita.
Air yang bagaimana yang layak digunakan Budidaya belut air bersih?
Air yang layak digunakan dalam budidaya belut di air bersih adalah air yang jernih, memiliki suhu antara 25-28 derajat C, air yang tidak mengandung zat-zat kimia berbahaya.
Air yang kurang layak/tidak bagus (Rasain loe BAGUS..!!!) untuk budidaya belut di air bersih air PDAM karena banyak mengandung kaporit, air yang langsung diambil dari sumur bor karena sangat minim kandungan oksigennya dan air limbah.
Usahakan dalam melakukan budidaya belut di air bersih, kolam harus ada sirkulasi air walau dengan debit yang sangat kecil, ada yang masuk dan ada yang keluar.

Dengan adanya aliran air kedalam kolam budidaya maka akan menambah kandungan oksigen didalamnya sehingga sangat berpengaruh dalam untuk perkembangan serta pertumbuhan belut dan kita juga tidak terlalu repot untuk penggantian air.
Jika kolam budidaya belut tidak ada sirkulasi air dan pembuangan, air akan cepat kotor/keruh, maka kita harus sering mengganti air paling tidak selama 2 atau 3 hari sekali.
Jika air sudah kotor/keruh dengan indikasi warna kuning kecoklatan, air harus segera kita ganti tapi beda dengan kotoran yang mengendap di dasar kolam, walau di dasar kolam sudah terdapat endapan tapi airnya masih jernih, air masih layak kita gunakan, asal endapannya tidak terlalu tebal.

PAKAN
Pakan juga termasuk salah satu faktor yang sangat penting untuk perkembangan serta pertumbuhan belut.
Berilah pakan secukup mungkin, usahakan jangan sampai kekurangan atau jangan berlebihan dan berilah pakan yang paling disukai belut, jika dalam pemberian pakan pada belut terlalu banyak bisa mengakibatkan air cepat kotor dan bisa mengakibatkan effek negatif pada belut, sehingga belut mudah sakit dan lama kelamaan bisa mengakibatkan kematian.
Jika pemberian pakan pada belut kurang, maka bisa menimbulkan sifat kanibalisme pada belut kita dan kita juga akan rugi karena pertumbuhannya akan lama.

Selama belut masih mau makan dengan pakan tersebut jangan beralih ke pakan yang lain secara total, kecuali belut mau makan dengan pakan yang kita berikan, jika belut tidak mau makan dengan pakan yang kita berikan, kembalilah kepakan yang sebelumnya.

Jenis-jenis pakan belut antara lain:
Cacing Lor
Cacing Sutra
Cacing
Lumbricus
Ikan Cere
Ikan Cithol
Ikan Guppy
Anakan Ikan Mas
Berudu
Lambung katak
Keong Mas
Ulat Hongkong
Dan masih banyak yang lainnya.

BIBIT
Pemilihan bibit belut berkualitas adalah salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan budidaya belut.
Umumnya bibit belut yang ada saat ini sebagian besar masih merupakan hasil tangkapan alam.
Karena itu, teknik penangkapan bibit dari alam menentukan kualitas bibit.
Bibit yang ditangkap dengan cara alami menggunakan perangkap, seperti bubu, merupakan bibit yang cukup baik karena tidak mengalami perlakuan yang menurunkan kualitasnya.

Sebaliknya, bibit yang diperoleh dengan cara tidak baik seperti disetrum bukan termasuk bibit berkualitas.
Bibit seperti ini pertumbuhannya tidak akan maksimal.
Lebih baik lagi jika bibit yang digunakan berasal dari hasil budidaya.
Ukurannya akan lebih seragam dan jarang terserang penyakit seperti yang mungkin terjadi pada belut hasil tangkapan alam.
Sayangnya, bibit belut hasil budidaya untuk saat ini masih sangat sedikit.

Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan terkait bibit belut yang berkualitas:

1. Bibit yang digunakan sehat dan tidak terdapat bekas luka
Luka pada bibit belut dapat terjadi akibat disetrum, pukulan benda keras, atau perlakuan saat pengangkutan.
Umumnya, bibit yang diperoleh dengan cara disetrum cirinya tidak dapat langsung terlihat, tetapi baru diketahui 10 hari kemudian.
Salah satu ciri-cirinya terdapat bintik putih seperti garis di permukaan tubuh yang lama-kelamaan akan memerah dan pada bagian dubur berwarna kemerahan.
Bibit yang disetrum akan mengalami kerusakan syaraf sehingga pertumbuhannya tidak maksimal.

2. Bibit terlihat lincah dan agresif
Bibit yang yang selalu mendongakan kepalanya keatas dan tubuhnya sudah membalik sebaiknya diambil saja karena belut yang sudah seperti ini sudah tidak sehat dan lama kelamaan bisa mati.

Belut yang sehat mempunyai ciri-ciri: tenang tapi lincah, belut akan mengambil oksigen keatas dengan cepat kamudian kembali kebawah lagi.

3. Penampilan sehat yang dicirikan, tubuh yang keras dan tidak lemas pada waktu dipegang.
Pada waktu kita memegang belut tentunya kita akan bisa merasakan keadaannya, bila belut tersebut bila kita pegang tetap diam/lemas atau tidak meronta/tidak ada perlawanan ingin lepas, sebaiknya belut dipisahkan, karena belut yang seperti ini kurang sehat.
Dan sebaliknya jika kita pegang badannya terasa keras dan selalu meronta ingin lepas dari genggaman tangan kita, belut yang mempunyai ciri seperti ini layak kita budidayakan.

