APAKAH PUPUK BIOBOOST BISA DI KASIH KE AYAM.???
Apabila di kasih ke ayam sangat bagus apalagi di campur sama
chloropil.
Percobaan Ayam pedaging 1000 ekor, baru di panen 650 ekor dg
berat 1.743 kg atau rata2, 2,68kg / ekor, tidak ada afkir (ditolak), saat ini
panen terbaik yg dulunya terjelek, sdgkan yg dulunya terbaik 2,46 kg / ekor
Aplikasi BioBoost dan K-Liquid Chlorophyll pada ayam pedaging memberikan
kenaikan bobot ayam.
pertanyaan
1.Untuk ngilangin bau kotorannya ada ngak obat ya?
Jawabnya: . Krn bau pada kotoran ayam akibat dari 30 persen
tdk diserap oleh pencernaan, dg Bioboost sbg probiotik membantu keseimbangan
mikroorgabisme ususn shg penyerapan nutrisi lbh sempurna, shg bs selamatkan
nutrisi yg hilang 20-25 persen shg tinggal ampas saja, akibatnya bau kotoran
berkurang itu menyebabkan FCR Gratis
2.umur berapa itu?
Jawaban:
ayam umur 44 hari
berat 2,68 kg, diundur dipanen krn pasar lgi banjir ayam, Umur 34 hari sdh dpt
berat 2,04 kg, lbh cepat 4 hari dr sblmnya umur 38 hr baru dpt 2,05 kg, sblmnya
panen terjelek skrg jd panen terbaik, umur 34 hari FCR = 1,48 Semakin kecil
FCR, maka menghemat pakan ayam.
Berhasil atau Tidakkah Pemeliharaan Broiler Anda.....???
Disadari atau tidak, sebuah peternakan ayam juga merupakan
sebuah perusahaan. Terlepas dari besar kecilnya populasi ayam yang dipelihara,
peternakan pun harus memiliki manajemen yang baik layaknya perusahaan.
Kata manajemen sering didengar saat berbicara mengenai
peternakan misalnya manajemen pemeliharaan, manajemen pengobatan dan juga
manajemen pakan. Pemakaian kata tersebut dikarenakan manajemen merupakan kata
yang tepat untuk menggambarkan sistem pengelolaan peternakan. Dengan manajemen
yang baik, peternakan juga akan berjalan dengan baik.
Lingkup kecil seperti kandang broiler di atas pun
membutuhkan manajemen yang baik
agar keuntungan maksimal.
Optimal menjalankan fungsi-fungsi yang termasuk dalam
manajemen adalah hal yang harus dilakukan. Salah satu fungsi dalam manajemen
ialah fungsi evaluasi.
Evaluasi didefinisikan sebagai proses pengawasan dan
pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan
telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Bagi
peternak, evaluasi sangat membantu dalam menemukan masalah yang ada yang
selanjutnya memperbaiki hal tersebut agar peternakan bisa berjalan lebih
optimal dibanding sebelumnya.
Indeks Performan (IP) sebagai Parameter Utama
Info Medion kali ini akan mengangkat peternakan broiler
sebagai fokus. Hal ini dikarenakan peternakan broiler memiliki waktu
pemeliharaan singkat, cepatnya perputaran uang dan banyak dimiliki oleh
peternak baik dengan sistem kemitraan maupun mandiri.
Evaluasi pada peternakan juga membutuhkan sejumlah perangkat
pengukuran yang dinamakan parameter. Sebagai bahan perbandingan, parameter
tersebut dibandingkan dengan standar dari breeder.
Khusus peternakan broiler ada satu parameter utama yang
sering dipergunakan untuk mengukur keberhasilan peternakan yaitu indeks
performan (IP). Nilai IP digunakan untuk menentukan nilai insentif/ bonus bagi
peternak (bagi kemitraan) maupun pekerja kandang. Berikut rumus indeks
performan (IP) tersebut.
IP = (100 - D) x BB x 100
FCR x (A/U)
Keterangan :
IP : Indeks performan
D : persentase deplesi
(%)
BB : bobot badan rata-rata saat panen (kg)
FCR : feed
conversion ratio
A/U : umur
rata-rata panen (hari)
Standar IP yang baik ialah di atas 300. Oleh karena itu,
semakin tinggi nilai IP maka semakin berhasil suatu peternakan broiler
tersebut. Menilik rumus IP di atas, untuk menghitung IP dibutuhkan empat
parameter lain yaitu:
1. Bobot badan (BB) rata-rata
Rumus ini digunakan untuk mengukur berat badan baik saat
kontrol berat badan maupun saat panen. Berikut rumus tersebut :
BB = Bobot
timbang (kg)
Jumlah
ayam (ekor)
Bandingkan hasil perhitungan di atas dengan data dari
breeder. Idealnya, bobot badan rata-rata kandang lebih besar atau sama dengan
standar. Jika bobot badan rata-rata lebih kecil dari standar lakukan beberapa
perbaikan misalnya dalam tata laksana pemberian pakan dan pengaturan kepadatan
kandang.
Penimbangan berat badan dapat dilakukan secara rutin tiap
minggu dan saat panen. Penimbangan rutin tiap minggu dinamakan pula kontrol
berat badan. Teknik kontrol badan tersebut ialah mengambil sampel 50–100 ekor
tiap kandang secara merata di setiap bagian kandang. Kontrol berat badan
merupakan metode penimbangan individu yang berarti seekor ayam ditimbang untuk
berat badannya. Sebaiknya gunakan timbangan yang memiliki sensitivitas lebih
tinggi agar berat badan ayam perindividu dapat lebih teliti diamati. Kegiatan
ini dilakukan pada waktu yang sama tiap minggunya misalnya Senin pagi ketika
kondisi tembolok kosong.
