Artinya, tanah yang subur belum tentu sehat, sebaliknya
tanah yang sehat belum tentu subur.
Tanah mempunyai peranan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya akar tanaman, tempat persediaan udara bagi pernapasan akar,
tempat persediaan unsur-unsur makanan bagi tumbuhan, tempat persediaan air bagi
tumbuh-tumbuhan dan tempat berkembangnya mikro dan makroorganisme yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman.
Untuk dapat menjalankan perannya itu dengan sempurna maka
tanah selain harus subur juga harus sehat.
Lalu apa beda kedua kata itu?
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung
pertumbuhan tanaman dengan sifat kimia, fisika, dan biologi yang dimilikinya.
Sedangkan kesehatan tanah bisa diartikan, suatu keadaan tanah
yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara sehat tanpa adanya gangguan
apapun.
Beberapa faktor penyebab menurunnya kesuburan tanah di
antaranya yaitu penyerapan zat hara oleh tanaman, penguapan elemen hara ke
atmosfer, resapan ke dalam tanah, dan terjadinya erosi.
Sedangkan faktor-faktor penyebab menurunnya kesehatan tanah
di antaranya, tidak pernah diberi bahan organik, pemakaian pupuk yang
berlebihan, terjadinya pencemaran bahan kimia berbahaya seperti pestisida
kimia, melakukan pembakaran di atas lahan yang berakibat rusaknya tekstur tanah
dan juga erosi.
Dari pemahaman itu, kita bisa menilai betapa pentingnya
upaya untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kesuburan dan kesehatan tanah
pada para petani.
Mereka seharusnya mengetahui, selain harus subur, tanah juga
harus sehat dan tidak sakit.
Berbagai upaya untuk membuat tanah tetap subur dan sehat
harus disosialisasikan pada para petani agar mereka bisa lebih optimal
mengelola lahannya.
Salah satu hal terpenting adalah menyebarluaskan pemahaman
tentang cara dan aplikasi pemupukan yang baik dan benar, karena pemupukan
menjadi salah satu variabel menentukan yang akan membuat tanah menjadi subur
dan sehat.
Pemupukan yang salah akan membuat tanah menjadi sakit
sekaligus bisa menyusut kesuburannya.
Sayangnya pemahaman itu sering diabaikan para petani karena
cara berpikir mereka yang cenderung instan. Mereka tidak lagi berpikir jangka
panjang tentang prospek kesuburan dan kesehatan tanah yang akan membuat tanah
bisa memberi hasil lebih berlimpah.
Contoh paling mudah, penggunaan pupuk organik yang baru bisa
menunjukkan hasil setelah tahun ketiga bahkan keempat setelah aplikasi.
Karena hasilnya tidak langsung tampak maka banyak petani
enggan menggunakan pupuk organik.
Demikian juga ketika petani disarankan ‘memasukkan’ jerami
sisa panen ke tanah sawah, kebanyakan mereka enggan bahkan tidak mau karena
dinilai merepotkan bahkan mengganggu proses pengolahan tanah.
Padahal sesungguhnya jerami itu bisa menjadi pupuk yang
membuat tanah menjadi lebih subur dan sehat, sekaligus dapat mengurangi biaya
pemupukan.
Tampaknya memang masih dibutuhkan waktu untuk membuat petani
lebih memahami arti pentingnya tanah yang subur dan sehat.
Go Green - Go Freedom
No comments:
Post a Comment