HAMA TANAMAN CENGKEH
Penggerek Batang
Penggerek batang mulai menyerang pada tanaman cengkeh
berumur 4–8 tahun ke atas (pada umumnya mulai tanaman berbunga).
Pada sebelah bawah batang keluar air kotor dan kayu gerekan
dari lubang gerekan yang menyerupai tahi gergaji.
Macam penggerek batang cengkeh :
Nothopeus hemipterus Oliv.
Nothopeus fasciatipennis Watt.
Hexamitodera semivelutina Hell.
Nothopeus hemipterus Oliv. merupakan penggerek batang
dan ranting
Nothopeus fasciatipennis Watt merupakan penggerek
batang melingkar yang mempercepat kematian pohon karena yang dilingkari bukan
hanya bagian kulit tetapi juga kambiumnya.
Penggerek biasanya meletakkan telur pada bagian celah-celah
kulit batang dekat permukaan tanah.
Telur-telur ini kemudian menetas timbul larva yang masuk ke
dalam kulit batang kemudian setelah membesar.
Cara pengendalian :
Pengendalian dilakukan dengan menutup lubang dengan pasak
bambu sepanjang ±10 cm.
Pasak ini setiap 2 minggu sekali harus dipukuli lagi
ujungnya agar menutup lubang gerekan rapat-rapat.
Tiap lubang baru harus selalu diberi pasak.
Bila tersedia ke dalam lubang dimasukkan kapas yang dibasahi
dengan insektisida sistemik untuk mematikan penggerek di dalamnya.
Rayap
Rayap kebanyakan menyerang pada tanaman muda yang baru
ditanam (2-3 tahun) dan tanaman-tanaman yang kurang sehat dan juga
dipersemaian.
Gejala serangan tanaman layu secara keseluruhan, daun
mengering tidak rontok dan bila digali sampai 10 cm di bawah permukaan tanah
akan tampak bekas serangan rayap.
Serangan rayap merupakan serangan sekunder, serangan primer
biasanya disebabkan pembusukan akar seperti serangan jamur akar
(Pythium atau Rhizoctonia), tanahnya becek, dll.
Pada waktu membuat/memperlebar petakan harus diperhatikan
tanah yang galian jangan diletakkan pada tanaman cengkeh karena bila tanah
galiannya baik dan yang terkubur hanya beberapa centimeter saja tidak
bermasalah tetapi jika sampai 10 cm atau lebih dan tanahnya jelek maka timbul
keadaan yang anaerob dan perakaran menjadi busuk karena keracunan gas CO, SO2
dan lain-lainnya.
Cara pengendalian :
Sebelum bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam supaya diberi
diberi afval tembakau dari pabrik rokok yang telah tercampur dengan cengkeh.
Debu afval tembakau selain mengandung nicotine dan
minyak cengkeh juga dapat menjadi humus selain dapat mematikan rayap.
Uret Melolontha
Rayap biasanya merusak kulit akar tunggang mulai dari
permukaan tanah sampai beberapa cm ke dalam tanah yang menyebabkan dedaunan
layu mendadak dan menyeluruh.
Sedangkan uret kebanyakan menyerang pada bagian akar samping
dan bila serangan serentak daunnya menguning dan layu kemudian kering dan mati.
Serangan tanaman cengkeh oleh uret tidak menyebabkan
kematian tanaman secara mendadak seperti serangan rayap.
Kumbang dari ordo Coleoptera bertelur yang
dimasukkan ke dalam tanah dan larvanya hidup di dalam tanah dan merusak akar
tanaman muda cengkeh.
Serangan uret ini paling banyak pada kebun-kebun yang dekat
dengan hutan karena pada fase kumbang senang daun muda/tua dari pohon puspa
(Schima Noronhae REINW).
Cara pengendalian :
Uret Melolontha sangat sulit dikendalikan karena
biasanya bersembunyi di ketiak-ketiak akar besar persis di bawah pohon atau
akar tunggang dimana yang dimakan adalah kulit akar sampai leher akar.
Pengendalian dilakukan dengan menyiram insektisida/afval
tembakau pada tiap-tiap pohon cengkeh yang larutannya lebih pekat pada pangkal
batang (sebaiknya tanah-tanah pada pangkal batang dibuka dahulu).
Cara lain dengan menggunakan insektisida sistemik yang
dimasukkan dengan cara suntik atau infus ke dalam tanaman.
Cara yang lebih praktis biasanya menjelang Bulan
September–Oktober biasanya kumbang ini keluar dan tanah pada bokoran atau
petakan cengkeh dibersihkan dari mulsa yang bisa dijadikan tempat bertelur dan
menjadi bahan makanan uret yang masih muda.
Kutu Hijau (Coccus viridis Gr.)
Kutu hijau menghisap cairan pucuk-pucuk ranting cengkeh baik
masih muda maupun yang dewasa.
