Daun Enceng Gondok Bisa Tingkatkan Kualitas Telur Itik
Ternak itik berpotensi besar untuk dikembangkan, karena
mampu memproduksi telur yang tinggi, tidak mengerami telurnya, harganya relatif
stabil dan pemasaran telur relatif murah.
Salah satu faktor yang paling menentukan dalam usaha ternak
itik adalah faktor makanan sebagai kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi bagi
kelangsungan hidup dan proses biologis di dalam tubuh ternak.
Eceng gondok merupakan gulma air yang sering merusak
lingkungan dan tidak dimanfaatkan dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan
makanan yang bisa menekan harga ransum.
Pemberian eceng gondok pada makanan itik itu, tidak
mempunyai pengaruh negatif terhadap produksi telur baik dari segi berat maupun
jumlah butirnya.
Penggunaan eceng gondok itu berpengaruh terhadap warna
kuning telur dan tebal kulit telur.
Selama ini kualitas telur untuk perlakuan kontrol (pakan
basal) berat telurnya rata-rata 57,7 gram/butir dan untuk perlakuan yang diberi
makanan eceng gondok mencapai 59,19 gram/butir.
Kontrol adalah 7,29 dan pada perlakuan yang diberi daun
eceng gondok adalah 9,10. Kemudian persentase berat kuning telur pada perlakuan
kontrol 35,16 persen dan 35,99 persen pada pemberian daun eceng gondok.
Rata-rata persentase berat putih telur pada perlakuan
kontrol adalah 46,76 persen dan perlakuan dengan pemberian daun eceng gondok
adalah 48,69 persen.
Pada perlakuan kontrol (pakan basal), itik diberikan ransum
basal dengan kandungan protein kasar 16,06 persen dan energi metabolisme
2544,22- kilo kalori/Kg ransum.
Melalui pemberian daun eceng gondok pada makanan itik
diperoleh konsumsi ransum berdasarkan bahan kering sebanyak 111,79
gram/ekor/hari.
Eceng gondok dapat diberikan sampai 10% dalam ransum.
Cara pemberiannya ransum basal ditambah daun eceng gondok
dalam keadaan segar.
Guna menjaga kesegaran dari daun eceng gondok, sebaiknya
pengambilan dari lokasi dilakukan setiap pagi.
Sebelum diberikan, daun terlebih dahulu dicincang hingga
kecil.
Meningkatkan Produksi Telur Ayam Kampung
Kendala utama dalam pemeliharaan ayam kampung terletak pada
produksi telur yang sedikit dan musiman, berbeda halnya dengan budidaya ayam
ras petelur dimana mampu menghasilkan telur sepanjang tahun.
Mengoptimalkan jumlah produksi telur sebaiknya peternaka
memahami proses terbentuknya sebuah telur, mulai dari ovulasi hingga bertelur.
Kebutuhan nutrisi seekor induk ayam dalam menghasilkan
sebuah telur, hal ini penting diketahui agar kita dapat menyusun komposisi
ransum yang tepat untuk indukan.
Pada dasarnya protein merupakan penyusun utama sebutir
telur, membentuk cangkang dibutuhkan beberapa mineral terutama calcium.
Ketika kita ingin meransum pakan untuk induk kedua
unsur tersebut harus menjadi perhatian.
Sumber protein pakan ayam kampung cukup banyak diantaranya :
- Tepung ikan
- Bungkil Kedelai
- Sedikit dari jagung
Jika kita kesulitan dalam membuat ransum yang tepat ada
baiknya kita membaca label komposisi zat makanan pada label pembungkus pelet.
Disana komposisi zat makanan dicantumkan secara lengkap hingga
persentase dalam setiap karungnya.
Sumber mineral atau calcium dalam pakan ras petelur salah
satunya berasal dari tepung tulang, juga tepung ikan.
Agar lebih praktis mineral ini bisa dibeli di poultryshop
harganya cukup murah berkisar Rp. 5000/Kg.
Pemberian mineral untuk seeor ayam cukup sekitrar 1% dari
berat badan.
Pemberian pakan protein + karbohidrat sekitar 10% dari berat
badan ayam kampung.
Jika berat induk ayam anda 1,5 Kg maka pakan utama yang
harus diberikan setiap harinya sekitar 150 gram ditambah dengan 15 gram
mineral.
Jika konsep ini telah dipahami secara tepat maka untuk
meracik ransum pakan ayam kampung sendiri akan menjadi lebih mudah juga murah.
Sebab nanyak sekali bahan pakan yang dapat kita kombinasikan
serta harganya lebih murah.
Kunci meningkatkan produksi telur ayam kampung terletak pada
pemberian pakan yang tepat.
Salah satu pakan racikan sebagai pengganti pelet dapat anda
lihat di sini.
Komposisi jantan dan betina dalam satu kandang juga dapat
mempengaruhi produksi telur.
Agar lebih optimal sebainya kandang yang digunakan adalah
kandang bersekat, dimana setiap sekat maksimal dipelihara.
Jika kita membuat kandang ukuran luas, mengisinya dengan
pejantan ayam kampung beserta induk dalam jumlah banyak biasanya produksi telur
tidak akan optimal.
Hal ini karena diantara pejantan akan terjadi persaingan
(naluriah hewan jantan), biasanya hanya jantan penguasa selalu akan dominan
melakukan perkawinan.
Hal inilah kerap tidak diperhatikan oleh peternak kita di
lapangan.
Semoga Bermanfaat..
No comments:
Post a Comment