Wednesday 27 June 2018

PENYAKIT MASTITIS PADA KAMBING DAN SAPI



Buat yang saat ini sedang beternak Kambing maupun Sapi betina terutama yang baru bunting, sepertinya materi ini sangat penting buat dibaca karena ternak yang habis beranak biasanya sangat rentan terserang penyakit Mastitis.

Apa sih sebenarnya Mastitis itu..?
Mastitis adalah penyakit yang menyerang kelenjar susu ternak yang ditandai dengan pembengkaan dan kesakitan pada ambing susu.

Meski demikian ada juga yang disebut dengan Mastitis subklinis yakni Mastitis yang tidak disertai gejala sakit sehingga hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan laboratorium.

Mastitis menyerang ternak pada masa produksi susu maupun pada masa kerig (dua minggu setelah penghentian pemerahan atau dua minggu sebelum melahirkan).
Waktu yang paling rawan adalah beberapa hari setelah melahirkan.
Mengapa..?
Karena pada masa ini umumnya kondisi tubuh ternak sedang turun karena sedang dalam pemulihan pasca melahirkan sehingga kemampuan tubuh melawan infeksi menjadi berkurang apalagi pada ternak yang sudah tua (beranak lebih dari 5 kali).
Jadi pemberian multivitamin sangat penting pada masa ini.

PENYEBAB
Mastitis pada ternak Kambing dan Sapi disebabkan oleh Bakteri dan Jamur.
Beberapa jenis Bakteri yang dikonfirmasi sebagai penyebab Mastitis adalah :
- Staphylococcus aureus
- Staphylococcus epidermidis
- Streptococcus dysgalactiae
- Streptococcus agalactiae
- Streptococcus uberis
- Klebsiella
- Escherichia colli

Sedang dari golongan Jamur adalah :
- Actinomyces sp
- Candida sp

Bakteri yang sering ditemukan pada kasus Mastitis subklinis adalah :
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus agalactiae
- Escherichia colli

Apa sih nilai penting kita mengetahui jenis-jenis mikroba penyebab Mastitis..?
Nilai pentingnya adalah kita bisa memperkirakan langkah-langkah pengobatan yang akan kita ambil nantinya.

Jika penyebabnya adalah Jamur maka akan percuma kita memberikan antibiotik dan juga perlu diketahui tidak semua Bakteri sensitif (bisa diberantas) dengan salah satu jenis antibiotik

PATOGENESIS
Bagaimana infeksi terjadi pada ambing..?
Untuk bisa memahami bagaimana terjadinya infeksi pada ambing maka ada baiknya kita mengetahui bagaimanakah struktur anatomy dari ambing ternak.

Ambing pada ternak disusun oleh beberapa bagian :

A. Puting
1. Streak canal/lubang puting
2. Sphincter muscle/klep
3. Teat cistern/rongga puting

B. Penampung Susu (Gland Cistern)

C. Kelenjar Susu
1. Lobe/kelenjar susu
2. Ductus/saluran susu

Ada dua jalan untuk terjadinya infeksi pada ambing (kantong susu) :

Yang pertama adalah infeksi dari luar tubuh yang kedua adalah dari dalam organ tubuh yang terinfeksi yang menyebar melalui pembuluh darah/limfe (jarang terjadi).

Infeksi dari luar tubuh dimulai dari masuknya mikroba ke dalam ambing melalui lubang puting (teat canal) yang terbuka karena diperah atau disusu anaknya.
Infeksi dimulai pada rongga bagian bawah ambing yang kemudian apabila tidak diobati akan menyebar ke atas dan mengakibatkan infeksi yang lebih parah.

Perbedaan lokasi infeksi dan jenis bakteri akan menghasilkan gejala yang berbeda secara klinis maupun laboratoris.

Pada dasarnya ambing telah dibekali mekanisme pertahanan berupa spincter atau klep yang dapat menutup setelah diperah atau disusu namun proses penutupan ini membutuhkan beberapa waktu.
Pada jeda inilah tingkat kerawanan infeksi meningkat, sehingga pada prosedur baku pemerahan biasanya dianjurkan untuk mencelup puting susu dengan antiseptik (alkohol 70% atau povidon iodin 1%) setiap kali selesai pemerahan.

Jalur infeksi yang kedua adalah melalui saluran darah, infeksi ini terjadi pada Mastitis yang disebabkan oleh bakteri Brucella abortus yang menyebar dari organ reproduksi.

TANDA KLINIS
Sebelum berbicara tentang tanda klinis Mastitis ada baiknya kita mengetahui beberapa pembagian Mastitis.

