Wednesday, 20 July 2016

ENCENG GONDOK



Daun Enceng Gondok Bisa Tingkatkan Kualitas Telur Itik


Ternak itik berpotensi besar untuk dikembangkan, karena mampu memproduksi telur yang tinggi, tidak mengerami telurnya, harganya relatif stabil dan pemasaran telur relatif murah.

Salah satu faktor yang paling menentukan dalam usaha ternak itik adalah faktor makanan sebagai kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup dan proses biologis di dalam tubuh ternak.

Eceng gondok merupakan gulma air yang sering merusak lingkungan dan tidak dimanfaatkan dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan makanan yang bisa menekan harga ransum.
Pemberian eceng gondok pada makanan itik itu, tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap produksi telur baik dari segi berat maupun jumlah butirnya.
Penggunaan eceng gondok itu berpengaruh terhadap warna kuning telur dan tebal kulit telur.

Selama ini kualitas telur untuk perlakuan kontrol (pakan basal) berat telurnya rata-rata 57,7 gram/butir dan untuk perlakuan yang diberi makanan eceng gondok mencapai 59,19 gram/butir.

Kontrol adalah 7,29 dan pada perlakuan yang diberi daun eceng gondok adalah 9,10. Kemudian persentase berat kuning telur pada perlakuan kontrol 35,16 persen dan 35,99 persen pada pemberian daun eceng gondok.
Rata-rata persentase berat putih telur pada perlakuan kontrol adalah 46,76 persen dan perlakuan dengan pemberian daun eceng gondok adalah 48,69 persen.

Pada perlakuan kontrol (pakan basal), itik diberikan ransum basal dengan kandungan protein kasar 16,06 persen dan energi metabolisme 2544,22- kilo kalori/Kg ransum.
Melalui pemberian daun eceng gondok pada makanan itik diperoleh konsumsi ransum berdasarkan bahan kering sebanyak 111,79 gram/ekor/hari.

Eceng gondok dapat diberikan sampai 10% dalam ransum.

Cara pemberiannya ransum basal ditambah daun eceng gondok dalam keadaan segar.
Guna menjaga kesegaran dari daun eceng gondok, sebaiknya pengambilan dari lokasi dilakukan setiap pagi.
Sebelum diberikan, daun terlebih dahulu dicincang hingga kecil.




Meningkatkan Produksi Telur Ayam Kampung

Kendala utama dalam pemeliharaan ayam kampung terletak pada produksi telur yang sedikit dan musiman, berbeda halnya dengan budidaya ayam ras petelur dimana mampu menghasilkan telur sepanjang tahun.
Mengoptimalkan jumlah produksi telur sebaiknya peternaka memahami proses terbentuknya sebuah telur, mulai dari ovulasi hingga bertelur.
Kebutuhan nutrisi seekor induk ayam dalam menghasilkan sebuah telur, hal ini penting diketahui agar kita dapat menyusun komposisi ransum yang tepat untuk indukan.

Pada dasarnya protein merupakan penyusun utama sebutir telur, membentuk cangkang dibutuhkan beberapa mineral terutama calcium.
Ketika kita ingin meransum pakan untuk induk  kedua unsur tersebut harus menjadi perhatian.

Sumber protein pakan ayam kampung cukup banyak diantaranya :
- Tepung ikan
- Bungkil Kedelai
- Sedikit dari jagung

Jika kita kesulitan dalam membuat ransum yang tepat ada baiknya kita membaca label komposisi zat makanan pada label pembungkus pelet.
Disana komposisi zat makanan dicantumkan secara lengkap hingga persentase dalam setiap karungnya.

Sumber mineral atau calcium dalam pakan ras petelur salah satunya berasal dari tepung tulang, juga tepung ikan.
Agar lebih praktis mineral ini bisa dibeli di poultryshop harganya cukup murah berkisar Rp. 5000/Kg.
Pemberian mineral untuk seeor ayam cukup sekitrar 1% dari berat badan.
Pemberian pakan protein + karbohidrat sekitar 10% dari berat badan ayam kampung.

Jika berat induk ayam anda 1,5 Kg maka pakan utama yang harus diberikan setiap harinya sekitar 150 gram ditambah dengan 15 gram mineral.
Jika konsep ini telah dipahami secara tepat maka untuk meracik ransum pakan ayam kampung sendiri akan menjadi lebih mudah juga murah.
Sebab nanyak sekali bahan pakan yang dapat kita kombinasikan serta harganya lebih murah.
Kunci meningkatkan produksi telur ayam kampung terletak pada pemberian pakan yang tepat.
Salah satu pakan racikan sebagai pengganti pelet dapat anda lihat di sini.
Komposisi jantan dan betina dalam satu kandang juga dapat mempengaruhi produksi telur.
Agar lebih optimal sebainya kandang yang digunakan adalah kandang bersekat, dimana setiap sekat maksimal dipelihara.
Jika kita membuat kandang ukuran luas, mengisinya dengan pejantan ayam kampung beserta induk dalam jumlah banyak biasanya produksi telur tidak akan optimal.
Hal ini karena diantara pejantan akan terjadi persaingan (naluriah hewan jantan), biasanya hanya jantan penguasa selalu akan dominan melakukan perkawinan.
Hal inilah kerap tidak diperhatikan oleh peternak kita di lapangan.


Semoga Bermanfaat..

No comments:

Post a Comment