Unsur hara utama yang banyak dibutuhkan tanaman adalah unsur
hara N, P, dan K. Walaupun di tanah dan di udara unsur tersebut tersedia dalam
jumlah yang banyak, namun jumlah yang dapat diserap oleh tanaman hanyalah
sedikit dan seringkali tidak mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kekurangan ketersediaan unsur-unsur tersebut di
dalam tanah, ketiga unsur ini ditambahkan dalam bentuk pupuk.
Pupuk yang dimaksud disini adalah penggunaan pupuk yang
berimbang antara pupuk anorganik, pupuk organik, dan pupuk hayati. Namun,
peningkatan pemakaian pupuk buatan ditengarai semakin kurang efektif dan
efisien, serta mengakibatkan dampak yang kurang menguntungkan terhadap kondisi
tanah. Mengingat hal tersebut, makin disadari pentingnya pemanfaatan bahan
organik dan pupuk hayati dalam pengelolaan hara tanah. (Munandar, et al. 2009).
Efek Terhadap Tanah
Tidak digunakan pupuk hayati tentu sangat mengganggu keadaan
tanah baik keadaan fisik, biologi, maupun kimia tanah. Selain itu berpengaruh
terhadap biota dalam tanah, yang sebagian besar biota dalam tanah tersebut
adalah mikroba yang memiliki peranan
sangat penting bagi tanaman. Hampir seluruh proses penyerapan hara tanaman
dibantu oleh mikroba, misalnya terdapat mikroba yang berperan dalam menambat N
dari udara, seperti Azosprillium sp, Azotobacter sp, Rhizobium sp, ada juga mikroba dalam pupuk hayati yang
berperan dalam pelarutan hara P, contohnya Aspergillus sp, Penicillium sp.
Mikroorganisme aktif yang terkandung dalam pupuk hayati
mampu mensuplai Nitrogen untuk tanaman, melarutkan senyawa Phosfat (P) dan
melepaskan senyawa Kalium (K) dari ikatan koloid tanah, mengurai residu kimia
dan mengikat logam berat, menghasilkan zat pemacu tumbuh alami (Giberellin,
Sitokinin, Asam Indol Asestat), menghasilkan asam amino, enzim alami dan
vitamin serta menghasilkan zat patogen sebagai pestisida hayati.
Tidak tersedianya pupuk hayati dalam aplikasi budidaya dari
segi ketersediaan biota tanah, akan berdampak tidak adanya agen hayati yang
berperan untuk merombak bahan organik di dalam tanah. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya penurunan kandungan C organik, dimana C organik ini
merupakan sumber energi bagi mikroba yang terdapat di dalam tanah untuk
melakukan aktivitasnya, seperti proses penyerapan unsur hara, pelepasan
unsur-unsur hara yang terikat di dalam koloid tanah sehingga unsur hara
tersebut tersedia dan dapat diserap
tanaman.
Namun, pupuk hayati tidak akan efektif penggunaannya apabila
kandungan bahan organik dalam tanah sedikit atau tidak ada, karena
mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk hayati akan merombak bahan organik,
sehingga apabila tidak adanya bahan organik tidak ada bahan baku untuk
penyediaan unsur hara. Oleh karena itu, pemupukan harus dilakukan secara
berimbang.
Selain berdampak terhadap biota tanah, pengaplikasian pupuk
hayati berpengaruh terhadap sifat-sifat
tanah yang erat kaitannya dengan kesuburan tanah. Pupuk hayati merupakan salah
satu bahan yang sangat penting dalam upaya memperbaiki kesuburan tanah.
Penggunaan pupuk hayati tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman
sehingga aman bagi kesehatan manusia. Selain itu penggunaan pupuk hayati dapat
meningkatkan kesehatan tanah, menumbuhkan jasad renik (mikroba), menggemburkan
tanah, dan menumbuhkan hewan (cacing), sehingga dapat memacu pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan produksi tanaman. Penggunaan pupuk anorganik dengan
dosis yang terlalu tinggi akan merusak tanah, baik strukturnya, tingkat
kesuburanya, bahkan kesehatan tanahnya.
Penggunaan pupuk anorganik yang dilakukan secara
terus-menerus juga mengakibatkan terjadinya pemadatan tanah sehingga akan sulit
ditembus oleh perakaran.
Mikroorganisme yang terdapat di dalam pupuk hayati dapat
mendegradasi bahan organik sehingga mampu menyediakan unsur hara yang dapat
diserap tanaman dan menghasilkan enzim alami dan vitamin yang bermanfaat untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Sehingga bila kekurangan pupuk hayati maka akan
menyebabkan tidak adanya mikroorganime dalam tanah yang dapat membantu proses
penggemburan tanah dan mengubah zat menjadi bentuk yang dapat diserap oleh
tanaman. Hal ini tentu akan berdampak pula terhadap proses pertumbuhan tanaman.
No comments:
Post a Comment