Wednesday, 6 July 2016

PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CENGKEH



 HAMA TANAMAN CENGKEH

Penggerek Batang
Penggerek batang mulai menyerang pada tanaman cengkeh berumur 4–8 tahun ke atas (pada umumnya mulai tanaman berbunga).
Pada sebelah bawah batang keluar air kotor dan kayu gerekan dari lubang gerekan yang menyerupai tahi gergaji.

Macam penggerek batang cengkeh :
Nothopeus hemipterus Oliv.
Nothopeus fasciatipennis Watt.
Hexamitodera semivelutina Hell.

Nothopeus hemipterus Oliv. merupakan penggerek batang dan ranting
Nothopeus fasciatipennis Watt merupakan penggerek batang melingkar yang mempercepat kematian pohon karena yang dilingkari bukan hanya bagian kulit tetapi juga kambiumnya.
Penggerek biasanya meletakkan telur pada bagian celah-celah kulit batang dekat permukaan tanah.
Telur-telur ini kemudian menetas timbul larva yang masuk ke dalam kulit batang kemudian setelah membesar.

Cara pengendalian :
Pengendalian dilakukan dengan menutup lubang dengan pasak bambu sepanjang ±10 cm.
Pasak ini setiap 2 minggu sekali harus dipukuli lagi ujungnya agar menutup lubang gerekan rapat-rapat.
Tiap lubang baru harus selalu diberi pasak.
Bila tersedia ke dalam lubang dimasukkan kapas yang dibasahi dengan insektisida sistemik untuk mematikan penggerek di dalamnya.


Rayap
Rayap kebanyakan menyerang pada tanaman muda yang baru ditanam (2-3 tahun) dan tanaman-tanaman yang kurang sehat dan juga dipersemaian.

Gejala serangan tanaman layu secara keseluruhan, daun mengering tidak rontok dan bila digali sampai 10 cm di bawah permukaan tanah akan tampak bekas serangan rayap.
Serangan rayap merupakan serangan sekunder, serangan primer biasanya disebabkan pembusukan akar seperti serangan jamur akar (Pythium atau Rhizoctonia), tanahnya becek, dll.

Pada waktu membuat/memperlebar petakan harus diperhatikan tanah yang galian jangan diletakkan pada tanaman cengkeh karena bila tanah galiannya baik dan yang terkubur hanya beberapa centimeter saja tidak bermasalah tetapi jika sampai 10 cm atau lebih dan tanahnya jelek maka timbul keadaan yang anaerob dan perakaran menjadi busuk karena keracunan gas CO, SO2 dan lain-lainnya.

Cara pengendalian :
Sebelum bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam supaya diberi diberi afval tembakau dari pabrik rokok yang telah tercampur dengan cengkeh.
Debu afval tembakau selain mengandung nicotine dan minyak cengkeh juga dapat menjadi humus selain dapat mematikan rayap.


Uret Melolontha
Rayap biasanya merusak kulit akar tunggang mulai dari permukaan tanah sampai beberapa cm ke dalam tanah yang menyebabkan dedaunan layu mendadak dan menyeluruh.
Sedangkan uret kebanyakan menyerang pada bagian akar samping dan bila serangan serentak daunnya menguning dan layu kemudian kering dan mati.
Serangan tanaman cengkeh oleh uret tidak menyebabkan kematian tanaman secara mendadak seperti serangan rayap.

Kumbang dari ordo Coleoptera bertelur yang dimasukkan ke dalam tanah dan larvanya hidup di dalam tanah dan merusak akar tanaman muda cengkeh.
Serangan uret ini paling banyak pada kebun-kebun yang dekat dengan hutan karena pada fase kumbang senang daun muda/tua dari pohon puspa (Schima Noronhae REINW).

Cara pengendalian :
Uret Melolontha sangat sulit dikendalikan karena biasanya bersembunyi di ketiak-ketiak akar besar persis di bawah pohon atau akar tunggang dimana yang dimakan adalah kulit akar sampai leher akar.

Pengendalian dilakukan dengan menyiram insektisida/afval tembakau pada tiap-tiap pohon cengkeh yang larutannya lebih pekat pada pangkal batang (sebaiknya tanah-tanah pada pangkal batang dibuka dahulu).

Cara lain dengan menggunakan insektisida sistemik yang dimasukkan dengan cara suntik atau infus ke dalam tanaman.

Cara yang lebih praktis biasanya menjelang Bulan September–Oktober biasanya kumbang ini keluar dan tanah pada bokoran atau petakan cengkeh dibersihkan dari mulsa yang bisa dijadikan tempat bertelur dan menjadi bahan makanan uret yang masih muda.


Kutu Hijau (Coccus viridis Gr.)
Kutu hijau menghisap cairan pucuk-pucuk ranting cengkeh baik masih muda maupun yang dewasa.
Biasanya hidup bersimbiose dengan semut gramang karena kutu hijau mengeluarkan zat gula yang disenangi oleh semut dan kotoran dari semut tersebut menempel pada daun-daun yang menimbulkan penyakit embun jelaga yang mengganggu proses asimilasi sehingga pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, bunganya kecil-kecil dan mudah rontok.