1. Berdasarkan onset (proses kejadian) penyakit Mastitis dibagi menjadi Mastitis perakut, akut dan kronis.

2. Berdasar tampak tidaknya gejala Mastitis dibagi menjadi Mastitis klinis dan subklinis (tidak tampak).

Secara umum Mastitis ditandai dengan pembengkakan salah satu kuartir/bagian ambing kanan atau kiri, jarang terjadi dua-duanya/keempat-empatnya (Sapi), ambing menjadi keras, memerah, panas dan sakit saat disentuh.
Bila diperah maka susu akan berubah menjadi bening dan encer, saat sudah lanjut susu akan menjadi pecah/berjonjot dan kadang disertai darah.

Pada Mastitis perakut gejala klinis akan berlangsung cepat dan dalam satu hari bisa diikuti dengan kematian (terutama pada Kambing), umumnya penyakit berlangsung akut (1-3 hari) sehingga dengan pengamatan yang cermat dapat segera ditangani.
Sedangkan pada Mastitis kronis biasanya gejala klinis tidak begitu mencolok namun diikuti dengan perubahan jaringan menjadi jaringan ikat atau kematian kelenjar susu.

Langkah Pemeriksaan Mastitis Secara Mandiri

1. Lakukan restrain atau pengekangan dengan tali, tujuannya agar hewan tidak berontak dan untuk menjaga keamanan pemeriksa.

2. Amati dari jarak dekat perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada ambing.
Perubahan bisa berupa pembengkakan atau perubahan warna kulit ambing.

3. Raba ambing dan lakukan sedikit tekanan, perhatikan ada atau tidak respon rasa sakit dan rasakan apakah ambing berubah menjadi keras atau tidak.

4. Selanjutnya coba lakukan pemerahan pada ambing yang dicurigai mengalami Mastitis, lihat apakah ada perubahan pada bentuk cairan susu seperti berubah menjadi encer, berjonjot atau bercampur dengan darah.

Apabila dengan pemeriksaan tersebut tidak ditemukan tanda Mastitis tapi produksi susu menurun bisa jadi ternak mengalami Mastitis subklinis.

Pada Mastitis subklinis penyakit dapat diketahui dengan pemeriksaan jumlah sel somatik yang ada pada susu di laboratorium.

Kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit Mastitis :

Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh Mastitis meliputi penurunan produksi susu/kuartir, penurunan kualitas susu yang mengakibatkan penolakan, peningkatan biaya perawatan dan pengobatan, pengafkiran ternak lebih awal dan pembelian ternak baru.

Langkah yang dinilai paling tepat dalam mensikapi kasus Mastitis pada ternak adalah dengan langkah pencegahan.

Langkah Pencegahan Mastitis

Mastitis adalah penyakit yang umum terjadi pada ternak betina terutama ternak yang dimanfaatkan hasil susunya.
Mastitis dapat dicegah atau diminimalisir dengan menerapkan beberapa langkah berikut :

1. Peningkatan sanitasi kandang, dilakukan dengan cara menyemprot kandang/membersihkan kandang beberapa saat sebelum dilakukan pemerahan.
Kandang diupayakan selalu dalam keadaan bersih dan kering.

2. Penerapan higiene pemerahan susu yang baik, seperti pencucian ambing sebelum dan sesudah pemerahan dengan kain yang bersih dan tidak dipakai bergantian dengan ternak lainnya, dipping atau pencelupan puting susu setelah diperah dengan iodin 1%, menjaga kebersihan tangan atau mesin perah.

3. Peningkatan kualitas kesehatan ternak dengan cara memberikan pakan yang cukup dan pemberian multivitamin mineral terutama pada masa-masa kritis/resiko tinggi seperti pasca beranak atau pasca ditransportasikan.

Apabila langkah pencegahan telah diterapkan dengan baik namun kasus tetap muncul maka perlu dilakukan langkah pengobatan.
Dalam pengobatan Mastitis ada beberapa hal yang harus diperhatikan sehingga pengobatan menjadi efektif seperti pemilihan jenis obat dan penentuan waktu yang tepat untuk pengobatan.

Langkah Pengobatan Mastitis

Mastitis sebagian besar disebabkan oleh bakteri dan jarang disebabkan oleh jamur, sehingga secara umum bisa diterapi dengan antibiotik.
Langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan pengobatan dengan antibiotik adalah melakukan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik namun langkah ini sangat sulit untuk dilakukan dilapangan.

Kabar baiknya adalah dari sekian banyak bakteri penyebab Mastitis bakteri Staphylococcus aureus adalah yang palling sering ditemui dan data sensitivitas bakteri tersebut terhadap antibiotik telah diteliti.

