Tuesday, 5 July 2016

BUDIDAYA DAN HAMA KACANG HIJAU

CARA BUDIDAYA KACANG HIJAU


Persiapan Benih

Dalam pemelihan benih kacang hijau harus berkualitas, agar tanaman yang di hasilkan sangat berkualitas juga.
Benih yang di pilih sebelum tanam harus dari balai pertanian sekitar atau langsung beli dari kemasan yang sudah terjamin kualitasnya.


Persiapan Lahan

Jika melakukan penanamannya di sawah, tidak memerlukan lagi pengelolahan tanah karena sudah mengalami pemupukanan dan juga pembajakan.
Namun, jika penanam dilakukan di lahan yang belum sama sekali tanam sebaiknya melakukan pengelolahan lahan dengan cara:
Membersihkan lahan,
Mencangkul ,
Membajak,
Memberi pupuk.

Kemudian melakukan sebuah pembuatan saluran irigasi  dengan jarak 3-5 m dan melakukan pembajakan sedalam 15-20 cm.
Lalu pemupukan dan penghalusan tanah atau perataan tanah.


Cara Penanaman

Penanaman kacang hijau dilakukan dengan cara sistem tunggal yaitu dalam satu lubang berisi 2-3 biji per lubang.
Penanam dilakukan pada awal musim hujan, dengan jarak tanam 40 x 15 cm.
Membutuhkan populasi biji 300-400 tanaman kacang hijau/Hektar.


Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman kacang hijau dilakukan 5 cara yaitu :
Pengairan,
Penyiangan,
Pemupukan,
Pembuatan mulsa jerami,
Pengendalian Hama
dan Penyakit

Pengairan pada tanaman kacang hijau dilakukan 2 kali dalam satu hari.

Penyiangan tanaman kacang hijau dilakukan 2-4 minggu dilakukan dengan membersihkan tanaman lain yang menganggu tanaman kacang hijau.

Pemupukan pada tanaman kacang hijau dilakukan secara berkala untuk menjaga kesuburan, kegemburan dan menetralkan pH tanah.
Pupuk yang diberikan berupa pupuk Urea, KCl, TSP/SP36 sesuai dengan dosis.

Aplikasi K-Bioboost dilakukan:
3-5 SMT
10 HST
30 HST
50 HST

Sedangkan mulsa jerami dilakukan bertujuan untuk mengurangi hama dan penyakit yang menyerangan tanaman kacang hijau.


Hama dan Penyakit Kacang Hijau

Hama yang biasanya menyerang pada tanaman kacang hijau berupa lalat kacang, ulat jengkel, kepik hijau, kepik coklat, penggerek polong dan kutu.
Pengendalian hama ini menggunakan penyemprotan insektisida.

Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman kacang hijau adalah bercak daun, busuk batang, embun tepung, dan penyakit puru.

Pengendalian penyakit ini adalah dengan melakukan penyemprotan fungisida sesuai dosis yang ditentukan.


Panen dan Pasca Panen

Pemanenan pada tanaman ini apabila polong sudah berwarna kecoklatan atau hitam.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik dan menjemur polong selam 2-3 haru hingga kulit terbuka dan dimasukan ke dalam wadah palstik atau lainnya.
Namun, untuk pembersihkan biji menggunakan tampa dan biji di jemur kembali sampai kering, lalu simpan dengan kadar air 8-10%.


Semoga Bermanfaat..


HAMA DAN PENYAKIT KACANG HIJAU

Kacang hijau merupakan salah satu prioritas pengembangan dan peningkataan produksi disamping komoditas pangan lainnya.
Prospek pengembangan kacang hijau cukup bagus, mengingat permintaan yang hampir selalu meningkat setiap tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan kacang hijau dalam negeri, setiap tahun pemerintah Indonesia harus mengimpor kacang hijau sejumlah 73.191 Ton per tahun.
Sementara produksi kacang hijau yang dihasilkan secara nasional baru mencapai sekitar 237.447-357.991 Ton per tahun.

