Diskusi tentang penggunaan istilah “penyuluhan (extension)”,
pertama kali dilakukan pada pertengahan abad 19 oleh universitas Oxford dan
Cambridge pada sekitar tahun 1850.
Dalam perjalanananya Van den Ban mencatat beberapa istilah
seperti di Belanda disebut Voorlichting, di Jerman lebih dikenal sebagai
“Advisory Work” (Beratung), Vulgarization (Perancis), dan Capacitacion
(Spanyol).
Seorang Peneliti Pertanian *Roling* mengemukakan bahwa
Freire pernah melakukan protes terhadap kegiatan penyuluhan yang lebih bersifat
top-down.
Karena itu, dia kemudian menawarkan beragam istilah
pengganti extension seperti: animation, mobilization, conscientisation.
Di Malaysia, digunakan istilah perkembangan sebagai
terjemahan dari extension, dan di Indonesia menggunakan istilah penyuluhan
sebagai terjemahan dari Voorlichting.
Diskusi tentang penggunaan istilah “Penyuluhan” di Indonesia
akhir-akhir ini semakin semarak.
Pemicunya adalah karena penggunaan istilah penyuluhan dirasa
semakin kurang diminati atau kurang dihargai oleh masyarakat.
Hal ini, disebabkan karena penggunaan istilah penyuluhan
yang kurang tepat, terutama oleh banyak kalangan yang sebenarnya “tidak
memahami” esensi makna yang terkandung dalam istilah penyuluhan itu sendiri.
Di lain pihak, seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan
masyarakat dan kemajuan teknologi informasi, peran penyuluhan semakin menurun
dibanding sebelum dasawarsa tahun delapan puluhan.
Rahmat Pambudi, pada awal 1996 mulai melontarkan pentingnya
istilah pengganti penyuluhan, dan untuk itu dia menawarkan penggunaan istilah
transfer teknologi sebagaimana yang digunakan oleh Lionberger dan Gwin.
Mardikanto menawarkan penggunaan istilah Edifikasi, yang
merupakan akronim dari fungsi-fungsi penyuluhan yang meliputi :
- Edukasi,
- Diseminasi inovasi,
- Fasilitasi,
- Konsultasi,
- Supervisi,
- Pemantauan
- Evaluasi
Meskipun tidak ada keinginan untuk mengganti istilah
penyuluhan, Margono Slamet pada kesempatan seminar penyuluhan pembangunan
menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program Pengentasan
Kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an.
Menurut sejarah purbakala, kegiatan penyuluhan pertanian
sudah dimulai di lembah Mesopotamia sekitar 1800 tahun sebelum Kristus dan di
China dimulai pada abad ke 6 SM, ditandai dengan catatan tertulis tentang
teknik-teknik esensial dan pertanian pada 535 SM pada masa Dinasti Han.
Pada abad ke 2 SM sampai dengan abad ke 4 Masehi, banyak
dijumpai tulisan-tulisan berbahasa Latin, seringkali disertai dengan
gambar-gambar tentang pengalaman praktek bertani, adanya beberapa kondisi yang
diperlukan bagi kelahiran penyuluhan pertanian, yang ditandai oleh :
1. Adanya praktek-praktek baru dan temuan-temuan penelitian
2. Kebutuhan tentang pentingnya informasi untuk diajarkan kepada petani
3. Tekanan terhadap perlunya organisasi penyuluhan
4. Ditetapkannya kebijakan penyuluhan
5. Adanya masalah-masalah yang dihadapi di lapangan
Akar kegiatan penyuluhan pertanian dapat ditelusuri
bersamaan dengan jaman Renaisans yang diawali sejak abad 14, yaitu sejak adanya
gerakan tentang pentingnya kaitan pendidikan dengan kebutuhan hidup manusia.
Pada 1304, Pietro de Crescenzi menulis buku teks tentang
pertanian dalam bahasa Latin yang kemudian banyak diterjemahkan dalam bahasa
Itali dan Perancis.
Sejak saat itu, kegiatan penulisan buku-buku pertanian
semakin banyak bermunculan.
Pada abad 17 dan 18, banyak ditulis pustaka tentang
pertanian di banyak negara Eropa.
Di Inggris sendiri, sebelum tahun 1800 tercatat sekitar 200
penulis.
Dan pada tahun 1784 di London terbit majalah pertanian yang
dipimpin Arthur Young, sebagai majalah yang tersebar luas di Eropa dan Amerika.
Pada pertengahan abad 18, banyak kalangan tuan tanah
(bangsawan) progresif yang mengembangkan kegiatan penyuluhan pertanian melalui
beragam pertemuan, demonstrasi, perkumpulan pertanian, dimana terjadi
pertukaran informasi antara pemilik tanah dengan para tokoh petani.
Hal ini disebabkan karena :
1. Adanya keinginan belajar tentang bagaimana mengembangkan
produktivitas dan nilai produknya, serta sistem penyakapan dan bagi-hasil yang
perlu dikembangkan.
2. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan modern dalam bidang
pertanian, khususnya penggunaan agrokimia dan ilmu fisiologi tanaman.
Kelahiran penyuluhan pertanian modern, sebenarnya baru
dimulai di Irlandia pada tahun 1847, yaitu sejak terjadinya krisis penyakit
tanaman kentang yang terjadi pada 1845-1851.
Modernisasi penyuluhan pertanian secara besar-besaran,
justru terjadi di Jerman pada akhir abad 19, yang kemudian menyebar ke Denmark,
Swiss, Hungaria dan Rusia.
Sementara itu, Perancis tercatat sebagai negara yang untuk
pertama kali mengembangkan penyuluhan pertanian yang dibiayai negara sejak
tahun 1879.
Pada awal abad 20, kegiatan penyuluhan pertanian umumnya
masih dilakukan dengan skala kecil-kecil baik yang di organisir oleh
lembaga/instansi pemerintah maupun perguruan tinggi.
Tetapi, seiring dengan perkembangannya, organisasi
penyuluhan pertanian tumbuh semakin kompleks dan semakin birokratis.
Pada perkembangan terakhir, dewasa ini penyuluhan pertanian
telah diakui sebagai suatu sistem penyampaian informasi dan pemberian nasehat
penggunaan input dalam pertanian modern.
Semoga Bermanfaat..
No comments:
Post a Comment