PERTANIAN ORGANIK
Sistem pertanian organik adalah sistem produksi holistik dan terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro ekosistem secara alami serta mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan.
Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara :
1. Menghindari penggunaan bibit/benih hasil rekayasa
genetika,
2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis,
3. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan
cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman,
4. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh dan pupuk
kimia sintetis,
5. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan
dipelihara dengan mengembalikan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan
mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman,
6. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif
sintetis dalam makanan ternak.
Pada dasarnya pertanian organik bertujuan untuk
mempertahankan kelestarian sumberdaya dan lingkungan, peningkatan nilai tambah
ekonomi produk pertanian dan pendapatan petani.
Penggunaan pupuk hijau, pupuk hayati, peningkatan biomasa,
penyiapan kompos yang diperkaya dan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit
secara hayati diharapkan mampu memperbaiki kesehatan tanah sehingga hasil
tanaman dapat ditingkatkan, tetapi aman dan menyehatkan manusia yang
mengkonsumsi.
Budidaya padi organik termasuk budidaya padi yang
menganut “System of Rice Intensification” (SRI).
Dalam proses produksinya budidaya padi organik adalah system
budidaya padi yang tidak menggunakan pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis.
Kesuburan tanah dipelihara melalui proses alami dengan
menggunakan pupuk kandang atau limbah pertanian yang dikomposkan.
TEKNIK BUDIDAYA PADI SECARA S.R.I. (System Rice
Intensification)
System of Rice Intensification
Adalah suatu teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan
produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan
unsur hara.
Pola tanam padi S.R.I telah menunjukkan hasil yang
menjanjikan pada semua varietas padi baik varietas lokal maupun varietas unggul
baru di berbagai negara.
Pola tanam S.R.I mengubah struktur tanaman padi yaitu
kerapatan tanaman, jumlah akar dan anakan.
Selain itu dalam S.R.I, tanaman padi dapat lebih produktif.
Prinsip-prinsip budidaya padi metode S.R.I
Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai
(hss), minimum bibit memiliki 3 plumula (daun pertama).
Bibit ditanam satu/dua pohon perlubang dengan jarak
25cm x 25 cm, 30 cm x 30 cm, 35 cm x 35 cm.
Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit)
dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal (seperti huruf
L).
Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode
tertentu dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/terputus).
Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali
dengan interval 10 hari.
Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk
hijau).
Menjaga keseimbangan biologi tanah.
Keunggulan metode SRI.
- Tanaman hemat air,
- Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan
air max 2 cm, paling baik
macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (Irigasi terputus).
macak-macak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (Irigasi terputus).
- Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha.
- Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan
biaya pindah bibit, tenaga tanam
kurang dll.
kurang dll.
- Hemat waktu, ditanam bibit muda 5 - 12 hss, dan waktu panen
akan lebih awal.
- Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11
ton/Ha.
- Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan
digantikan dengan mempergunakan pupuk
organik (kompos, kandang dan Mikroorganisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
organik (kompos, kandang dan Mikroorganisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
Budidaya padi secara SRI dapat dilakukan secara pure
organic atau semi organik.
Budidaya padi SRI secara pure organic tidak dapat
langsung diterapkan dari budidaya padi konvensional (high external input
agricultural).
Namun untuk menerapkan budidaya padi SRI
Pure organic terlebih dahulu melalui proses low
external input agricultural atau yang lebih dikenal semi organik.
Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang
dapat meningkatkan kesehatan tanah maupun kualitas ekosistem tanah dan produksi
tanaman.
Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada
penggunaan input yang dapat diperbaharui dan bersifat alami serta menghindari
penggunaan input sintesis maupun produk rekayasa genetika.
Sedangkan pertanian semi organik merupakan perpaduan antara
bahan kimia dan bahan organik.
Langkah awal untuk memulai SRI organik adalah dengan
mengembalikan jerami ke tanah.