Pertumbuhan kacang hijau memerlukan iklim panas sehingga biasanya ditanam pada musim kemarau setelah tanaman padi.
Kacang hijau dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, tetapi paling cocok pada tanah lempung atau liat sampai lempung yang mempunyai kandungan bahan organik tinggi dan pH tanah 5,5-6,5.
Pada lahan bekas tanaman palawija yang mempunyai jenis OPT yang sama dengan kacang hijau, sisa-sisa tanaman merupakan tempat bertahannya cendawan tetentu yang akan menjadi sumber infeksi tanaman inang berikutnya (kacang hijau).
Selain itu terdapat pula populasi hama yang merupakan sumber serangan yang perlu diwaspadai.

Penyakit pada tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi pathogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala.
Dari sudut  adalah Ketidakmampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya.


Berdasarkan faktor penyebabnya penyakit dibagi atas 2 yaitu :

1. Faktor Abiotik
Penyakit yang disebabkan oleh penyakit fisiologis  atau non infektif dikarenakan Keadaan tanah (kelembaban, struktur, reaksi tanah, kahat oksigen, kahat unsur hara, toksisitas pestisida, Keadaan cuaca (suhu tinggi atau rendah, kekurangan atau kelebihan cahaya, angin hujan), dan Kerusakan (kultur teknis yang salah).

2. Faktor Biotik
Sering disebabkan penyakit infektif.
Disebabkan oleh pathogen berupa: Jamur, bakteRi, mikoplasma, virus, viroid, nematoda, protozoa, tanaman tingkat tinggi.
Tanaman kacang hijau memiliki batang yang berbentuk bulat dan berbuku-buku.
Pada tiap buku menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing berupa daun tunggal dan bertangkai biasanya disebut dengan epikotil.


Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau antara lain varietas, suhu, curah hujan, lama penyinaran, tinggi tempat, keadaan tanah dan cara budidayanya.
Kacang hijau tumbuh baik didaerah iklim tropis pada suhu sekitar 28-30 derajat C.
Curah hujan optimal untuk pertumbuhan kacang hijau sekitar antara 700-900 mm/tahun.

Walaupun demikian kacang hijjau masih dapat tumbuh dengan memanfaatkan kelembaban tanah dan air tanah sebelumnya, sehingga kacang hijau dikenal dengan tanaman yang toleran terhadap kekeringan.
Kacang hijau dapat tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 800 m dpl.

Kacang hijau dapat hidup pada berbagai jenis tanah, terutama pada tanah yang gembur, memiliki drainase baik, mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi dan memiliki pH 5,5-6,5.
Walaupun demikian kacang hijau masih dapat pula tumbuh pada tanah yang agak masam berstuktur lempung, tanah alkalis maupun salin

Hama yang sering menyerang tanaman kacang hijau dalah agromyza phaseolli (lalat kacang) meruca testualitis, spidoptera sp, Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips.


Lalat Bibit (Ophiomyaphaseoli)
Kerusakan terjadi karena lalat menggerek keping biji yang baru muncul diatas tanah dan daun pertama.
Biasanya tanaman yang diserang pada umur 4-10 hari akan mati.
Pengendalian dengan menggunakan Insektisida.

Gejala serangan pada tanaman kacang hijau yaitu :
Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun pertama.
Bercak ini merupakan tempat peletaka telur.
Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji atau daun pertama.
Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di dalam batang.
Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu dan kekuning-kuningan.
Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu.

Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar.
Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan akar-akar adventif di bagian terbawah dari batang.
Sejauh yang diketahui, serangannya tidak sehebat pada tanaman kedelai.
Hal ini disebabkan karena keping biji kacang hijau yang masih muda mudah rontok ketika diserang sehingga tidak memberi kesempatan pada serangga tersebut untuk bertelur. 


Lalat Kacang (Agromyza phaseoli Caq.)
Tubuhnya kecil dan berwarna hitam mengkilap.
Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul 09.00-10.00 pagi.
Waktu matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di dalam rumput di dekat tanaman kacang hijau.
Lalat kacang bertelur pada pagi hari.
Telurnya diletakkan pada keping biji atau pada daun pertama.
Setelah telur menetas, belatungnya menggerek dan memakan keping biji atau daun sehingga terbentuk liang.