Biasanya hidup bersimbiose dengan semut gramang karena kutu
hijau mengeluarkan zat gula yang disenangi oleh semut dan kotoran dari semut
tersebut menempel pada daun-daun yang menimbulkan penyakit embun jelaga yang
mengganggu proses asimilasi sehingga pertumbuhan tanaman menjadi kerdil,
bunganya kecil-kecil dan mudah rontok.
Cara pengendalian :
Dengan pelestarian musuh alami kumbang helem dan
jamur Verticilum dapat menekan pertumbuhan kutu hijau.
Pemakaian pestisida ASM (Air Sabun Minyak) secara terus
menerus dapat mematikan kutu hijau sehingga semut dan embun jelaga dapat
dikendalikan.
Pengendalian kutu hijau dapat dilakukan dengan pestisida
kimia diazinon, sedangkan embun jelaga dapat disemprot dengan kapur sirih/kapur
kembang (10 liter air dicampur dengan ¼ kg kapur)
Ulat Siwur
Dinamakan ulat siwur karena kepalanya (bagian dari punggung
ulat) yang membesar berbentuk bundar serta tubuh yang memanjang menyerupai
siwur.
Yang dimakan adalah bagian pucuk dan daun muda cengkeh
sampai gundul.
Cara pengendalian :
Walaupun kepala ulat tampaknya tahan tetapi penyemprotan
dengan pestisida berulang-ulang dapat menghentikan serangan eksplosif dari ulat
ini.
Pohon-pohon yang terserang sebaiknya diberi pupuk ekstra
(pupuk daun) seperti gandasil, wuxal, dll.
PENYAKIT TANAMAN CENGKEH
Penyakit Mati Ranting (Die Back )
Gejala :
Daun berwarna kekuning-kuningan, tampak layu kemudian
berguguran sehingga ujung ranting tampak gundul.
Kematian daun dan ranting mulai dari ujung ranting di bawah
puncak pohon terus menjalar sampai ke batang.
Penyebab :
Karena kekurangan hara/kehabisan hara setelah panen
“tahun besar “ tanpa pemeliharaan yang cukup.
Pengendalian :
Menjelang “tahun besar“ yang sudah dapat dilihat pada Bulan
Januari – Februari kelebatan bakal bunga, pemupukan NPK dan pupuk organik harus
diulang di Bulan Januari paling lambat Maret.
Sebulan sebelum panen perlu dipupuk urea untuk mempercepat
keluarnya serung baru setelah habis pemetikan.
Ditengah-tengah musim panen pohon-pohon yang lebat perlu
diberi pupuk daun seminggu sekali selama 5 – 6 kali.
Serangan cendawan akar :
Ganoderma sp (Akar Merah), Rosellinia sp
danFomes lignosus.
Pengendalian :
Tidak menanam di tempat-tempat bekas serangan penyakit
cendawan.
Bila ingin menanam perlu perlakuan sterilisasi tempat
penanaman dengan cara membuat saluran isolasi sedalam 1- 1,5 m kemudian tempat
penanaman dibuat lubang diberi kapur dan didiamkan selama 1 tahun untuk
mematikan spora jamur yang tertinggal.
Sebelum menanam pergunakan pupuk organik yang dicampur
dengan JamurTricoderma sp untuk mengendalikan serangan penyakit jamur
akar.
Perakaran yang tertimbun tanah terlalu dalam (lebih dari 5
cm), lebih-lebih bila tertimbun tanah liat.
Keadaan ini menyebabkan kondisi anaerob dalam
tanah yang menyebabkan timbulnya gas beracun bagi tanaman seperti CO, SO2 yang
menyebabkan busuknya akar.
Pengendalian :
Bila belum terlalu parah bisa diatasi dengan mengeruk tanah
timbunan sampai tampak perakaran halus dan tanah timbunan yang liat dijauhkan
dari pohon kemudian tanah disekitar batang digemburkan diberi pupuk organik dan
bila telah tampak sembuh baru diberi pupuk an organik.
Perakaran yang tidak dapat menembus lapisan padas, tanah
liat atau tanah berwarna kuning (yellow podsolic).
Pada umur 3-5 tahun biasanya tampak gejala mati ranting.
Pengendalian :
Pengendalian memerlukan biaya yang tinggi karena perlu
mengeluarkan tanah padas, tanah liat atau tanah berwarna kuning dan diisi
kembali dengan tanah yang gembur dan subur.
Disarankan supaya tidak menanam tanaman pada tanah yang
tidak dapat ditembus akar tanaman.
Serangan cendawan Exobasidium spec.
Dimana sepintas seperti penyakit panu yang suit untuk
dikelupas tetapi cendawan Exobasidium spec. mudah untuk dikelupas.
Pengendalian :
Pengendalian yang ramah lingkungan dengan cara mengelupas
serangan jamur bila serangan masih sedikit.
Jika telah meluas perlu mempergunakan fungisida.
Penyakit Mati Bujang / Mati Gadis
Gejala :
Gejala yang tampak dengan jatuhnya daun mulai dari puncak
kemudian meluas ke bawah pohon yang mengakibatkan tajuk menjadi hampir gundul
dan menjadi berwarna kelabu karena yang tampak warna ranting-ranting.