Tabel hasil uji sensitivitas Bakteri Staphylococcus aureus (Turutoglu et al, 2006) terhadap beberapa jenis antibiotik berikut ini :

No. Jenis Antibiotik                Resistensi    Efektivitas

1. Oxytetracycline                       65,8%            34,2%

2. Penicillin G                               76,3%            23,7%

3. Ampicillin                                 73,7%            26,3%

4. Ampicillin/Sulbactam              2,6%            97,4%

5. Amoxycillin/Clavulanic acid   0,0%             100%

6. Cloxacillin                                18,4%            81,6%

7. Neomycin                                   7,9%            92,1%

8. Trimethoprim/Sulpha-Metoxazone                            
                                                       47,7%            52,3%

9. Gentamicin                               57,9%           42,1%

Dari data tersebut kita bisa melihat bahwa obat jenis Amoxycillin adalah obat yang memiliki efektivitas tertinggi, disusul Ampicillin/Sulbactam dan Neomycin.

Ada baiknya dalam memillih antibiotik tidak memilih yang bersifat "Long Acting" sehingga apabila setelah diterapi tidak tampak adanya perkembangan maka bisa diganti dengan antibiotik lainnya tanpa harus menunggu waktu lama.

Kapan waktu pengobatan yang paling efektif..?
Pengobatan Mastitis yang paling baik adalah pada masa kering susu.

Apabila telah dilakukan pengobatan dengan beberapa jenis antibiotik namun tidak respon bisa jadi penyebab Mastitis adalah Jamur.

Demikian seputar Penyakit dan Pengobatan Mastitis pada Kambing dan Sapi.




Semoga bermanfaat...

PERTANIAN ORGANIK



Pertanian Organik adalah Sistem pertanian tanpa menggunakan bahan kimia sintetis baik untuk pertumbuhan maupun pengendalian hama, jadi dalam Pertanian Organik lebih mengandalkan bahan alami berupa kompos, pupuk hijau, cara pengolahan tanah, bahan mineral dari alam tanpa melalui proses alami.
Hampir semua tanaman dapat ditanam secara organik seperti buah dan sayuran.
Misalnya : Kubis, Selada, Brokoli, Padi, Tomat, Lombok dan lain-lainnya.
Begitu juga dengan tanaman perkebunan
Misalnya : Apel, Jeruk, Kopi, Teh dan lain-lainnya.

Pertanian Organik
Dalam prinsip Pertanian Organik kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan.

Pertanian Organik juga harus didasarkan pada siklus dan sistem ekologi kehidupan dan juga harus memperhatikan keadilan baik antar manusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan bertanggung jawab dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia baik pada masa kini maupun pada masa depan.

Pertanian Tradisional yang telah dilakukan sejak ribuan tahun di seluruh dunia, merupakan pertanian organik yang memanfaatkan ekologi hutan (kebun hutan, forest gardening) merupakan salah satu sistem produksi pangan pada masa prasejarah yang dipercayai merupakan pemanfaatan ekosistem pertanian yang pertama.

Sejak abad ke-18 pembuatan pupuk sintetis berupa superfosfat telah dilakukan, kemudian pupuk berbahan amonia diproduksi secara massal sejak kimiawan Jerman Fritz Haber dan Carl Bosch menemukan proses Haber pada masa perang dunia pertama, dengan adanya perkembangan pestisida kimia dan bahan pertanian kimia lainnya memicu penggunaan secara besar-besaran diseluruh dunia.

Akibat penggunaan bahan kimiawi secara besar-besaran dalam pertanian ternyata memberi akibat yang sangat merugikan baik untuk kesehatan manusia, pencemaran lingkungan maupun penurunan kesuburan tanah, pemadatan tanah, erosi dan penyebaran hama.

Pada tahun 1940 Sir Albert Howard, seorang ahli botani dari Inggris menerbitkan sebuah buku berjudul “AN AGRICULTURAL TESTAMENT”, yang menggagas Pertanian Organik secara lebih sistemastis, telah menginspirasi gerakan pertanian organik di dunia.
Atas alasan itu, dia disebut-sebut sebagai Bapak Pertanian Organik.

Menyadari dampak negatif untuk kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh pemakaian pestisida, pupuk dan obat-obat kimia dalam pertanian, pemerintah Indonesia mencanangkan gerakan revolusi hijau sekitar tahun 1970, akhirnya Pertanian Organik semakin populer di Indonesia sejak sekitar tahun 1980 sampai sekarang.

Kaidah-Kaidah Pertanian Organik :

• Bibit harus berasal dari tanaman alami, bukan hasil rekayasa genetik.