Penimbangan saat panen menggunakan metode penimbangan massal
karena jumlah populasi yang harus ditimbang banyak. Faktor efisiensi waktu dan
tingkat stres ayam menjadi hal yang penting. Secara teknis, penimbangan ayam
bisa berbeda misalnya ayam ditimbang sekaligus keranjangnya atau ada juga yang
mengikat ayamnya dahulu baru digantung. Ada dua model
Contoh Perhitungan
Sebuah peternakan ayam broiler komersial dengan hasil
recording sebagai berikut:
Populasi awal :
5.000 ekor
Populasi akhir : 4.850 ekor
Umur panen :
28 hari
Berat panen total :
6.776,4 kg
Jumlah pakan total : 9.400 kg
Berat DOC : 40 g/ ekor
Ayam mati : 65 ekor
Ayam afkir : 85 ekor
Waktu panen
21 hari --> 520 ekor
= 0,82 kg
28 hari --> 3.850 ekor = 1,4
kg
35 hari --> 480 ekor
= 2 kg
maka perhitungannya ialah,
D = (65 + 85)
ekor x 100%
5000 ekor
D = 3 %
(persentase deplesi maksimal = +5%)
Rata-rata BB ayam saat panen
= (480 x 2) + (520 x 0,82) + (3.850 x 1,4) kg
3.850 + 480 + 520 ekor
= 960 +
426,4 + 5.390 kg
4.850 ekor
= 6.776,4 kg
4.850 ekor
= 1,4 kg/
ekor ayam
FCR = 9.400 kg
6776,4 kg –
(0.04 kg x 5000)
= 1,43
A/U = (21x520)+(28x3850)+(35x480)
(4850) ekor
= 27,94 hari
(waktu panen ayam di perhitungan ini ialah 28 hari)
IP = (100% -
3%) x 1,4 kg x 100
1,43 x
27,94 hari
= 339,89 (standar IP: ≥ 300)
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat
dikatakan bahwa peternakan tersebut telah berjalan dengan optimal. Kesimpulan
tersebut diangkat berdasarkan beberapa hal di bawah ini:
Persen deplesi ayam di peternakan (3%) lebih rendah
dibanding target maksimal deplesi yaitu +5%. Hal ini disebabkan baiknya tata
laksana pemeliharaan, pengobatan, vaksinasi dan juga pakan yang berujung pada
rendahnya persentase deplesi.
Nilai A/U (27,94 hari) yang berselisih 0,06 hari dengan umur
panen ter-banyak di umur 28 hari dikarenakan penjualan ayam sesuai BB
berdasarkan permintaan pasar yaitu pada BB 0,82 kg (520 ekor), 1,4 kg (3.850
ekor) dan 2 kg (480 ekor). Peternak memutuskan untuk menyisakan sebagian ayam
untuk dipanen dengan BB 2 kg. Seperti diketahui, masing-masing BB ayam memiliki
pangsa pasar tersendiri. Misalnya, ayam BB 0,8-0,9 kg disukai rumah makan dan
pasar tradisional sedangkan BB di atas 1,5 kg disukai industri mie instan dan
kaldu ayam (www.ppti.usm.my).
Rata-rata BB ayam saat tiga kali panen ialah 1,4 kg. BB
panen umur 21 hari (0,82 kg), 28 hari (1,4 kg) dan 35 hari (2 kg) sedangkan
standar BB breeder untuk 21 hari ialah 0,801–0,885 kg, 28 hari (1,316–1,478 kg)
dan 35 hari (1,879–2,155 kg). Menilik perbandingan di atas, ayam sudah memenuhi
standar sejak umur panen 21 hari. Terpenuhinya standar ini sejak panen pertama
(21 hari,red) memang patut diusahakan bahkan sejak masa brooding. Lakukan
kontrol BB rutin agar ayam yang BB tidak sesuai standar dapat segera dipisahkan
dan diberi perlakuan khusus yaitu penambahan jumlah pakan 10% (maksimal +15 g)
dan vitamin. Anda bisa mengkombinasikan pemberian vitamin sesuai umur
pemeliharaan misalnya Vita Chicks dan Strong n Fit untuk umur 0-1 minggu,
Broiler Vita untuk umur 1-3 minggu serta Neobro untuk di atas 3 minggu hingga
panen.
Pencapaian IP peternakan tersebut (339,89) sudah sangat baik
karena melebihi standar yaitu ≥300. Tingginya IP tersebut menandakan suatu
peternakan telah menerapkan sistem manajemen yang cukup efisien dan efektif.
Perhitungan Break Even Point (BEP)
Nilai kualitas performan ayam ditunjukkan dari nilai IP
sedangkan untuk nilai rupiah tercermin dari nilai BEP harga. BEP harga
digunakan untuk menentukan tingkat harga jual agar mencapai titik impas (tidak
untung tidak rugi). Metode ini paling sering digunakan oleh peternak. Seperti
diketahui, bahwa harga ayam broiler mengikuti harga pasar sehingga peternak
sulit mengatur harga sendiri. Dengan metode BEP harga tersebut, ketika harga
jual ayam sudah melewati nilai BEP harga peternak bisa menjualnya. Metode
penghitungan BEP ialah sebagai berikut.
BEP =
(FCRxBBxP)+DOC+BOP+BVK
BB
Keterangan :
BB : berat badan rata-rata ayam
P : harga pakan per kg
DOC : harga DOC
BOP : biaya
operasional
BV : biaya
pengobatan (vaksin, antibotik, vitamin, desinfektan dsb)
Semoga bermanfaat.....
No comments:
Post a Comment