Cara pengendalian :
Dengan pelestarian musuh alami kumbang helem dan jamur Verticilum dapat menekan pertumbuhan kutu hijau.
Pemakaian pestisida ASM (Air Sabun Minyak) secara terus menerus dapat mematikan kutu hijau sehingga semut dan embun jelaga dapat dikendalikan.

Pengendalian kutu hijau dapat dilakukan dengan pestisida kimia diazinon, sedangkan embun jelaga dapat disemprot dengan kapur sirih/kapur kembang (10 liter air dicampur dengan ¼ kg kapur)


Ulat Siwur
Dinamakan ulat siwur karena kepalanya (bagian dari punggung ulat) yang membesar berbentuk bundar serta tubuh yang memanjang menyerupai siwur.
Yang dimakan adalah bagian pucuk dan daun muda cengkeh sampai gundul.

Cara pengendalian :
Walaupun kepala ulat tampaknya tahan tetapi penyemprotan dengan pestisida berulang-ulang dapat menghentikan serangan eksplosif dari ulat ini.
Pohon-pohon yang terserang sebaiknya diberi pupuk ekstra (pupuk daun) seperti gandasil, wuxal, dll.


PENYAKIT TANAMAN CENGKEH

Penyakit Mati Ranting (Die Back )
Gejala :
Daun berwarna kekuning-kuningan, tampak layu kemudian berguguran sehingga ujung ranting tampak gundul.
Kematian daun dan ranting mulai dari ujung ranting di bawah puncak pohon terus menjalar sampai ke batang.

Penyebab :
Karena kekurangan hara/kehabisan hara setelah panen “tahun besar “ tanpa pemeliharaan yang cukup.

Pengendalian :
Menjelang “tahun besar“ yang sudah dapat dilihat pada Bulan Januari – Februari kelebatan bakal bunga, pemupukan NPK dan pupuk organik harus diulang di Bulan Januari paling lambat Maret.

Sebulan sebelum panen perlu dipupuk urea untuk mempercepat keluarnya serung baru setelah habis pemetikan.

Ditengah-tengah musim panen pohon-pohon yang lebat perlu diberi pupuk daun seminggu sekali selama 5 – 6 kali.


Serangan cendawan akar : 
Ganoderma sp (Akar Merah), Rosellinia sp danFomes lignosus.

Pengendalian :
Tidak menanam di tempat-tempat bekas serangan penyakit cendawan.
Bila ingin menanam perlu perlakuan sterilisasi tempat penanaman dengan cara membuat saluran isolasi sedalam 1- 1,5 m kemudian tempat penanaman dibuat lubang diberi kapur dan didiamkan selama 1 tahun untuk mematikan spora jamur yang tertinggal.

Sebelum menanam pergunakan pupuk organik yang dicampur dengan JamurTricoderma sp untuk mengendalikan serangan penyakit jamur akar.

Perakaran yang tertimbun tanah terlalu dalam (lebih dari 5 cm), lebih-lebih bila tertimbun tanah liat.
Keadaan ini menyebabkan kondisi anaerob dalam tanah yang menyebabkan timbulnya gas beracun bagi tanaman seperti CO, SO2 yang menyebabkan busuknya akar.

Pengendalian :
Bila belum terlalu parah bisa diatasi dengan mengeruk tanah timbunan sampai tampak perakaran halus dan tanah timbunan yang liat dijauhkan dari pohon kemudian tanah disekitar batang digemburkan diberi pupuk organik dan bila telah tampak sembuh baru diberi pupuk an organik.
Perakaran yang tidak dapat menembus lapisan padas, tanah liat atau tanah berwarna kuning (yellow podsolic).
Pada umur 3-5 tahun biasanya tampak gejala mati ranting.

Pengendalian :
Pengendalian memerlukan biaya yang tinggi karena perlu mengeluarkan tanah padas, tanah liat atau tanah berwarna kuning dan diisi kembali dengan tanah yang gembur dan subur.
Disarankan supaya tidak menanam tanaman pada tanah yang tidak dapat ditembus akar tanaman.


Serangan cendawan Exobasidium spec. 
Dimana sepintas seperti penyakit panu yang suit untuk dikelupas tetapi cendawan Exobasidium spec. mudah untuk dikelupas.

Pengendalian :
Pengendalian yang ramah lingkungan dengan cara mengelupas serangan jamur bila serangan masih sedikit.
Jika telah meluas perlu mempergunakan fungisida.


Penyakit Mati Bujang / Mati Gadis
Gejala :
Gejala yang tampak dengan jatuhnya daun mulai dari puncak kemudian meluas ke bawah pohon yang mengakibatkan tajuk menjadi hampir gundul dan menjadi berwarna kelabu karena yang tampak warna ranting-ranting.
Daun yang tertinggal berwarna hijau suram, kadang-kadang kuning, banyak layu.
Proses penyakit ini lamanya 2 – 3 tahun sebelum pohon-pohon yang diserang mati.

