Belalang Kembara merupakan hama penting di Indonesia
tercatat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Lampung, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat pernah
terjadi ledakan Populasi hama tersebut.
Hama ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam
program peningkatan produksi tanaman.
Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan olah hama belalang
kembara sangat bervariasi diikuti dengan peningkatan populasi yang tinggi.
Belalang ini mempunyai sifat cenderung untuk membentuk
kelompok yang besar dan suka berpindah-pindah (berimigrasi), sehingga dalam
waktu yang singkat dapat menyebar pada areal yang luas.
Kelompok yang berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang
dilewatinya selama dalam perjalanan.
Perilaku makan belalang kembara dewasa biasanya diwaktu
hinggap pada sore hari sampai malam dan pada pagi hari sebelum terbang.
Kelompok Nimfa yang berimigrasi dapat memakan tumbuhan yang
dilokasi selama dalam perjalanan.
Belalang ini cenderung memilih makanan yang lebih
disukainya, terutama spesies tumbuhan dari Famili Gramineae. (silahkan browsing)
Dalam keadaan eksplosi juga diserang daun-daun kelapa dan
tanaman dari golongan Palma lainnya.
Musuh-musuh alami belalang kembara yaitu berupa penyakit
parasit dan predator.
Penyakit yang menyerang belalang kembara antara lain
penyakit bakteri, penyakit cendawan antara lain yaitu : parasit ini dari jenis
Nematoda dan predator dari bangsa burung dan semut.
Dalam keadaan populasi belalang tinggi nampaknya peranan
musuh alami ini relatif rendah.
Cara-cara pengendalian yang dapat diterapkan antara lain :
Kultur Teknis
Dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif
yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu,
melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun
dan yang terlihat diambil.
Gropyokan/Mekanik/Fisik
Kelompok tani secara aktif mencari kelompok belalang di
lapangan, dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap.
Kimiawi
Pengendalian yang dapat dilakukan pada Stadium Nimfa kecil
karena belum merusak.
Pengendalain terhadap imago dilaksanakan pada malam hari,
mulai dari belalang hingga senja hari sampai sebelum terbang waktu pagi hari.
Pengendalian sebaiknya secara langsung terhadap individu/kelompok
yang ditemui di lahan.
Biologis
Dengan menggunakan cendawan, dengan cara penyebaran pada
tempat-tempat bertelur belalang kembara atau dengan penyemprotan dengan
terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan).
Pengendalian
Dengan Ekstrak Tuba (Deris sp) dan Ekstrak Nimba (azadiracht
indica) dilakukan penyemprotan pada tanaman untuk meninggalkan “Efek Residu”
pestisida pada Tanaman.
Pestisida Nabati (Ekstrak Tuba dan Nimba) merupakan salah
satu komponen yang memiliki prospek yang baik untuk digunakan dalam
pengendalian belalang kembara dan juga OPT lainnya, khususnya tumbuhan tuba
yang tersedia dilingkungan petani.
Ekstrak bisa dibuat secara sederhana dan langsung di
aplikasikan oleh petani sehingga bisa dianggap murah.
PENGENDALIAN BELALANG KEMBARA DENGAN EKSTRAK TUBA (Deris.
Sp) dan EKSTRAK NIMBA (Azadiracht indica)
Mengingat adanya berbagai kekurangan dari pestisida yang ada
sampai sekarang ini.
Para ahli menganggap perlu diciptakan pestisida baru yang
ideal, efektif mengendalian serangga, aman terhadap lingkungan dan harga
terjangkau oleh pengguna.
Banyak informasi hasil penelitian tentang jenis tumbuhan
yang mengandung senyawa aktif dan berpotensi sebagai insektisida diantaranya
adalah tuba (Deris. Sp) yang mengandung bahan aktif Rotenon dan Nimba
(Azadiracht indica) mengandung bahan aktif Azadirachtin.
Dapat mempengaruhi perilaku belalang dan barbagai serangga
lainnya, berfungsi sebagai penghambat nafsu makan/antifedant, repallent,
attractan, menghambat perkembangan serangga, menurunkan keperidian hingga
berpengaruh langsung sebagai racun.
Penggunaan pestisida nabati tidak per sistem/mudah terurai
di alam sehingga penggunaannya aman bagi lingkungan.
PEMBUATAN EKSTRAK
Untuk mengolah bahan-bahan akar tuba dan daun nimba menjadi
pestisida dapat dimulai dari teknologi sederhana yaitu penghancuran akar/daun.
Pelarut air bersih, perendaman dalam wadah (jirigen).
Proses ekstraksi/persenyawa bahan aktif dengan air.
Proses penyaringan aplikasi pada hama sasaran.
Untuk pengendalian hama belalang diperlukan dosis/takaran 1
kilogram akar tuba/daun nimba dan 20 liter air besih.
PROSES PEMBUATAN EKSTRAK
Mengumpulkan bahan baku akar tuba dan daun nimba.
Akar tuba/daun nimba dicuci dengan air sampai bersih.
Untuk akar tuba dipotong dengan ukuran kecil lebih dulu
kemudian baru ditumbuk dengan menggunakan lesung.
Daun nimba langsung dihaluskan dilesung atau dapat juga
diblender sampai menjadi potongan kecil.
Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang telah
dihaluskan dimasukan kedalam jirigen isi 20 liter, kemudian ditambah air
bersih.
Proses perendaman minimal 3 hari setelah itu baru dapat
dipakai untuk aplikasi.
Pada saat pengendalian larutan disaring terlebih dahulu dan
ditambahkan bahan perekat (Cytowett/detergen).
BAHAN BAKU (AKAR TUBA-DAUN NIMBA) =>
PENCUCIAN => PENGIRISAN/PENGHALUSAN => PERENDAMAN
=> PENYARINGAN DAN PEMBERIAN LARUTAN PEREKAT => APLIKASI/PENYEMPROTAN
Dalam jangka panjang untuk menghindari serangan hama
belalang ekstrak tuba dan nimba dapat diolah dalam jumlah yang cukup oleh petani
dan disimpan dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga sewaktu-waktu ada serangan belalang pestisida
nabati tinggal disaring dan disemprotkan pada tanaman.
Selama aspek teknis diperlukan langkah-langkah terpadu dalam
pengedalian hama belalang kembara, antara lain sebagai berikut :
Pemantauan populasi dan keadaan penyebaran belalang hendakan
mendapat perhatian yang seksama baik oleh petugas (PHP, PPL, Aparat pemandu dan
lain-lain).
Informasi umum mengenai perkembangannya menjadi masukkan
untuk mengambil tindakan yang perlu dilakukan.
Menjaga kelestarian pemangsa belalang yang ada di alam
antara lain burung dan lain-lain.
Penyuluhan secara terpadu melalui berbagai instansi yang
terkait untuk menghindari pembakaran hutan, terutama disekitar areal pertanian/perkebunan
yang akhirnya menjadi lahan terbuka akhirnya tidak tertangani dan tubuh belukar
sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya belalang.
No comments:
Post a Comment