Selama ini kita memahami yang disebut 1 tahun adalah dimulai
dari 1 Januari sampai 31 Desember atau dalam kalender Islam, dimulai dari 1
Muharam – 30 Zulhijah.
Di dalam dunia pertanian, ada kalender tersendiri mengenai
siklus 1 tahunan. Dalam bahasa pertaniannya disebut Musim Tanam (MT). MT
ini biasa sampai 3 kali sehingga 1 MT biasanya adalah 4 bulan.
Makanya sering disebut MT1 (musim hujan), MT2 (Musim Gadu)
dan MT3 (musim kering). MT ini akan sangat berkaitan dengan Pola Tanam.
MT dapat juga disebut Indeks Pertanaman (IP).
Sekarang ini sedang digencarkan IP400 untuk tanaman padi.
Artinya dalam 1 musim tanam dapat ditanam 4 kali menanam padi dalam 1 areal
yang sama. Untuk IP400 padi, cara ini ada kelebihan dan kekurangan. Tapi
menurut saya yang banyak justru kelemahannya.
Secara umum Pola Tanam di negara kita ada 3 :
- Pertama, Padi Padi Padi
- Kedua, Padi Padi Palawija
- Ketiga, Padi Palawija Padi
Dari ketiga pola tanam tsb, menurut pemahaman saya yang
terbaik adalah pola tanam Padi Padi Palawija.
Tetapi realitanya, ada juga yang seperti ini karena faktor
agroklimat.
- Padi Bera Bera
- Padi Padi Bera
- Padi Palawija Bera
Kapan Musim Tanam dimulai?
Secara umum biasanya MT1 di awali pada Bulan November. Boleh
dibilang MT1 identik dengan musim penghujan. Biasanya akan berakhir dengan
panen di pertengahan atau akhir Februari.
Untuk MT2 di mulai awal atau pertengahan Maret – akhir Juni.
Untuk MT3 diawali Bulan Juli – Akhir Oktober.
Dan begitu seterusnya.
Petani yang cerdas adalah petani yang memahami pola
tanam. Dengan memahami pola tanam yang baik maka hasil yang didapat akan
maksimal.
Bagaimana aplikasinya?
Ada petani yang di MT1 menanam padi Inpari 10 atau Padi Logawa, umur padi ini 108-116 hss.
Petani tsb panen diumur 115 hss.
Kemudian, dia panen. Sesaat setelah panen, dia sudah
mempersiapkan tempat persemaian dan menyebar benih.
Di MT 2, dengan waktu yang terbatas antara penjemur gabah
dan mengolah tanah, benih dapat di sebar pada pekan ke dua bulan maret.
Petani tsb memakai Inpari 13 yang berumur 103 hss.
Di awal Juli inpari 13 dipanen. Setelah dipanen,
jerami dikumpulkan di suatu tempat.
Di MT3, petani menanam komoditas tanaman pangan, kedelai
misalnya. Sehabis MT 2, petani tak usah mengolah lahan sebab bekas panen tanaman
padi bisa langsung ditugal.
Jadi jarak tanam tinggal mengikuti alur jarak tanam tanaman
padi.
Untuk varietas, petani ini memilih kedelai Grobogan, umur
polong masak sekitar 76 hari.
Setelah itu, dibiarkan tua di tanaman sekitar 1-2 pekan.
Untuk kedelai ini menghabiskan waktu sekitar 3 bulan.
Di awal bulan september, petani bisa istirahat sambil
menikmati hasil kedelai yang bisa mencapai hasil 2,5 ton/ha.
Bayangkan bila dapat 2 ton/ha saja, harga kedelai lokal bisa
mencapai 6.000–6.500/kg. Kalau harga 6.000 saja berarti 12 juta kotor sudah di
tangan.
Menanam Kedelai tanpa Olah Tanah
Ada petani yang cerita pada saya, di MT3 dia tanam
kedelai tanpa olah tanah dan tanpa pemupukan kimia sama sekali sebab sisa
hara di sawah masih banyak.
Bahkan tanpa dipernah disiram hanya mengandalkan hujan
rintik-rintik. Petani cuma ini pakai Bioboost 4X aplikasi.
Berapa hasilnya?
Hasilnya min. 3 Ton/ha dengan harga jual saat itu 6.500/kg.
Bagaimana tidak “nyayur” tuh petani dapat 19,5 juta kotor
dari kedelai.
Setelah itu, petani siap-siap memasuki MT-1 berikutnya
begitu musim hujan turun.
Apalagi lahan yang habis dipakai menanam kedelai dapat
menambat hara N (bakteri rhizobium), kemudian sisa-sisa penen kedelai bisa
dimasukan lagi ke dalam sawah atau untuk pakan ternak.
Jadi sesungguhnya Petani bukannya tidak punya modal atau
uang..
Yang ada hanyalah...?
MALAS DAN TIDAK MAU BELAJAR..!
No comments:
Post a Comment