• Pengolahan tanah tidak memakai traktor sepenuhnya supaya tidak terjadi pemadatan tanah dan kematian organisme, pengolahan tanah hanya bergantung dekomposisi bahan organik tanah dengan pupuk hijau, kompos dan proses biologis oleh mikroorganisme.

• Tidak memakai pupuk dan pestisida kimiawi.

• Persemaian bibit sampai penanaman bibit tidak memakai Pestisida.

• Penanaman berbagai jenis tanaman dengan kombinasi yang baik untuk menghindari penumpukan hama dan meminimalkan gulma.

• Pengendalian gulma bisa dengan legum, pemberian mulsa dan hewan digembalakan untuk memakan gulma.

• Pengairan memakai air yang belum tercemar bekas/sisa pestisida dan pupuk kimiawi.

• Pemupukan dengan kompos, pupuk kandang dan mineral hasil tambang tanpa proses melalui kimiawi.

• Hasil panen tanaman organik lebih mahal karena lebih bersih dan sehat.

Kesimpulan Pertanian Organik :

Pertanian Organik hanya menggunakan pestisida dan pupuk alami.

Metode Pertanian Organik mencakup rotasi tanaman, pupuk hijau/kompos, pupuk kandang, mineral tambang alami pengendalian hama biologis dan pengolahan tanah secara mekanis.

Pertanian Organik memanfaatkan proses alami di dalam lingkungan untuk mendukung produktivitas pertanian, seperti :

• Pemanfaatan legum untuk mengikat nitrogen ke dalam tanah.

• Memanfaatkan predator untuk menanggulangi hama, rotasi tanaman untuk mengembalikan kondisi tanah dan mencegah penumpukan hama.

• Penggunaan mulsa untuk mengendalikan hama-penyakit dan pemanfaatan bahan alami, termasuk mineral bahan tambang yang tidak diproses atau diproses secara minimal sebagai pupuk, pestisida dan pengkondisian tanah.

Tanaman yang lebih unggul dan tangguh dikembangkan melalui pemuliaan tanaman dan tidak dimodifikasi menggunakan rekayasa genetika, banyak jenis tanaman dalam satu lokasi lebih menguntungkan dan lebih sering diterapkan di pertanian organik.

Penanaman berbagai jenis sayuran mendukung berbagai jenis serangga yang bersifat menguntungkan, mikroorganisme tanah dan faktor lainnya yang menambah kesehatan lahan pertanian.

Keanekaragaman tanaman pertanian membantu lingkungan untuk mempertahankan suatu spesies yang dekat dengan lahan pertanian agar tidak punah.


Semoga bermanfaat...


MANFAAT ASAM HUMAT PADA PERIKANAN


HUMIC ACID (Asam Humus/Humat) adalah komponen utama Humus Asam Humat merupakan hasil akhir proses dekomposisi bahan organik yang mempunyai berat molekul tinggi (22.000 – 230.000), berwarna hitam kecoklatan, relatif tahan terhadap degradasi serta mengandung muatan negatif yang dapat dipengaruhi pH.

Humic Acid mempunyai muatan negatif dan gugus fungsionalnya (karboksil dan hidroksil) yang menyebabkan terikatnya kation-kation logam seperti Fe, membentuk senyawa khelat atau komplek organo logam, sehingga aktifitas logam didalam tanah dapat berkurang.

Fungsi dan Manfaat HUMIC ACID pada perikanan :

1. Memperbaiki kualitas air tambak (menetralkan pH)

2. Mempercepat persiapan air tambak

3. Menekan tingkat kematian ikan/udang.

4. Mempercepat proses penyembuhan luka pada ikan/udang

5. Meningkatkan nafsu makan ikan/udang

6. Menjadikan gerakan ikan/udang gresif (lincah)

7. Menekan pertumbuhan lumut

8. Mempercepat terbentuknya klekap (pakan alami) pada tambak

9. Menghilangkan bau pada kolam ikan yang disebabkan oleh kotoran ikan dan sisa pakan

10. Mempercepat masa/jangka waktu panen

11. Menghilangkan racun dalam tambak. 




Semoga bermanfaat...

PENYEBAB RONTOK BUNGA/BAKAL BUAH



1. Rontok Bunga/Bakal Buah karena Faktor Fisik

Pada saat musim penghujan dengan curah hujan yang tinggi seperti saat ini bisa menjadi penyebab utama rontoknya bunga tanaman buah anda.
Dalam kondisi basah, benangsari lengket satu sama lain karena terikat oleh air, sehingga tidak bisa bertemu dan membuahi kepala putik.
Sebaliknya di musim kemarau, suhu panas yang ekstrim disertai dengan pengaruh kelembaban yang rendah di siang hari, juga dapat menjadi faktor penyebab rontoknya bunga/bakal buah.

#Solusi
Gunakan plastik penutup pada kuntum bunga.

2. Rontok Bunga/Bakal Buah karena Faktor Fisiologis Kimiawi
Kami yakin anda sudah paham pengetahuan dasar tentang nutrisi/hara primer yang dibutuhkan tanaman beserta fungsinya.
Pada saat tanaman memasuki fase generatif (berbunga dan berbuah) unsur hara yang banyak diperlukan adalah P dan K.
Kandungan nutrisi, khususnya hara Phosphate (P) dan Kalium (Potassium = K) yang tak mencukupi dalam tanah atau media tanam tabulampot bisa menjadi faktor penyebab utama kerontokan bunga dan bakal buah atau pentil buah yang sedang mengalami proses pembesaran.

Kerontokan bunga dan bakal buah ini akan semakin parah jika pasokan air dari dalam tanah ke tanaman juga terbatas.

#Solusi
Aplikasikan Pupuk Kalium, baik dalam bentuk tunggal (Kalium Chloride, KCl) maupun dalam bentuk majemuk (Kalium nitrate, KNO3).
Jaga asupan air.

3. Rontok Bunga karena Faktor Biologis
Pasca persarian bunga (bertemunya benangsari dan putik) seharusnya diikuti oleh pembentukan bakal buah yang akan berkembang menjadi buah sempurna.
Namun sering terjadi bakal buah rontok karena terserang beberapa jenis hama maupun penyakit buah.
Hama-hama ini umumnya menyerang pada saat pembentukan kelopak bunga hingga pembentukan bakal buah sesudah fase persarian bunga.

Jenis hama seperti ulat akan memakan bakal buah yang baru terbentuk, sedangkan hama penggerek menghisap cairan sel bakal buah yang baru terbentuk.
Sedangkan untuk hama  serta beragam jenis kutu penghisap cairan sel yang mengeluarkan sejenis madu yang disukai oleh semut.

#Solusi
Gunakan Pestisida dan Fungisida Nabati atau kimia serta umpan serangga.

4. Rontok Bunga karena Faktor lain
• Penyebab Rontok Bunga
Pemasakan benangsari dan putik yang tidak bersamaan.
contoh pada tanaman Jagung, Seledri dan Bawang Bombay.

#Solusi
Berikan beberapa senyawa kimia, seperti gibberelic acid (GA3).

#Catatan
Dalam K-Bioboost sudah mengandung Gibberelic Acid.

• Penyebab Rontok Bunga
Ketiadaan serangga penyerbuk sehingga benang sari bunga tidak bisa menyerbuki kepala putik, tidak adanya angin sebagai media penyerbukan.

Contoh pada tanaman Vanili, beberapa varietas Salak, serta varietas Buah Naga.

#Solusi
Lakukan penyerbukan buatan dengan bantuan tenaga manusia.


Tips Khusus Mengatasi Bunga/Bakal Buah Yang Mudah Rontok

Beberapa penyebab umum rontoknya bunga jambu air, kelengkeng, mangga dan tanaman buah lainnya di antaranya karena pada tanaman buah yang berbiji pada kulit bijinya diproduksi sejenis hormon yang bertanggung jawab terhadap keselamatan buah.
Produksi hormon itu akan berkurang jika tanaman buah lagi galau, kurang sehat, kurang pupuk/hara, kekurangan air maupun gangguan lainnya.

Jika produksi hormon berkurang maka bunga/ buah yang sudah terbentuk akan mudah rontok (mudah keguguran).
Karena tumbuhnya kalus pada bagian ujung tangkai buah yang menempel pada cabang/ranting tanaman.
Kalus adalah kulit baru yg memisahkan tangkai buah dengan cabang/ranting tempat ia menempel.

Untuk mengatasi Rontok Bunga, anda terapkan cara-cara berikut ini :

- Usahakan agar tanah selalu lembab (Lembab bukan becek atau tergenang).

- Memberikan pupuk yang diperlukan sesuai fase tanaman (fase berbunga/berbuah).

- Berikan hormon buatan jika dirasa masih perlu.




Semoga bermanfaat...