Penyebab :
Penyebab utama adalah keadaan tanah yang tidak cocok untuk tanaman cengkeh yaitu tanah-tanah yang drainase-nya jelek, adanya lapisan tanah pada yang dangkal yang tidak dapat meresapkan air atau adanya lapisan tanah liat yang menyebabkan tanah selalu becek dimusim hujan dan kering/membelah di musim kemarau.

Setelah ”tahun besar” dimana pembungaan yang lebat tanaman tidak dapat memulihkan kondisi ditambah serangan cendawan, bakteri dan penggerek dapat mempercepat matinya pohon.

Pengendalian :
Penyakit mati bujang/mati gadis dapat dihindari dengan memilih tanah yang cocok yaiti berstruktur baik (gembur) dalamnya sampai beberapa meter, tidak berpadas dan/atau berlapis tanah liat, bukan tanah pasir/berpasir yang mudah kehilangan air.

Tanaman yang belum lanjut terserang dapat ditolong dengan membuat rorak sedalam 1 meter atau lebih dengan jarak 6 – 8 meter dari batang atau membuat saluran memanjang menurut kontur tanah dengan ukuran lebar 1,5 m dan dalam 1,5 m.

Tanah disekitar batang digemburkan dan diberi pupuk organik.
Pemakaian pupuk an organik hanya diberikan bila pohon sudah sembuh.


Mati Kekeringan
Mati kekeringan kebanyakan melanda cengkeh-cengkeh muda umur 1-4 tahun.

Pengendalian :
Pemasangan peteduh, mulsa dan kalau memungkinkan penyiraman yang jenuh pada musim kemarau dapat menghindari mati kekeringan.


Bercak Daun
Penyebab : Cendawan Gloeosporium .
Cendawan Cylindrocladium.

Gejala :
Gejala becak daun akibat serangan cendawan 

Gloeosporium :
Timbul bercak-bercak berwarna kuning coklat pada daun agak tua.
Serangan biasanya timbul mendadak dan meluas setelah angin kencang yang menimbulkan luka-luka.
Gejala bercak daun akibat serangan cendawan

Cylindrocladium :
Timbul bercak-bercak berwarna merah atau merah cokelat dengan bagian tengahnya berwarna putih dan pinggir becak berwarna merah.

Serangan biasanya pada musim penghujan dan peneduh yang rapat.
Serangan Cylindrocladium lebih cepat dibandingkan serangan Gloeosporium.
Serangan juga terdapat pada pucuk dan tangkai batang.
Daun yang telah terserang Cylindrocladium lebih mudah diserang oleh Gloeosporium.

Pengendalian :
a.Mengurangi peneduh pada musim penghujan.
b.Pemberian pupuk yang memiliki unsur K (pupuk NPK atau KCl).


Busuk Akar
Penyebab :
Cendawan Pythium.
Cendawan Rhizoctonia.
Cendawan Phytopthora.

Gejala :
Penyakit ini banyak timbul dipersemaian, sewaktu-waktu juga timbul dipertanaman.
Daun-daun mulai berwarna kekuning-kuningan kemudian layu seluruhnya dan kering.
Seringkali mati mendadak karena diikuti oleh serangan rayap.
Sesungguhnya rayap merupakan serangan sekunder dimana penyakit busuk akar menyebabkan tanaman lemah memudahkan rayap untuk menyerang.

Pengendalian :
Penyakit ini dapat dihindari dengan membuat drainasi yang baik.
Sebaiknya tidak menanam di tempat-tempat bekas serangan penyakit cendawan.
Bila ingin menanam perlu perlakuan sterilisasi tempat penanaman dengan cara membuat saluran isolasi sedalam 1- 1,5 m kemudian tempat penanaman dibuat lubang diberi kapur dan didiamkan selama 1 tahun untuk mematikan spora jamur yang tertinggal.

Sebelum menanam pergunakan pupuk Bioboost untuk mengendalikan serangan penyakit busuk akar.


Penyakit Panu
Penyebab :
Simbiosis dari algae dan cendawan.

Gejala :
Timbul becak-becak berwarna putih kelabu yang menempel di atas kulit cabang/ranting.
Bila sudah menutupi ketiak ranting maka ranting mudah sekali patah bila terkena angin.

Walaupun tampak hanya menempel cabang dan ranting yang menyebabkan kematian ranting-ranting kecil juga mengganggu pertumbuhan pohon cengkeh.

Pengendalian :
Disarankan untuk menyemprot dengan larutan kapur kembang 2% untuk cabang/ranting yang kecil.
Sedangkan untuk untuk batang/cabang yang besar-besar dipulas dengan larutan kapur kembang atau kapur tembok 5%.


Semoga bermanfaat...

No comments:

Post a Comment