Idealnya, petani sebelum bertanam sudah tahu keadaan
kandungan hara esensial dalam tanah yang akan ditanami.
Apakah cukup atau apa yang kurang?
Diagnosa dengan uji laboratoris pertanyaan itu dapat
terjawab, tetapi butuh biaya yang bagi petani kecil umumnya di luar jangkauan.
Lagi pula prosedur dan pelaksanaan perlu waktu cukup lama.
Mengetahui status hara esensial dalam tanah sebelum ditanami
penting karena kekurangan salah satu hara esensial, makro ataupun mikro, akan
menimbulkan akibat negatif tertentu pada tanaman, pertumbuhan atau
hasilnya. Kebutuhan tersebut tampaknya kini sudah dapat dipenuhi dengan
mudah, murah dalam jangkauan petani kecil.
Kabar gembira itu berupa kemunculan teknik baru uji kandungan hara esensial dalam tanah yang dinamai Minus-One Element Technique (MOET).
MOET dirancang oleh pakar agronomi Dr. Cesar Mamaril, yang setelah pensiun dari Pusat Riset Padi Internasional (IRRI) bekerja selama 17 tahun sebagai konsultan senior tanah dan agronomi pada Philippine Rice Research Institute (PhilRice). Di PhilRice, ia besama rekan sekerja mengembangkan dan mengaplikasikan MOET untuk pertanian padi di dataran rendah.
Dalam satu uraian yang dimuat
Majalah RiceToday edisi terbaru, Dr. Mamaril menekankan kegunaan dan
manfaat teknik hara minus satu yang dirancangnya.
Dari 16 hara esensial yang dibutuhkan tanaman, 13 jenis
diperoleh dari tanah yakni nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg), sulfur (S), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn),
dan boron (Bo).
Tiga lainnya dari udara dan air, yakni karbon (C), hidrogen
(H), dan oksigen (O). Kekurangan salah satu hara esensial ini akan menyebabkan
tanaman tidak tumbuh normal.
Tanaman menyerap hara dari tanah atau air dalam tanah sehingga hara yang tertinggal akan berkurang (karena hasil atau juga limbah tanaman terbawa keluar lahan).
Untuk memenuhi kecukupan hara maka dilakukan pemupukan pada
tanah.
Masalahnya pemupukan seolah sudah menjadi rutinitas
memenuhi resep anjuran, tidak secara terukur jumlah dan terpilih jenis
hara sesuai dengan status hara masing-masing dalam tanah.
Untuk menghemat penggunaan pupuk maka informasi tentang hara
mana yang kurang pada tanah yang akan ditanami menjadi penting. Apalagi
aplikasi pupuk yang berlebihan akan merugikan lingkungan.
Konsep MOET
Dengan konsep MOET dimaksudkan agar petani cukup menambahkan
saja hara yang berdasarkan analisis kurang pada tanah yang akan ditanami.
Informasi tentang hara esensial yang kurang dapat dideteksi
dengan cara melakukan formulasi pemupukan yang pada setiap pemupukan ada
satu unsur hara yang tidak diikutkan (teknik minus satu unsur hara/MOET).
Dengan tidak memberikan satu jenis hara akan dilihat apa
dampaknya pada pertumbuhan tanaman.
Itu dipraktekkan pada contoh-contoh tanah yang diambil dari
lahan pertanaman.
Pada kit MOET yang digunakan pada pertanian padi di dataran rendah Philipina, formulasi pemupukan MOET dibatasi pada unsur-unsur hara untuk N, P, K, S, Zn dan Cu.
Alasannya adalah bahwa di bagian terbesar pertanian
padi dataran rendah Philipina keenam unsur hara itu selalu kurang.
Jadi disusun 7 formulasi pemupukan sebagai uji status hara
tanah, yakni: Minus N (tidak mengandung N tetapi lima hara lainnya ada);
Minus P; Minus K; Minus S; Minus Zn; Minus Cu; dan Lengkap (semua ke enam
unsur hara ada).
Pelaksanaannya sederhana saja.
Wadah uji menggunakan pot-pot atau wadah plastik yang dapat
menampung 4 kg sampel tanah basah (jumlah pot sama dengan jumlah
formulasi pemupukan).
Dari lahan satu hektar yang cukup seragam sebaiknya
diambil secara sampel tanah dari 35 lokasi.
Untuk lahan yang tingkat kesuburan bergradasi seperti lahan
miring diperlukan sampel dari lebih banyak lokasi. Sampel diambil sebelum tanah
diolah/dibajak.
Bibit yang berumur 12 hari sebanyak paling sedikit 5 batang
lalu ditanam ke dalam masing-masing pot dengan formulasi pemupukan
masing-masing.
Tanah dibiarkan tetap basah tetapi tidak tergenang air
hingga tanaman sudah cukup mantap.
Pengairan semua tanaman dilakukan dengan air dari sumber
yang sama dengan yang digunakan pada lahan pertanian padi yang dikelola.
Sesudah 10 hari, sebagian tanaman padi dalam pot
dicabut, tinggalkan hanya dua batang yang dinilai terbaik.
Bukti Visual
Dalam 30 hari setelah pindah tanam bibit (ke pot) sudah akan
terbukti secara visual perbedaan pertumbuhan tanaman antara pot.
Juga bisa dibandingkan pada tanaman di pot dengan formulasi
pemupukan lengkap.
Dapat disaksikan mana yang tumbuh baik, mana yang kurang
baik dan di pot dengan formulasi mana (yang minus hara apa).
Bisa disimpulkan tanaman dalam pot yang mana kekurangan
unsur hara apa.
Atau tanah dari lokasi mana kekurangan unsur hara apa.
Bila tanaman pada semua pot berisi tanah sampel dari satu
lokasi bagus dan seragam pertumbuhannya, maka tanah di lokasi bersangkutan
tidak kekurangan unsur hara yang masuk dalam formulasi.
Untuk memperoleh ketepatan analisa yang lebih akurat,
sesudah 45 hari sejak pindah tanaman padi dalam pot dicabut dan
biomasanya ditimbang.
Dengan bukti visual demikian, petani akan tahu tanah di
lokasi mana yang perlu diberi pemupukan unsur hara apa.
Petani tinggal memilih unsur hara mana yang masih perlu
ditambahkan sesuai dengan takaran sesuai anjuran para penyuluh pertanian.
Selain hemat biaya, penggunaan sistem analisis hara tanah
MOET juga mengurangi dampak merugikan pupuk terhadap lingkungan serta
menambah hasil dan pendapatan bagi petani.
Harus diakui model uji MOET ini merupakan temuan sangat
cerdas tetapi sederhana, murah dan mudah serta dapat dapat dilakukan sendiri
oleh petani kecil.
Dr. Mamaril mengaku merancang konsep MOET itu ketika masih
bekerja sebagai peneliti IRRI yang bertugas di Indonesia.
No comments:
Post a Comment