METODE BLEEDING BUAT IKAN PATIN DAN LELE JADI LEBIH GURIH



Proses Bleeding Ikan Patin

Ikan Patin digolongkan pada kelompok catfish, kelompok ikan yang berkumis seperti lele atau baung.
Ikan Patin termasuk komoditas ikan air tawar yang di Indonesia perkembangannya sangat pesat.
Ada 3 jenis Ikan Patin di Indonesia, namun yang dibudidayakan adalah Patin Siam (Pangasius hiphotalamus) karena species ini mempunyai kemampuan mentolerir kondisi perairan yang jelek dan dapat hidup pada salinitas 7 dengan pH 6,5 -7,5.
Serta dagingnya berwarna cerah atau putih, dan daging warna putih inilah yang sekarang dicari konsumen terutama untuk eksport.

Wilayah Sumatera adalah sebagai daerah pengembangan ikan patin yang cukup besar, terlebih memang ada jenis Ikan Patin yang berasal dari Jambi.
Sehingga Ikan Patin tidak asing lagi dan menjadi menu favorit di setiap masakan orang Sumatra. Wilayah lain di Indonesia untuk pengembanagan Ikan Patin diantaranya Kalimantan dan Jawa.

Produksi  Ikan Patin di Indonesia berkembang  cukup pesat, menurut  Statistik perikanan budidaya tahun 2008 produksi patin mencapai 52.470 Ton dan tidak tanggung-tanggung pada tahun 2016 ditarget 6 juta Ton.
Penghasil Ikan Patin terbesar dunia adalah Vietnam dengan total produksi pertahun 3 juta Ton.

Daging Ikan Patin termasuk daging ikan yang enak dimakan dan digemari lidah orang sumatera yang sudah sangat akrab dengan daging ikan patin.
Berbagai olahannya pun sudah bisa dibuat seperti Patin asap dan abon patin, kerupuk Ikan Patin, bakso ikan dan yang paling terkenal adalah pindang Ikan Patin.

Walaupun rasa daging Ikan Patin sudah terasa enak namun ada lagi cara agar bisa mengurangi amis serta pengau dan menjadikan Ikan Patin gurih dan lezat bagai diberi bumbu masak penyedap rasa yaitu dengan cara di Bleeding.

Apakah Bleeding pada Ikan Patin itu..?

Bleeding adalah istilah baru dalam perikanan yang kurang lebih diartikan sebagai cara penyembelihan Ikan Patin dengan menggunakan pisau atau gunting tanaman yang memotong urut darah sekitar tenggorokan atau di bawah overculum agar darahnya bisa keluar dan dilakukan dalam sebuah wadah yang sebaiknya wadah itu berisi air mengalir.

Prinsipnya adalah Ikan Patin yang akan diolah dalam proses kematiannya harus mengeluarkan darah, sehingga dengan darahnya keluar maka bau amis dan pengau hilang dan rasapun menjadi gurih lezat.

Adapun cara  Bleeding sangat mudah yaitu :

- Siapkan bahan atau wadah yang berisi air lebih baik jika airnya ngalir.

- Siapkan alat pemotong urat darah bisa pisau atau gunting tanaman.

- Potonglah urat atau bagian yang terletak di bawah insang (overculum).

- Setelah itu ikan yang sudah dipotong dan mengeluarkan darah ditempatkan pada wadah yang berisi air, biarkan beberapa saat sampai darahnya keluar semua.


Adapun ukuran Ikan Patin yang dapat di Bleeding bisa semua ukuran, untuk hasil yang lebih memudahkan kita untuk membleeding ikan yang di ukuran 800 ons ke atas.
Ukuran besar memudahkan dalam cara fillet dan hasilnya lebih memenuhi standard permintaan pasar.

Selain pada rasa, Bleeding ini juga berpengaruh terhadap harga.
Jika Ikan Patin tanpa Bleeding dan dijual hidup maka harganya sekitar Rp.17.000/Kg sedangkan jika sudah di Bleeding dan dalam keadaan mati harganya menjadi Rp.18.000/Kg. 


Proses Bleeding Pada Ikan Lele

Cara mematikan Lele dengan menggunakan garam tidak dianjurkan.
Hal itu karena justru mematikan Lele perlahan-lahan dan banyak lendir keluar sehingga berpengaruh terhadap rasa daging fillet.

Lele berukuran besar memiliki tenaga yang sangat kuat sehingga dipingsankan terlebih dahulu sebelum pemotongan.

Cara terbaik memingsankan Lele dengan cara "Cold Shock", yaitu menggunakan air es 4-5°C sekitar 10-20 menit sehingga Lele pingsan dan tidak bergerak lagi.
Setelah itu, Lele dipotong dibagian pembuluh darah tepat di belakang "Spina Pectoral" (tengkuk) kemudian biarkan 5-10 menit sehingga darah keluar (Bleeding).




Semoga bermanfaat...