Belatung ini akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai pangkal akar.
Kepompong atau pupanya berwarna cokelat kuning.
Pada setiap batang tanaman yang diserang rata-rata terdapat 4-5 pupa.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan musuh alami Agromyzae Dodd, Eurytoma poloni, Eurytoma sp., dan Cynipid.
Selain itu, dapat pula dilakukan penyemprotan insektisida, pada saat umur tanaman 4-10 HST.

Pengendalian hama perusak daun dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut : 
1. Penanaman serentak sehingga periode vegetatif terjadi secara serempak.
2. Pengolahan tanah secara baik untuk mematikan hama yang berada di dalam tanah.
3. Pemusnahan kelompok telur yang ditemukan.
4. Pengamatan dini untuk menentukan penanggulangan dengan insektisida.

Batas ambang ekonomi penggunaan insektisida untuk menanggulangi ulat grayak, ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat pelipat daun, dan kumbang tanah kuning adalah 58 ekor instar 1 atau 32 ekor instar 2 atau 17 ekor instar 3 per 12 tanaman.
Batas ambang ekonomi penggunaan insektisida untuk menanggulangi kumbang kedelai adalah adanya intensitas serangan lebih dari 2% pada umur tanaman 45 hari setelah tanam.

Beberapa penyakit tersebut mempunyai ciri yang berbeda-beda.
Hal yang membedakannya yaitu:
Phatogen penyebabnya dan gejala yang ditimbulkan, serta cara pengendaliannya.
Faktor yang mendukung penyakit yang disebabkan oleh cendawan diantaranya adalah faktor kelembaban yang berguna untuk pertumbuhan dan perkecambahan spora.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah angin yang membantu dalam penyebaran spora.
Sedangkan faktor yang mendukung penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus adalah serangga vektor.


Penyakit Busuk Batang Sclerotium
Disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii.
Tanaman yang terserang Sclerotium rolfsii akan menimbulkan gejala layu mendadak.

Gejala lanjut penyakit ini, pada bagian pangkal batang dan di permukaan tanah sekelilingnya terdapat benang-benang miselium seperti bulu, membentuk banyak sklerotium yang semula berwarna putih, kemudian menjadi berwarna coklat, sebesar biji sawi.

Penyakit ini dapat dikendalikan dengan beberapa cara, diantaranya menanam varietas unggul yang resisten, melakukan desinfeksi atau mensterilkan tanah dengan uap panas atau dengan menggunakan zat kimia khusus, dan juga dengan meniadakan kontaminan pada biji-biji dengan perlakuan biji (seed treatment) dengan beberapa zat kimia.

Pengendalian secara biologi juga dapat diterapkan dalam mengendalikan Sclerotium rolfsii, yakni menggunakan Bioboost yang efektif untuk mengendalikan Sclerotium rolfsii penyebab penyakit busuk batang pada kacang hijau.


Penyakit Kudis (Scab)
Disebabkan oleh Elsinoe glycines.
Gejala penyakit ini tampak pada daun, tangkai daun, batang dan polong. Pada daun mula-mula timbul bercak kecil, bulat dengan garis tengah 1-2 mm, coklat atau coklat kemerahan.
Seringkali jaringan daun di sekitar bercak menguning.

Bercak sedikit demi sedikit membesar sehingga garis tengahnya mencapai 3-5 mm, kadang-kadang tampak agak bersudut.
Bercak yang tua mempunyai pusat berwana kelabu atau putih kelabu dan dapat berlubang.
Bercak daun terjadi pada atau sepanjang tulang daun atau tulang tengah.
Pada tulang daun dan tulang tengah daun, bercak tampak seperti kanker atau kudis berwarna suram dan tampak lebih jelas pasa bagian bawah daun daripada sisi atas daun.

Daun mengeriting jika terinfeksi pada waktu masih muda.
Pada batang bercak bulat atau lonjong dengan garis tengah 3-5 mm, pusatnya berwana kelabu atau putih kelabu.
Seringkali bercak bersatu sehingga panjangnya bisa mencapai 1cm atau lebih, sejajar dengan sumbu batang.
Bercak sering agak terangkat, suram, berwana kelabu atau putih kelabu, dan menunjukkan gejala kudis yang khas.