Daun yang tertinggal berwarna hijau suram, kadang-kadang
kuning, banyak layu.
Proses penyakit ini lamanya 2 – 3 tahun sebelum pohon-pohon
yang diserang mati.
Penyebab :
Penyebab utama adalah keadaan tanah yang tidak cocok untuk
tanaman cengkeh yaitu tanah-tanah yang drainase-nya jelek, adanya lapisan tanah
pada yang dangkal yang tidak dapat meresapkan air atau adanya lapisan tanah
liat yang menyebabkan tanah selalu becek dimusim hujan dan kering/membelah di
musim kemarau.
Setelah ”tahun besar” dimana pembungaan yang lebat tanaman
tidak dapat memulihkan kondisi ditambah serangan cendawan, bakteri dan
penggerek dapat mempercepat matinya pohon.
Pengendalian :
Penyakit mati bujang/mati gadis dapat dihindari dengan memilih
tanah yang cocok yaiti berstruktur baik (gembur) dalamnya sampai beberapa
meter, tidak berpadas dan/atau berlapis tanah liat, bukan tanah pasir/berpasir
yang mudah kehilangan air.
Tanaman yang belum lanjut terserang dapat ditolong dengan
membuat rorak sedalam 1 meter atau lebih dengan jarak 6 – 8 meter dari batang
atau membuat saluran memanjang menurut kontur tanah dengan ukuran lebar 1,5 m
dan dalam 1,5 m.
Tanah disekitar batang digemburkan dan diberi pupuk organik.
Pemakaian pupuk an organik hanya diberikan bila pohon sudah
sembuh.
Mati Kekeringan
Mati kekeringan kebanyakan melanda cengkeh-cengkeh muda umur
1-4 tahun.
Pengendalian :
Pemasangan peteduh, mulsa dan kalau memungkinkan penyiraman
yang jenuh pada musim kemarau dapat menghindari mati kekeringan.
Bercak Daun
Penyebab : Cendawan Gloeosporium .
Cendawan Cylindrocladium.
Gejala :
Gejala becak daun akibat serangan cendawan
Gloeosporium :
Timbul bercak-bercak berwarna kuning coklat pada daun agak
tua.
Serangan biasanya timbul mendadak dan meluas setelah angin
kencang yang menimbulkan luka-luka.
Gejala bercak daun akibat serangan cendawan
Cylindrocladium :
Timbul bercak-bercak berwarna merah atau merah cokelat
dengan bagian tengahnya berwarna putih dan pinggir becak berwarna merah.
Serangan biasanya pada musim penghujan dan peneduh yang
rapat.
Serangan Cylindrocladium lebih cepat dibandingkan
serangan Gloeosporium.
Serangan juga terdapat pada pucuk dan tangkai batang.
Daun yang telah terserang Cylindrocladium lebih mudah
diserang oleh Gloeosporium.
Pengendalian :
a.Mengurangi peneduh pada musim penghujan.
b.Pemberian pupuk yang memiliki unsur K (pupuk NPK atau
KCl).
Busuk Akar
Penyebab :
Cendawan Pythium.
Cendawan Rhizoctonia.
Cendawan Phytopthora.
Gejala :
Penyakit ini banyak timbul dipersemaian, sewaktu-waktu juga
timbul dipertanaman.
Daun-daun mulai berwarna kekuning-kuningan kemudian layu
seluruhnya dan kering.
Seringkali mati mendadak karena diikuti oleh serangan rayap.
Sesungguhnya rayap merupakan serangan sekunder dimana penyakit
busuk akar menyebabkan tanaman lemah memudahkan rayap untuk menyerang.
Pengendalian :
Penyakit ini dapat dihindari dengan membuat drainasi yang
baik.
Sebaiknya tidak menanam di tempat-tempat bekas serangan
penyakit cendawan.
Bila ingin menanam perlu perlakuan sterilisasi tempat
penanaman dengan cara membuat saluran isolasi sedalam 1- 1,5 m kemudian tempat
penanaman dibuat lubang diberi kapur dan didiamkan selama 1 tahun untuk
mematikan spora jamur yang tertinggal.
Sebelum menanam pergunakan pupuk Bioboost untuk
mengendalikan serangan penyakit busuk akar.
Penyakit Panu
Penyebab :
Simbiosis dari algae dan cendawan.
Gejala :
Timbul becak-becak berwarna putih kelabu yang menempel di
atas kulit cabang/ranting.
Bila sudah menutupi ketiak ranting maka ranting mudah sekali
patah bila terkena angin.
Walaupun tampak hanya menempel cabang dan ranting yang
menyebabkan kematian ranting-ranting kecil juga mengganggu pertumbuhan pohon
cengkeh.
Pengendalian :
Disarankan untuk menyemprot dengan larutan kapur kembang 2%
untuk cabang/ranting yang kecil.
Sedangkan untuk untuk batang/cabang yang besar-besar dipulas
dengan larutan kapur kembang atau kapur tembok 5%.
Semoga bermanfaat...
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment