CARA BUDIDAYA KACANG HIJAU
Persiapan Benih
Dalam pemelihan benih kacang hijau harus berkualitas, agar
tanaman yang di hasilkan sangat berkualitas juga.
Benih yang di pilih sebelum tanam harus dari balai pertanian
sekitar atau langsung beli dari kemasan yang sudah terjamin kualitasnya.
Persiapan Lahan
Jika melakukan penanamannya di sawah, tidak memerlukan lagi
pengelolahan tanah karena sudah mengalami pemupukanan dan juga pembajakan.
Namun, jika penanam dilakukan di lahan yang belum sama
sekali tanam sebaiknya melakukan pengelolahan lahan dengan cara:
Membersihkan lahan,
Mencangkul ,
Membajak,
Memberi pupuk.
Kemudian melakukan sebuah pembuatan saluran irigasi
dengan jarak 3-5 m dan melakukan pembajakan sedalam 15-20 cm.
Lalu pemupukan dan penghalusan tanah atau perataan tanah.
Cara Penanaman
Penanaman kacang hijau dilakukan dengan cara sistem tunggal
yaitu dalam satu lubang berisi 2-3 biji per lubang.
Penanam dilakukan pada awal musim hujan, dengan jarak tanam
40 x 15 cm.
Membutuhkan populasi biji 300-400 tanaman kacang
hijau/Hektar.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman kacang hijau dilakukan 5 cara yaitu :
Pengairan,
Penyiangan,
Pemupukan,
Pembuatan mulsa jerami,
Pengendalian Hama
dan Penyakit
Pengairan pada tanaman kacang hijau dilakukan 2 kali dalam
satu hari.
Penyiangan tanaman kacang hijau dilakukan 2-4 minggu
dilakukan dengan membersihkan tanaman lain yang menganggu tanaman kacang hijau.
Pemupukan pada tanaman kacang hijau dilakukan secara berkala
untuk menjaga kesuburan, kegemburan dan menetralkan pH tanah.
Pupuk yang diberikan berupa pupuk Urea, KCl, TSP/SP36 sesuai
dengan dosis.
Aplikasi K-Bioboost dilakukan:
3-5 SMT
10 HST
30 HST
50 HST
Sedangkan mulsa jerami dilakukan bertujuan untuk mengurangi
hama dan penyakit yang menyerangan tanaman kacang hijau.
Hama dan Penyakit Kacang Hijau
Hama yang biasanya menyerang pada tanaman kacang hijau
berupa lalat kacang, ulat jengkel, kepik hijau, kepik coklat, penggerek polong
dan kutu.
Pengendalian hama ini menggunakan penyemprotan insektisida.
Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman kacang
hijau adalah bercak daun, busuk batang, embun tepung, dan penyakit puru.
Pengendalian penyakit ini adalah dengan melakukan
penyemprotan fungisida sesuai dosis yang ditentukan.
Panen dan Pasca Panen
Pemanenan pada tanaman ini apabila polong sudah berwarna
kecoklatan atau hitam.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik dan menjemur polong
selam 2-3 haru hingga kulit terbuka dan dimasukan ke dalam wadah palstik atau
lainnya.
Namun, untuk pembersihkan biji menggunakan tampa dan biji di
jemur kembali sampai kering, lalu simpan dengan kadar air 8-10%.
Semoga Bermanfaat..
HAMA DAN PENYAKIT KACANG HIJAU
Kacang hijau merupakan salah satu prioritas pengembangan dan
peningkataan produksi disamping komoditas pangan lainnya.
Prospek pengembangan kacang hijau cukup bagus, mengingat
permintaan yang hampir selalu meningkat setiap tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan kacang hijau dalam negeri, setiap
tahun pemerintah Indonesia harus mengimpor kacang hijau sejumlah 73.191 Ton per
tahun.
Sementara produksi kacang hijau yang dihasilkan secara
nasional baru mencapai sekitar 237.447-357.991 Ton per tahun.
Pertumbuhan kacang hijau memerlukan iklim panas sehingga
biasanya ditanam pada musim kemarau setelah tanaman padi.
Kacang hijau dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, tetapi
paling cocok pada tanah lempung atau liat sampai lempung yang mempunyai
kandungan bahan organik tinggi dan pH tanah 5,5-6,5.
Pada lahan bekas tanaman palawija yang mempunyai jenis OPT
yang sama dengan kacang hijau, sisa-sisa tanaman merupakan tempat bertahannya
cendawan tetentu yang akan menjadi sumber infeksi tanaman inang berikutnya
(kacang hijau).
Selain itu terdapat pula populasi hama yang merupakan sumber
serangan yang perlu diwaspadai.
Penyakit pada tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel
dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi
pathogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala.
Dari sudut adalah Ketidakmampuan tumbuhan untuk
memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya.
Berdasarkan faktor penyebabnya penyakit dibagi atas 2 yaitu
:
1. Faktor Abiotik
Penyakit yang disebabkan oleh penyakit fisiologis atau
non infektif dikarenakan Keadaan tanah (kelembaban, struktur, reaksi tanah,
kahat oksigen, kahat unsur hara, toksisitas pestisida, Keadaan cuaca (suhu
tinggi atau rendah, kekurangan atau kelebihan cahaya, angin hujan), dan
Kerusakan (kultur teknis yang salah).
2. Faktor Biotik
Sering disebabkan penyakit infektif.
Disebabkan oleh pathogen berupa: Jamur, bakteRi, mikoplasma,
virus, viroid, nematoda, protozoa, tanaman tingkat tinggi.
Tanaman kacang hijau memiliki batang yang berbentuk bulat
dan berbuku-buku.
Pada tiap buku menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada
daun pertama berupa sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing berupa daun
tunggal dan bertangkai biasanya disebut dengan epikotil.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau
antara lain varietas, suhu, curah hujan, lama penyinaran, tinggi tempat,
keadaan tanah dan cara budidayanya.
Kacang hijau tumbuh baik didaerah iklim tropis pada suhu
sekitar 28-30 derajat C.
Curah hujan optimal untuk pertumbuhan kacang hijau sekitar
antara 700-900 mm/tahun.
Walaupun demikian kacang hijjau masih dapat tumbuh dengan
memanfaatkan kelembaban tanah dan air tanah sebelumnya, sehingga kacang hijau
dikenal dengan tanaman yang toleran terhadap kekeringan.
Kacang hijau dapat tumbuh pada daerah dataran rendah sampai
pada ketinggian 800 m dpl.
Kacang hijau dapat hidup pada berbagai jenis tanah, terutama
pada tanah yang gembur, memiliki drainase baik, mempunyai kapasitas menahan air
yang tinggi dan memiliki pH 5,5-6,5.
Walaupun demikian kacang hijau masih dapat pula tumbuh pada
tanah yang agak masam berstuktur lempung, tanah alkalis maupun salin
Hama yang sering menyerang tanaman kacang hijau
dalah agromyza phaseolli (lalat kacang) meruca testualitis,
spidoptera sp, Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips.
Lalat Bibit (Ophiomyaphaseoli)
Kerusakan terjadi karena lalat menggerek keping biji yang
baru muncul diatas tanah dan daun pertama.
Biasanya tanaman yang diserang pada umur 4-10 hari akan
mati.
Pengendalian dengan menggunakan Insektisida.
Gejala serangan pada tanaman kacang hijau yaitu :
Gejala awal berupa bercak-bercak pada keping biji atau daun
pertama.
Bercak ini merupakan tempat peletaka telur.
Selanjutnya terlihat liang gerek pada keping biji atau daun
pertama.
Ketika polong yang diserang gugur, larva sudah berada di
dalam batang.
Pada saat larva telah berada di pangkal akar daun mulai layu
dan kekuning-kuningan.
Tanaman akan mati berumur 3-4 minggu.
Jika tanaman tersebut dicabut akan didapati larva, pupa,
atau kulit pupa di antara akar dan kulit akar.
Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup menampakkan
akar-akar adventif di bagian terbawah dari batang.
Sejauh yang diketahui, serangannya tidak sehebat pada
tanaman kedelai.
Hal ini disebabkan karena keping biji kacang hijau yang
masih muda mudah rontok ketika diserang sehingga tidak memberi kesempatan pada
serangga tersebut untuk bertelur.
Lalat Kacang (Agromyza phaseoli Caq.)
Tubuhnya kecil dan berwarna hitam mengkilap.
Perkawinannya (kopulasi) biasa terjadi antara pukul
09.00-10.00 pagi.
Waktu matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di
dalam rumput di dekat tanaman kacang hijau.
Lalat kacang bertelur pada pagi hari.
Telurnya diletakkan pada keping biji atau pada daun pertama.
Setelah telur menetas, belatungnya menggerek dan memakan
keping biji atau daun sehingga terbentuk liang.
Belatung ini akan terus menggerek ke tangkai daun dan masuk
ke dalam batang sampai pangkal akar.
Kepompong atau pupanya berwarna cokelat kuning.
Pada setiap batang tanaman yang diserang rata-rata terdapat
4-5 pupa.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan musuh
alami Agromyzae Dodd, Eurytoma poloni, Eurytoma sp., dan Cynipid.
Selain itu, dapat pula dilakukan penyemprotan insektisida,
pada saat umur tanaman 4-10 HST.
Pengendalian hama perusak daun dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain sebagai berikut :
1. Penanaman serentak sehingga periode vegetatif
terjadi secara serempak.
2. Pengolahan tanah secara baik untuk mematikan hama
yang berada di dalam tanah.
3. Pemusnahan kelompok telur yang ditemukan.
4. Pengamatan dini untuk menentukan penanggulangan
dengan insektisida.
Batas ambang ekonomi penggunaan insektisida untuk
menanggulangi ulat grayak, ulat jengkal, ulat penggulung daun, ulat pelipat
daun, dan kumbang tanah kuning adalah 58 ekor instar 1 atau 32 ekor instar 2
atau 17 ekor instar 3 per 12 tanaman.
Batas ambang ekonomi penggunaan insektisida untuk
menanggulangi kumbang kedelai adalah adanya intensitas serangan lebih dari 2%
pada umur tanaman 45 hari setelah tanam.
Beberapa penyakit tersebut mempunyai ciri yang berbeda-beda.
Hal yang membedakannya yaitu:
Phatogen penyebabnya dan gejala yang ditimbulkan, serta cara
pengendaliannya.
Faktor yang mendukung penyakit yang disebabkan oleh cendawan
diantaranya adalah faktor kelembaban yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkecambahan spora.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah angin yang
membantu dalam penyebaran spora.
Sedangkan faktor yang mendukung penyebaran penyakit yang
disebabkan oleh virus adalah serangga vektor.
Penyakit Busuk Batang Sclerotium
Disebabkan oleh cendawan Sclerotium rolfsii.
Tanaman yang terserang Sclerotium rolfsii akan menimbulkan
gejala layu mendadak.
Gejala lanjut penyakit ini, pada bagian pangkal batang dan
di permukaan tanah sekelilingnya terdapat benang-benang miselium seperti bulu,
membentuk banyak sklerotium yang semula berwarna putih, kemudian menjadi
berwarna coklat, sebesar biji sawi.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan beberapa cara,
diantaranya menanam varietas unggul yang resisten, melakukan desinfeksi atau
mensterilkan tanah dengan uap panas atau dengan menggunakan zat kimia khusus,
dan juga dengan meniadakan kontaminan pada biji-biji dengan perlakuan biji
(seed treatment) dengan beberapa zat kimia.
Pengendalian secara biologi juga dapat diterapkan dalam
mengendalikan Sclerotium rolfsii, yakni menggunakan Bioboost yang efektif untuk
mengendalikan Sclerotium rolfsii penyebab penyakit busuk batang pada kacang
hijau.
Penyakit Kudis (Scab)
Disebabkan oleh Elsinoe glycines.
Gejala penyakit ini tampak pada daun, tangkai daun, batang
dan polong. Pada daun mula-mula timbul bercak kecil, bulat dengan garis tengah
1-2 mm, coklat atau coklat kemerahan.
Seringkali jaringan daun di sekitar bercak menguning.
Bercak sedikit demi sedikit membesar sehingga garis
tengahnya mencapai 3-5 mm, kadang-kadang tampak agak bersudut.
Bercak yang tua mempunyai pusat berwana kelabu atau putih
kelabu dan dapat berlubang.
Bercak daun terjadi pada atau sepanjang tulang daun atau
tulang tengah.
Pada tulang daun dan tulang tengah daun, bercak tampak
seperti kanker atau kudis berwarna suram dan tampak lebih jelas pasa bagian
bawah daun daripada sisi atas daun.
Daun mengeriting jika terinfeksi pada waktu masih muda.
Pada batang bercak bulat atau lonjong dengan garis tengah
3-5 mm, pusatnya berwana kelabu atau putih kelabu.
Seringkali bercak bersatu sehingga panjangnya bisa mencapai
1cm atau lebih, sejajar dengan sumbu batang.