PENYAKIT BRUCELLOSIS (Keluron Menular)




Brucellosis adalah penyakit ternak menular yang secara primer menyerang Sapi, Kambing, Babi dan sekunder berbagai jenis ternak lainnya serta manusia.
Pada Sapi penyakit ini dikenal sebagai penyakit Kluron atau penyakit Bang.
Sedangkan pada manusia menyebabkan demam yang bersifat undulans dan disebut Demam Malta.
Jasad renik penyebab รจ Micrococcus melitensis yang selanjutnya disebut pula Brucella Melitensis.
Bakteri Brucella untuk pertama kalinya ditemukan oleh Bruce (1887) pada manusia dan dikenal sebagai Micrococcus Miletensi.
Kemudian Bang dan Stribolt (1897) mengisolasi jasad renik yang serupa dari Sapi yang menderita kluron menular.
Jasad renik tersebut diberi nama Bacillus Abortus Bovis.

Bakteri Brucella bersifat gram negatif, berbentuk batang halus, mempunyai ukuran 0,2-0,5 mikron dan lebar 0,4-0,8 mikron, tidak bergerak, tidak berspora dan aerobik.
Brucella merupakan parasit intraseluler dan dapat diwarnai dengan metode Stamp atau Koster. 
Brucellosis yang menimbulkan masalah pada ternak terutama disebabkan oleh 3 spesies, yaitu :

1. Brucella Melitensis, yang menyerang pada Kambing.

2. Brucella Abortus, yang menyerang pada Sapi.

3. Brucella Suis, yang menyerang pada Babi dan Sapi.

Brucella memiliki 2 macam antigen, antigen M dan antigen A.
Brucella melitensis memiliki lebih banyak antigen M dibandingkan antigen A, sedangkan Brucella abortus dan Brucella suis sebaliknya.

Daya pengebalan akibat infeksi Brucella adalah rendah karena antibodi tidak begitu berperan.
Kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh Brucellosis sangat besar, walaupun mortalitasnya kecil.

Pada ternak kerugian dapat berupa :
• Kluron, anak ternak yang dilahirkan lemah, kemudian mati, terjadi gangguan alat-alat reproduksi yang mengakibatkan kemajiran temporer atau permanen.

• Kerugian pada Sapi Perah berupa turunnya produksi air susu.       

Brucellosis merupakan penyakit beresiko sangat tinggi, oleh karena itu alat-alat yang telah tercemar Bakteri Brucella sebaiknya tak bersentuhan langsung dengan manusia.
Sebab penyakit ini dapat menular dari ternak ke manusia dan sulit diobati, sehingga Brucellosis merupakan zoonosis yang penting.

Tetapi manusia dapat mengkonsumsi daging dari ternak-ternak yang tertular sebab tidak berbahaya apabila tindakan sanitasi minimum dipatuhi dan dagingnya dimasak.
Demikian pula dengan air susu dapat pula dikonsumsi tetapi harus dimasak atau dipasteurisasi terlebih dahulu.
       

Pada Kambing, Brucellosis hanya memperlihatkan gejala yang samar-samar.
Kambing kadang-kadang mengalami keguguran dalam 4-6 minggu terakhir dari kebuntingan.

Kambing jantan dapat memperlihatkan kebengkakan pada persendian atau testes.
       

Pada Sapi, gejala penyakit Brucellosis yang dapat diamati adalah keguguran, biasanya terjadi pada kebuntingan 5-8 bulan, kadang diikuti dengan kemajiran, Cairan janin berwarna keruh pada waktu terjadi keguguran, kelenjar air susu tidak menunjukkan gejala-gejala klinik, walaupun di dalam air susu terdapat bakteri Brucella, tetapi hal ini merupakan sumber penularan terhadap manusia.
Pada ternak jantan terjadi kebengkakan pada testes dan persendian lutut.

Selain gejala utama berupa abortus dengan atau tanpa retensio secundinae (tertahannya plasenta), pada Sapi Betina dapat memperlihatkan gejala umum berupa lesu, nafsu makan menurun dan kurus.
Disamping itu terdapat pengeluaran cairan bernanah dari vagina.

Pada Sapi Perah, Brucellosis dapat menyebabkan penurunan produksi susu.
Seekor Sapi Betina setelah keguguran tersebut masih mungkin bunting kembali, tetapi tingkat kelahirannya akan rendah dan tidak teratur.
Kadang-kadang fetus yang dikandung dapat mencapai tingkatan atau bentuk yang sempurna tetapi pedet tersebut biasanya labir mati dan plasentanya tetap tertahan (tidak keluar) serta disertai keadaan metritis (peradangan uterus).
Brucellosis penyakit dapat menulari semua betina yang telah dewasa kelamin dan dapat menyebabkan abortus.