4. Ukuran bibit seragam dan dikarantina terlebih dahulu
Bibit yang dimasukkan ke dalam wadah pembesaran ukurannya harus seragam.
Hal ini dilakukan untuk menghindari sifat kanibalisme pada belut.
Bibit yang berasal dari tangkapan alam harus disortir dan dikarantina.
Tujuannya untuk menghindari serangan bibit penyakit yang mungkin terbawa dari tempat hidup atau kolam pemeliharaan belut sebelumnya dan untuk pemilihan belut yang sehat dan tidak sehat.
Caranya adalah dengan memasukkan bibit belut ke dalam kolam atau bak yang diberi air bersih biarkan belut tenang dulu, kurang lebih 1 jam kemudian berilah kocokan telur dicampur dengan Bioboost, 1 jam kemudian penggantian air dilakukan dan biarkan belut sampai benar-benar tenang diamkan kurang lebih 1 hari 1 malam kemudaian masuk bibit ke kolam pembesaraan.

KEPADATAN
Kepadatan penebaran bibit dalam pembesaran jenis ikan sangatlah mempengaruhi pada perkembangan pertumbuhan dan tingkat kematian, misal: dalam pembesaran jenis-jenis ikan seperti lele, gurame, nila dll, kalau penebarannya terlalu padat, waktu pembesaran bisa terhambat walau pemberian pakan sudah sesuai dengan ukurannya dan juga bisa mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi.
Namun metode pembesaran Belut di media air bersih ini sangatlah berbeda dengan penebaran bibit jenis ikan yang lainnya.
Kepadatan penebaran bibit belut sangat berperan penting pada pertumbuhan dan tingkat kematian.
Kepadatan penebaran bibit belut untuk pertumbuhan, tergantung dalam proses pemberian pakan dan untuk tingkat kematian justru bisa meminimalkannya.


MEMPERSIAPKAN PEMBESARAN

LANGKAH AWAL
Langkah awal untuk melakukan usaha budidaya belut di air bersih adalah memelihara pakan, dalam melakukan usaha budidaya belut.
Jika kita tidak ingin mengalami kendala terutama masalah pakan dan kita juga akan bisa mengurangi biaya operasional usaha ini, lakukanlah langkah awal ini yaitu 3 atau 4 bulan memelihara pakannya terlebih dahulu sebelum kita menebar bibit belut.
Karena selama ini kendala dari para pembudidaya belut baik yang menggunakan media lumpur maupun media air bersih adalah pada pemberian pakan yang tidak menentu karena mereka sebelumnya tidak mempersiapkan pakannya terlebih dahulu dan hingga kini pakan yang paling disukai belut adalah pakan dari alam, walaupun sudah ada pembudidaya belut dalam pemberian pakannya menggunakan jenis pelet, namun setelah dihitung-hitung hasil analisa usahanya masih sangat minim, padahal dalam setiap usaha tentunya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih, bukan malah membuang-buang duit atau tenaga kita..

Banyak pembudidaya belut yang masih meremehkan hal ini dan akhirnya mereka yang akan kerepotan sendiri karena setiap hari harus mencari pakan buat belut kalau tidak, mereka harus membeli pakannya, sehingga untuk biaya operasionalnya akan semakin membengkak untuk pembelian pakan.
Dengan kita memelihara pakan terlebih dahulu akan mudah menghitung jumlah panen dan analisa usahanya.

PERSYARATAN LOKASI
Secara klimatologis belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik.
Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.

Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kondisi kolam tidak beracun.
Suhu udara/temperatur optimal untuk pertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-28 derajat C.
Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil.

Belut adalah binatang air yang selalu mengeluarkan lendir dari tubuhnya sebagai mekanisme perlindungan tubuhnya yang sensitif.
Lendir yang keluar dari tubuh belut cukup banyak sehingga lama kelamaan bisa mempengaruhi derajat keasaman (pH) air tempat hidupnya.
pH air yang dapat diterima oleh belut rata-rata maksimal 7.
Jika pH dalam air tempat pembesaran telah melebihi ambang batas toleransi, air harus dinetralkan, dengan cara mengganti ataupun mensirkulasikan airnya.
Dengan demikian, kolam/tempat pembesaran harus dilengkapi dengan peralatan yang memungkinkan untuk penggantian atau sirkulasi air.

Ada beberapa macam tempat yang dapat digunakan untuk untuk budidaya belut di air bersih tanpa lumpur di antaranya :
kolam permanen (bak semen),
bak plastik,
tong (drum).

Dalam Budidaya Belut dengan menggunakan media lumpur dalam wadah/tempat dan ruangan 5X5 meter, hanya bisa dibuat untuk 1 kolam saja berbeda dengan Budidaya belut di air bersih dengan wadah dan ruangan 5X5 meter, bisa dikembangkan 3X lipat dari wadah budidaya itu sendiri, karena dalam budidaya air bersih kita hanya memerlukan ketinggian air 30 Cm, maka tempat budidaya kita bisa tingkat menjadi 3 susun atau 3 apartemen.


Aplikasi Bioboost dengan menggunakan metode aplikasi kolam terpal


Semoga bermanfaat....

Ngos-ngosan bikin materi ini soalnya si Bagus ikut-ikutan..
MZF

1 comment:

  1. Terimakasih guru.. Ilmu yang sangat bermanfaat.. Semoga pahalanya terus mengalir untuk Bpk MZF (alm)..Aamiin

    ReplyDelete