Gejala pada polong merupakan gejala yang paling jelas.
Bercak-bercak pada polong hijau yang masih muda agak melekuk, jorong, agak bulat, atau kadang-kadang tidak teratur, ukurannya bervariasi dari satu titik sampai bergaris tengah 5-8 mm.
Bercak berwarna coklat tua atau coklat kemerahan dan pusatnya sering berwana kelabu jika polong menjadi masak, bercak-bercak sedikit demi sedikit terangkat dan warnanya menjadi lebih muda, yaitu kelabu atau putih kelabu.

Pengendalian penyakit ini terdapat beberapa cara, diantaranya :
Menggunakan varietas yang tahan bila memungkinkan, merotasikan tanah bekas tanaman kacang hijau dengan tanaman yang berbeda familinya, dan memperbaiki system drainase lahan.
Selain secara teknis, pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida.


Kepik Hijau
Dikenal dengan nama Nezara viridula, Green Stink Bug, dan Lembing Hijau.
Hama ini merupakan salah satu hama utama pada tanaman kacang hijau dan bersifat polifag.
Tanaman inang hama ini antara lain padi, kacang hijau, tanaman kacang-kacangan, orok-orok dan kentang.

Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisap cairan biji.
Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering.
Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur.
Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji menghitam dan busuk.

Pengendalian hama perusak polong dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan insektisida.
Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2% atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah tanam.


Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Kerusakan terjadi karena ulat menghabiskan seluruh daun sehingga biasanya hanya tersisi tulang daunnya saja hal ini mengakibatkan penurunan jumlah produksi.
Pengendalian dilakukan dengan cara pengolahan tanah atau penggemburan tanah, pengendalian secara biologi dan penggunaan insektisida.


Kepik (Nezara viridula)
Merusak polong dan cairan biji sehingga terlihat ada bintik coklat pada kulit biji dan polong jika serangan terjadi ketikan membentuk biji maka akan menghasilkan polong hampa. 

Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh tanaman rusak.
Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.

Pengendalian dilakukan dengan mengatur pola tanam, sanitasi, secara kimiawi dengan insektisaida pada saat tanaman berumur 45 HST.           
Tanaman yang mati karena penyakit layu R. Rosali dan tanaman yang sakit karena virus mozaik kacang hijau (MMV) dan virus mozaik buncis (BYMV) segera dicabut, dibenamkan atau dibakar ditempat lain di luar lahan pertanian.
Apabila daerah ini merupakan endemis penyakit layu, maka perlu diantisipasi secara dini dengan pembalikan tanah yang dalam atau dibuat saluran drainase atau penambahan agens antagonis atau kompos/pupuk kandang yang matang.

Apabila serangan penyakit embun tepung, bercak daun dan kudis mencapai intensitas ≥ 20% dilakukan pengendalian dengan fungsida efektif.
Didaerah indemis virus MMV dan BYMV apabila dijumpai vektor virus Aphis sp. dan gejala serangan virus dapat dilakukan pengendalian serangga vektor.

Untuk menekan pertumbuhan populasi ulat grayak secara awal dapat dilakukan pengumpulan kelompok telur.
Apabila dijumpai populasi ulat berkelompok mencapai ≥ 2 kelompok instar 1/30 rumpun atau < 180 instar 2/30 dapat dilakukan pengumpulan ulat yang berkelompok.
Apabila populasi masih tinggi atau kerusakan melampaui ambang pengendalian (180 instar 1/20 rumpun, 10 instar 3/10 rumpun atau ≥ 25% kerusakan daun), dapat dilakukan aplikasi dengan insektisida efektif yang aman bagi manusia dan lingkungan.

Apabila tersedia biakan agens hayati SL-NPV diaplikasikan untuk menekan perkembangan ulat grayak.
Apabila populasi ulat buah instar awal tinggi melampaui ambang pengendalian (50 instar 1/10 rumpun), dapat digunakan insektisida efektif yang aman bagi manusia dan lingkungan.
Bila sarana agens hayati memadai dapat dilakukan penyamprotan Ha-NPV untuk menekan populasi ulat buah.