Pengembalian jerami ke dalam tanah memiliki peranan sebagai
pupuk organik (kompos).
Kompos memiliki peranann memperbaiki sifat fisika dan kimia
tanah.
Pupuk organik mampu mempertahankan dan meningkatkan
kesuburan tanah.
Meningkatkan jumlah dan aktivitas metabolik jasad mikro di
tanah dan memadai serta mnemperbaiki penampilan tanaman sehingga meningkatkan
daya tahan tanaman atas penyakit dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
produksi.
Secara praktis, bahwa dalam SRI, pupuk organik yang digunakan
berupa pupuk kandang, kompos, dan pupuk organik cair (MOL).
Pupuk kandang dibuat dari kotoran ayam dan kotoran
domba/kambing.
MOL juga digunakan sebagai bibit pupuk organik cair yang
mengandung unsur cair yang dibuat dari hijauan seperti kalikiria, daun
kirinyuh.
Zat tumbuh adalah zatzyberelin yang terkandung dalam
rebung dan pucuk labu.
Keong terutama keong mas dan ikan sapu untuk kandungan
protein dan buah-buahan untuk kandungan vitamin.
Bahan-bahan tersebut dihaluskan dan dicampurkan dengan air
gula atau air kelapa, dan difermentasikan selama 15 hari. Satu liter air bibit
(larutan) dapat dicampur dengan 15 air untuk kemudian disemprotkan pada tanaman
padi.
Teknis Budidaya Padi secara SRI
A. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum tanam.
Adapun Tanah diolah sempurna dengan dibajak dan digaru.
Pada saat menggaru dan meratakan tanah, usahakan agar air
tidak mengalir di dalam sawah supaya unsur hara yang ada di tanah tidak hanyut.
Setelah tanah diratakan, buatlah parit di bagian pinggir dan
tengah tiap petakan sawah untuk memudahkan pengaturan air.
B. Persiapan Bibit
Persiapan bibit dimulai dengan menghitung kebutuhan benih
padi yang digunakan.
Kebutuhan benih untuk tanaman padi model SRI adalah 5-7 kg
per hektar lahan.
Benih sebelum disemai diuji dalam larutan air garam.
Benih yang baik untuk dijadikan benih adalah benih yang
tenggelam dalam larutan tersebut.
Kemudian benih telah diuji direndam selama 24 jam kemudian
ditiriskan dan diperam 2 hari.
Setelah itu, benih disemaikan pada tanah dan pupuk organik
atau kompos dengan perbandingan 1:1, benih semai siap ditanam ketika berumur
7-10 hari setelah semai.
Benih padi yang direndam dalam larutan air garam.
Bibit yang sudah siap di pindah tanam (minimal terdapat 3
plumula)
C. Penanaman
Adapun tahapan penanaman dalam S.R.I adalah sebagai berikut
:
1. Bibit siap dipindahkan ke lahan setelah mencapai umur
7-10 hari setelah semai.
2. Kondisi air pada saat tanam adalah “macak-macak” (Jawa)
atau kondisi tanah yang basah tetapi bukan tergenang.
3. Satu lubang tanam diisi satu bibit padi.
Selain itu, bibit ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2—3
cm dengan bentuk perakaran horizontal (seperti huruf L).
Dengan kondisi tanah sawah tidak tergenang air.
4. Jarak tanam yang digunakan dalam metode SRI adalah
jarak tanam lebar, misalnya 25 cm x 25 cm atau 30 cm x 30 cm.
Perbedaan Hasil Cara SRI dengan Konvensional
- Kebutuhan pupuk organik dan pestisida untuk padi organik
metode SRI dapat diperoleh dengan cara
mencari dan membuatnya sendiri.
mencari dan membuatnya sendiri.
- Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan
kotoran hewan, sisa tumbuhan
dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator MOL (Mikro-organisme Lokal) buatan
sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan berkhasiat sebagai pengendali hama.
dan sampah rumah tangga dengan menggunakan aktifator MOL (Mikro-organisme Lokal) buatan
sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan berkhasiat sebagai pengendali hama.
Dengan demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih efisien
dan murah.
- Penggunaan pupuk organik dari musim pertama ke musim
berikutnya mengalami penurunan
rata-rata 25% dari musim sebelumnya.
rata-rata 25% dari musim sebelumnya.
Sedangkan pada metode konvensional
- pemberian pupuk anorganik dari musim ke musim cenderung meningkat, kondisi ini akan lebih sulit
bagi petani konvensional untuk dapat meningkatkan produsi apalagi bila dihadapkan pada
kelangkaan pupuk dikala musim tanam tiba.
- Pemupukan dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi
tanah baik fisik, kimia maupun
biologi tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi lebih mudah dan murah.
- Sedangkan pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah
semakin kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan
semakin sulit.
biologi tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI menjadi lebih mudah dan murah.
- Sedangkan pengolahan tanah yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah
semakin kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan
semakin sulit.
Manfaat Sistem SRI
Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah sebagai
berikut :
- Hemat air (tidak digenang).
- Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara Konvensional.
- Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan
keseimbangan ekologi tanah.
- Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi
ahli di lahannya sendiri.
- Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan
pabrik yang semakin mahal dan terkadang
langka.
langka.
- Membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran
dan meningkatkan pendapatan
keluarga petani.
keluarga petani.
- Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi,
serta tidak mengandung residu
kimia mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang
kimia mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang
BUDIDAYA SECARA JAJAR LEGOWO 2:1
Cara tanam padi jajar legowo merupakan salah satu teknik
produksi yang memungkinkan tanaman padi dapat menghasilkan produksi yang cukup
tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman.
Jajar Legowo 2 : 1 adalah salah satu cara tanam pindah sawah
yang memberikan ruang atau barisan yang tidak ditanami pada setiap dua barisan
tanam, tetapi jarak tanam dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm tergantung dari
kesuburan tanahnya.
Tujuan dari cara tanam jajar legowo 2 : 1 adalah :
Memanfaatkan radiasi surya bagi tanaman pinggir.
Tanaman relatif aman dari serangan tikus, karena lahan lebih
terbuka.
Menekan serangan penyakit karena rendahnya kelembaban
dibandingkan dengan cara tanam biasa.
Populasi tanaman bertambah 30%.
Pemupukan lebih efisien.
Pengendalian hama penyakit dan gulma lebih mudah dilakukan
daripada cara tanam biasa.
Sistem Budidaya Padi Jajar Legowo 2:1
Mengembalikan Jerami Ke Dalam Sawah.
Pengembalian jerami ke dalam sawah merupakan salah satu
upaya mewujudkan pertanian organik.
Adapun pengembalian jerami ke dalam sawah berupa kompos
jerami.
Cara pembuatan kompos jerami adalah sebagi berikut:
Jerami ditumpuk dengan ketinggian mencapai 15-20 cm,
tumpukan dapat diulang sampai mencapai ketinggian +1 meter.
Pada setiap lapisan jerami dicipratkan larutan dekomposer.
Kondisi optimum jerami yang akan dikomposkan berada pada
kadar air 50-65%.
Bagian atas tumpukan jerami ditutup dengan plastik berwarna
gelap untuk mempertahankan kelembaban dan untuk menghindari tumpukan terguyur
hujan atau terkena panas matahari yang berlebihan.
Dilakukan pembalikan seminggu sekali.
Kompos akan matang pada umur 6-7 minggu.
Kompos yang matang berwarna kecoklatan dan tumpukan jerami
terlihat mengempis hampir setengahnya.
Kompos dibongkar dan diangin-anginkan.
Setelah diangin-anginkan maka bisa segera diaplikasikan ke
lahan.
No comments:
Post a Comment