Bercak sering agak terangkat, suram, berwana kelabu atau
putih kelabu, dan menunjukkan gejala kudis yang khas.
Gejala pada polong merupakan gejala yang paling jelas.
Bercak-bercak pada polong hijau yang masih muda agak
melekuk, jorong, agak bulat, atau kadang-kadang tidak teratur, ukurannya
bervariasi dari satu titik sampai bergaris tengah 5-8 mm.
Bercak berwarna coklat tua atau coklat kemerahan dan
pusatnya sering berwana kelabu jika polong menjadi masak, bercak-bercak sedikit
demi sedikit terangkat dan warnanya menjadi lebih muda, yaitu kelabu atau putih
kelabu.
Pengendalian penyakit ini terdapat beberapa cara,
diantaranya :
Menggunakan varietas yang tahan bila memungkinkan,
merotasikan tanah bekas tanaman kacang hijau dengan tanaman yang berbeda
familinya, dan memperbaiki system drainase lahan.
Selain secara teknis, pengendalian secara kimia dilakukan
dengan penyemprotan fungisida.
Kepik Hijau
Dikenal dengan nama Nezara viridula, Green Stink
Bug, dan Lembing Hijau.
Hama ini merupakan salah satu hama utama pada tanaman kacang
hijau dan bersifat polifag.
Tanaman inang hama ini antara lain padi, kacang hijau,
tanaman kacang-kacangan, orok-orok dan kentang.
Nimfa dan imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara
mengisap cairan biji.
Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan
perkembangan biji menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering.
Serangan terhadap polong muda menyebabkan biji kempis dan
seringkali polong gugur.
Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan
biji menghitam dan busuk.
Pengendalian hama perusak polong dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain pergiliran tanaman, penanaman serempak, dan
pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan menggunakan
insektisida.
Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara ekonomi
jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2% atau jika ditemukan
sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45
hari setelah tanam.
Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Kerusakan terjadi karena ulat menghabiskan seluruh daun
sehingga biasanya hanya tersisi tulang daunnya saja hal ini mengakibatkan
penurunan jumlah produksi.
Pengendalian dilakukan dengan cara pengolahan tanah atau
penggemburan tanah, pengendalian secara biologi dan penggunaan insektisida.
Kepik (Nezara viridula)
Merusak polong dan cairan biji sehingga terlihat ada bintik
coklat pada kulit biji dan polong jika serangan terjadi ketikan membentuk biji
maka akan menghasilkan polong hampa.
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan ulat ini adalah
daun tanaman habis (hanya tersisa tulang daun), polong muda rusak, atau seluruh
tanaman rusak.
Gejala yang nampak tergantung pada jenis tanaman yang
diserang dan intensitas serangan larva muda serta larva dewasa.
Pengendalian dilakukan dengan mengatur pola tanam, sanitasi,
secara kimiawi dengan insektisaida pada saat tanaman berumur 45 HST.
Tanaman yang mati karena penyakit layu R.
Rosali dan tanaman yang sakit karena virus mozaik kacang hijau (MMV) dan
virus mozaik buncis (BYMV) segera dicabut, dibenamkan atau dibakar ditempat
lain di luar lahan pertanian.
Apabila daerah ini merupakan endemis penyakit layu, maka
perlu diantisipasi secara dini dengan pembalikan tanah yang dalam atau dibuat
saluran drainase atau penambahan agens antagonis atau kompos/pupuk kandang yang
matang.
Apabila serangan penyakit embun tepung, bercak daun dan
kudis mencapai intensitas ≥ 20% dilakukan pengendalian dengan fungsida efektif.
Didaerah indemis virus MMV dan BYMV apabila dijumpai vektor
virus Aphis sp. dan gejala serangan virus dapat dilakukan pengendalian serangga
vektor.
Untuk menekan pertumbuhan populasi ulat grayak secara awal
dapat dilakukan pengumpulan kelompok telur.
Apabila dijumpai populasi ulat berkelompok mencapai ≥ 2
kelompok instar 1/30 rumpun atau < 180 instar 2/30 dapat dilakukan
pengumpulan ulat yang berkelompok.
Apabila populasi masih tinggi atau kerusakan melampaui
ambang pengendalian (180 instar 1/20 rumpun, 10 instar 3/10 rumpun atau ≥ 25%
kerusakan daun), dapat dilakukan aplikasi dengan insektisida efektif yang aman
bagi manusia dan lingkungan.
