Tuesday 19 July 2016

REDEFINISI PENYULUHAN



Diskusi tentang penggunaan istilah “penyuluhan (extension)”, pertama kali dilakukan pada pertengahan abad 19 oleh universitas Oxford dan Cambridge pada sekitar tahun 1850.
Dalam perjalanananya Van den Ban mencatat beberapa istilah seperti di Belanda disebut Voorlichting, di Jerman lebih dikenal sebagai “Advisory Work” (Beratung), Vulgarization (Perancis), dan Capacitacion (Spanyol).

Seorang Peneliti Pertanian *Roling* mengemukakan bahwa Freire pernah melakukan protes terhadap kegiatan penyuluhan yang lebih bersifat top-down.
Karena itu, dia kemudian menawarkan beragam istilah pengganti extension seperti: animation, mobilization, conscientisation.
Di Malaysia, digunakan istilah perkembangan sebagai terjemahan dari extension, dan di Indonesia menggunakan istilah penyuluhan sebagai terjemahan dari Voorlichting.

Diskusi tentang penggunaan istilah “Penyuluhan” di Indonesia akhir-akhir ini semakin semarak.
Pemicunya adalah karena penggunaan istilah penyuluhan dirasa semakin kurang diminati atau kurang dihargai oleh masyarakat.
Hal ini, disebabkan karena penggunaan istilah penyuluhan yang kurang tepat, terutama oleh banyak kalangan yang sebenarnya “tidak memahami” esensi makna yang terkandung dalam istilah penyuluhan itu sendiri.
Di lain pihak, seiring dengan perbaikan tingkat pendidikan masyarakat dan kemajuan teknologi informasi, peran penyuluhan semakin menurun dibanding sebelum dasawarsa tahun delapan puluhan.

Rahmat Pambudi, pada awal 1996 mulai melontarkan pentingnya istilah pengganti penyuluhan, dan untuk itu dia menawarkan penggunaan istilah transfer teknologi sebagaimana yang digunakan oleh Lionberger dan Gwin.
Mardikanto menawarkan penggunaan istilah Edifikasi, yang merupakan akronim dari fungsi-fungsi penyuluhan yang meliputi :
- Edukasi,
- Diseminasi inovasi,
- Fasilitasi,
- Konsultasi,
- Supervisi,
- Pemantauan
- Evaluasi

Meskipun tidak ada keinginan untuk mengganti istilah penyuluhan, Margono Slamet pada kesempatan seminar penyuluhan pembangunan menekankan esensi penyuluhan sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah mulai lazim digunakan oleh banyak pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada awal dasawarsa 1990-an.

Menurut sejarah purbakala, kegiatan penyuluhan pertanian sudah dimulai di lembah Mesopotamia sekitar 1800 tahun sebelum Kristus dan di China dimulai pada abad ke 6 SM, ditandai dengan catatan tertulis tentang teknik-teknik esensial dan pertanian pada 535 SM pada masa Dinasti Han.
Pada abad ke 2 SM sampai dengan abad ke 4 Masehi, banyak dijumpai tulisan-tulisan berbahasa Latin, seringkali disertai dengan gambar-gambar tentang pengalaman praktek bertani, adanya beberapa kondisi yang diperlukan bagi kelahiran penyuluhan pertanian, yang ditandai oleh :

1. Adanya praktek-praktek baru dan temuan-temuan penelitian

2. Kebutuhan tentang pentingnya informasi untuk diajarkan kepada petani

3. Tekanan terhadap perlunya organisasi penyuluhan

4. Ditetapkannya kebijakan penyuluhan

5. Adanya masalah-masalah yang dihadapi di lapangan

Akar kegiatan penyuluhan pertanian dapat ditelusuri bersamaan dengan jaman Renaisans yang diawali sejak abad 14, yaitu sejak adanya gerakan tentang pentingnya kaitan pendidikan dengan kebutuhan hidup manusia.
Pada 1304, Pietro de Crescenzi menulis buku teks tentang pertanian dalam bahasa Latin yang kemudian banyak diterjemahkan dalam bahasa Itali dan Perancis.
Sejak saat itu, kegiatan penulisan buku-buku pertanian semakin banyak bermunculan.
Pada abad 17 dan 18, banyak ditulis pustaka tentang pertanian di banyak negara Eropa.
Di Inggris sendiri, sebelum tahun 1800 tercatat sekitar 200 penulis.
Dan pada tahun 1784 di London terbit majalah pertanian yang dipimpin Arthur Young, sebagai majalah yang tersebar luas di Eropa dan Amerika.
Pada pertengahan abad 18, banyak kalangan tuan tanah (bangsawan) progresif yang mengembangkan kegiatan penyuluhan pertanian melalui beragam pertemuan, demonstrasi, perkumpulan pertanian, dimana terjadi pertukaran informasi antara pemilik tanah dengan para tokoh petani.

Hal ini disebabkan karena :

1. Adanya keinginan belajar tentang bagaimana mengembangkan produktivitas dan nilai produknya, serta sistem penyakapan dan bagi-hasil yang perlu dikembangkan.
2. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan modern dalam bidang pertanian, khususnya penggunaan agrokimia dan ilmu fisiologi tanaman.

Kelahiran penyuluhan pertanian modern, sebenarnya baru dimulai di Irlandia pada tahun 1847, yaitu sejak terjadinya krisis penyakit tanaman kentang yang terjadi pada 1845-1851.
Modernisasi penyuluhan pertanian secara besar-besaran, justru terjadi di Jerman pada akhir abad 19, yang kemudian menyebar ke Denmark, Swiss, Hungaria dan Rusia.
Sementara itu, Perancis tercatat sebagai negara yang untuk pertama kali mengembangkan penyuluhan pertanian yang dibiayai negara sejak tahun 1879.

Pada awal abad 20, kegiatan penyuluhan pertanian umumnya masih dilakukan dengan skala kecil-kecil baik yang di organisir oleh lembaga/instansi pemerintah maupun perguruan tinggi.
Tetapi, seiring dengan perkembangannya, organisasi penyuluhan pertanian tumbuh semakin kompleks dan semakin birokratis.
Pada perkembangan terakhir, dewasa ini penyuluhan pertanian telah diakui sebagai suatu sistem penyampaian informasi dan pemberian nasehat penggunaan input dalam pertanian modern.


Semoga Bermanfaat..

No comments:

Post a Comment