Pada Sapi Betina, Bakteri Bang terdapat pada uterus terutama pada endometrium dan pada ruang diantara kotiledon.

Pada Plasenta, Bakteri dapat ditemukan pada vili, ruang diantara vili dan membran plasenta yang memperlihatkan warna gelap atau merah tua.

Pada Fetus, Bakteri Brucella dapat ditemukan dalam paru-paru dan dalam cairan lambung.

Pada Pejantan, Bakteri Brucella dapat ditemukan dalam epydidymis, vas deferens dan dalam kelenjar vesicularis, prostata dan bulbourethralis.

Pada Infeksi Berat, Bakteri dapat berkembang dalam testes, khususnya dalam tubuli seminiferi.

Perubahan pasca mati yang terlihat adalah penebalan pada plasenta dengan bercak-bercak pada permukaan lapisan chorion, cairan janin terlihat keruh berwarna kuning coklat dan kadang-kadang bercampur nanah.

Pada ternak jantan ditemukan proses pernanahan pada testikelnya yang dapat diikuti dengan nekrose.
       

Usaha-usaha pencegahan terutama ditujukan kepada vaksinasi dan tindakan sanitasi dan tata laksana.
Tindakan sanitasi yang bisa dilakukan yaitu :

1. Sisa-sisa abortusan yang bersifat infeksius dihapus-hamakan.

2. Fetus dan plasenta harus dibakar dan vagina apabila mengeluarkan cairan harus diirigasi selama 1 minggu.

3. Bahan-bahan yang biasa dipakai didesinfeksi dengan desinfektan, yaitu : phenol, kresol, amonium kwarterner, biocid dan lisol.

4. Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang mengalami kluron.
Apabila seekor ternak pejantan mengawini ternak betina tersebut, maka penis dan preputium dicuci dengan cairan pencuci hama.

5. Anak-anak ternak yang lahir dari induk yang menderita Brucellosis sebaiknya diberi susu dari ternak lain yang bebas Brucellosis.

6. Kandang-kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci dan dihapus-hamakan serta ternak pengganti jangan segera dimasukkan.

#Pengobatan
Belum ada pengobatan yang efektif terhadap Brucellosis.





Semoga bermanfaat..

Thursday 14 June 2018

PENYEBAB TANAH MASAM

Penyebab tanah ber-pH rendah dan bereaksi masam adalah kurang tersedianya unsur Kalsium (CaO) dan unsur Magnesium (MgO).
Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut ;

a. Dekomposisi Bahan Organik
Tanah gambut selalu ber-pH rendah dan bereaksi masam, hal ini karena tanah gambut mengandung bahan organik sangat tinggi.
Sehingga aktifitas dekomposisi bahan organik juga tinggi, dimana dalam proses tersebut selalu diiringi dengan hilangnya unsur Kalsium (CaO) yang ada didalam tanah.

b. Kelebihan Unsur Al, Fe dan Cu
Unsur Aluminium (Al), Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) dalam jumlah yang berlebih dapat mengakibatkan tanah bereaksi masam.
Di daerah-daerah yang banyak mengandung unsur-unsur tersebut selalu dijumpai tanah masam, seperti daerah pertambangan Timah, Nikel, Besi dan Tembaga.

c. Curah Hujan Yang Tinggi
Pada daerah-daerah yang curah hujannya sangat tinggi tanah selalu bereaksi masam.
Tingginya curah hujan dapat mengakibatkan terjadinya pencucian unsur hara didalam tanah sehingga secara alami tanah akan menjadi masam.

d. Drainase Yang Kurang Baik
Air yang selalu menggenang karena sistem drainase yang kurang baik dapat mengakibatkan tanah menjadi masam pada tanah rawa.

e. Pupuk Pembentuk Asam
Penggunaan pupuk pembentuk asam secara berlebihan dan terus-menerus dapat menyebabkan pH tanah menurun dan bereaksi masam.
Beberapa jenis Pupuk Nitrogen seperti ZA, Urea, ZK, Amonium Sulfat dan KCl berpengaruh terhadap menurunnya pH tanah.

SOLUSI :
- Pemupukan Anorganik harus berimbang sesuai dengan kebutuhan tanah dan tanaman
- Pengaplikasian Pupuk Organik disesuaikan dengan jenis tanamannya
- Pengaplikasian Pupuk Hayati minimal sebulan sekali
- Pengaplikasian Asam Humat sebagai pengganti Kaptan atau Dolomite, Pembenah Tanah dan juga menjaga netralitas pH tanah selama 3-6 bulan
- Drainase yang baik agar lahan tidak selalu tergenang di musim penghujan