Apabila tersedia biakan agens hayati SL-NPV
diaplikasikan untuk menekan perkembangan ulat grayak.
Apabila populasi ulat buah instar awal tinggi melampaui
ambang pengendalian (50 instar 1/10 rumpun), dapat digunakan insektisida
efektif yang aman bagi manusia dan lingkungan.
Bila sarana agens hayati memadai dapat dilakukan
penyamprotan Ha-NPV untuk menekan populasi ulat buah.
Pengendaliannya, tanam serempak, tanam gilir, benih masukan
kedalam lubang dengan insektisida butiran, dan penyemprotan dengan insektisida
mulai umur tiga hari.
Ulat Jengkal
Ciri-cirinya, tubuhnya berwarna hijau, ukurannya 2-3 cm, dan
jalannya menyungkal.
Dampak pada tanaman, menyerang tanaman yang sudah tua, dan
menyerang daun hingga tulang daun.
Pengendaliannya, musnahkan telur dan larvanya, tanam gilir,
tanam serempak, dan penyemprotan pestisida.
Serangan penyakit pada kacang hijau sering menimbulkan
kerugian bagi para petani, diantara penyakit–penyakit kacang hijau yang sering
menyerang adalah penyakit busuk batang Sclerotium, penyakit kudis, penyakit
embun tepung, dan penyakit mozaik kuning.
Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) mempunyai definisi yang
jumlahnya sama banyak dengan jumlah praktisinya.
Definisi maupun bagaimana prakteknya keduanya mempunyai
konsensus bahwa dalam PHT digunakan sedikit mungkin pestisida dan dimanfaatkan
sebanyak mungkin mekanisme pengendalian hama untuk menjaga agar populasi hama
berada di bawah aras yang menyebabkan kerugian ekonomis.
Pendekatannya berakar pada pemikiran ekologi, yaitu bahwa
sistem pengendalian hama yang merupakan subsistem dari suatu sistem produksi
tanaman dapat menjaga kelestarian produktivitas tanaman dan lahan, menjaga
keseimbangan alami dan daur ulang sumber daya lingkungan, dengan menggunakan
sistem masukan yang rendah dan integrasi strategi pengendalian.
Perkembangan dari teori ke penerapan dalam prakteknya
dirasakan lamban.
Hal ini menimbulkan perhatian sejumlah masyarakat
dunia yang menyebabkan timbulnya inisiatif untuk menelaah kendala-kendala yang
menghambat penerapan PHT baik di negara berkembang maupun negara maju sesuai
dengan literatur.
Dalam konsep PHT, pemanfaatan musuh alami sebagai agens
hayati dalam mengendalikan hama dan penyakit perlu dikedepankan dalam menekan
penggunaan pestisida kimia yang berlebihan.
Agens hayati merupakan bagian dari suatu ekosistem yang
sangat penting peranannya dalam mengatur keseimbangan ekosistem tersebut.
Secara alamiah, agens hayati merupakan komponen utama dalam
pengendalian alami yang dapat mempertahankan semua organisme pada ekosistem
tersebut berada dalam keadaan seimbang.
Terdapat beberapa kelebihan pemakaian agens hayati antara
lain:
1. Menurunkan resiko resistensi hama dan penyakit tanaman
dan ketahanannya terhadap perlakuan.
2. Tidak mematikan musuh-musuh alami lainnya.
3. Menurunkan resiko ledakan hama sekunder.
4. Tidak berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan
ternak.
5. Tidak merusak lingkungan dan sumber air.
6. Menurunkan biaya produksi.
Beberapa jenis agens hayati yang sudah dapat dikembangkan
antara lain parasitoid, predor, dan phatogen serangga terdiri dari virus,
bakteri, dan cendawan.
Sebagai perwujudan pedoman penerapan PHT pada tanaman kacang
hijau, dilakukan pendekatan atas dasar fase tumbuh tanaman.
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa setiap fase
tumbuh tanaman mempunyai karesteristik masing-masing, baik dalam hal kondisi
lingkunagan optimal yang diperlukan maupun hubungannya dengan jenis OPT.
Dalam pedoman ini fase tumbuh tanaman kacang hijau
disederhanakan agar mudah dalam pengelolaan dan juga atas dasar keterkaitan
dengan OPT yang ada.
Alternatif pengendalian yang sudah tersedia adalah
insektisida nabati ekstrak serbuk biji mimba untuk pengendalian lalat kacang.
Semoga Bermanfaat..
No comments:
Post a Comment