Pengendaliannya, tanam serempak, tanam gilir, benih masukan kedalam lubang dengan insektisida butiran, dan penyemprotan dengan insektisida mulai umur tiga hari. 


Ulat Jengkal
Ciri-cirinya, tubuhnya berwarna hijau, ukurannya 2-3 cm, dan jalannya menyungkal.
Dampak pada tanaman, menyerang tanaman yang sudah tua, dan menyerang daun hingga tulang daun.

Pengendaliannya, musnahkan telur dan larvanya, tanam gilir, tanam serempak, dan penyemprotan pestisida.


Serangan penyakit pada kacang hijau sering menimbulkan kerugian bagi para petani, diantara penyakit–penyakit kacang hijau yang sering menyerang adalah penyakit busuk batang Sclerotium, penyakit kudis, penyakit embun tepung, dan penyakit mozaik kuning.

Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) mempunyai definisi yang jumlahnya sama banyak dengan jumlah praktisinya.
Definisi maupun bagaimana prakteknya keduanya mempunyai konsensus bahwa dalam PHT digunakan sedikit mungkin pestisida dan dimanfaatkan sebanyak mungkin mekanisme pengendalian hama untuk menjaga agar populasi hama berada di bawah aras yang menyebabkan kerugian ekonomis.
Pendekatannya berakar pada pemikiran ekologi, yaitu bahwa sistem pengendalian hama yang merupakan subsistem dari suatu sistem produksi tanaman dapat menjaga kelestarian produktivitas tanaman dan lahan, menjaga keseimbangan alami dan daur ulang sumber daya lingkungan, dengan menggunakan sistem masukan yang rendah dan integrasi strategi pengendalian.

Perkembangan dari teori ke penerapan dalam prakteknya dirasakan lamban.
Hal ini  menimbulkan perhatian sejumlah masyarakat dunia yang menyebabkan timbulnya inisiatif untuk menelaah kendala-kendala yang menghambat penerapan PHT baik di negara berkembang maupun negara maju sesuai dengan literatur.

Dalam konsep PHT, pemanfaatan musuh alami sebagai agens hayati dalam mengendalikan hama dan penyakit perlu dikedepankan dalam menekan penggunaan pestisida kimia yang berlebihan.
Agens hayati merupakan bagian dari suatu ekosistem yang sangat penting peranannya dalam mengatur keseimbangan ekosistem tersebut.
Secara alamiah, agens hayati merupakan komponen utama dalam pengendalian alami yang dapat mempertahankan semua organisme pada ekosistem tersebut berada dalam keadaan seimbang.

Terdapat beberapa kelebihan pemakaian agens hayati antara lain:
1. Menurunkan resiko resistensi hama dan penyakit tanaman dan ketahanannya terhadap perlakuan.
2. Tidak mematikan musuh-musuh alami lainnya.
3. Menurunkan resiko ledakan hama sekunder.
4. Tidak berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan ternak.
5. Tidak merusak lingkungan dan sumber air.
6. Menurunkan biaya produksi.

Beberapa jenis agens hayati yang sudah dapat dikembangkan antara lain parasitoid, predor, dan phatogen serangga terdiri dari virus, bakteri, dan cendawan.

Sebagai perwujudan pedoman penerapan PHT pada tanaman kacang hijau, dilakukan pendekatan atas dasar fase tumbuh tanaman.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa setiap fase tumbuh tanaman mempunyai karesteristik masing-masing, baik dalam hal kondisi lingkunagan optimal yang diperlukan maupun hubungannya dengan jenis OPT.
Dalam pedoman ini fase tumbuh tanaman kacang hijau disederhanakan agar mudah dalam pengelolaan dan juga atas dasar keterkaitan dengan OPT yang ada.
Alternatif pengendalian yang sudah tersedia adalah insektisida nabati ekstrak serbuk biji mimba untuk pengendalian lalat kacang.


Semoga Bermanfaat..

No comments:

Post a Comment