Kompos adalah material hasil suatu penguraian (dekomposisi)
aneka bahan organik yang dapat dipercepat oleh berbagai jenis bakteri, jamur
dan ragi dalam kondisi suhu, kelembaban, dan intensitas oksigen tertentu
(aerobik atau anaerobik). Kompos yang memenuhi syarat C/N rasio < 20, kadar
air dan nutrisi tertentu, dikatagorikan kedalam pupuk organik karena terbuat
dari bahan alami yakni berasal dari bahan makhluk hidup (hewan, manusia dan
tumbuhan)
CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KOMPOS
Kompos sebagai material yang dikategorikan kedalam
jenis pupuk organik terbuat dari penguraian (dekomposisi) bahan-bahan
organik atau alami, berasal dari material makhluk hidup (hewan, manusia dan
tumbuhan).
Selain kompos, hasil fermentasi bahan alami tersebut,
termasuk dalam katagori pupuk organik antara lain pupuk kandang, kascing,
gambut, rumput laut dan guano.
Jika berdasar pada bentuk, kompos dapat disajikan dalam
bentuk padat, granul, remah, serbuk dan cair. Kompos dalam bentuk cair antara
lain teh kompos (compost tea), ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi
limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan dan semua material hasil
fermentasi dari bahan alami lainnya.
Dalam pupuk kompos, walaupun dalam konsentrasi rendah,
terdapat senyawa-senyawa organik yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam
humat, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain.
Dalam bahan alami, tidak ada kompos yang memiliki kandungan
hara tinggi atau menyamai pupuk kimia.
Karenanya menghitung kebutuhan kompos (pupuk organik) bagi
keperluan tanaman tertentu tidak akan sebanding dengan dosis pupuk kimia
sintetik.
Jika menghitung kebutuhan pupuk organik berdasarkan
kandungan hara, hara pupuk organik disetarakan dengan kandungan hara dari pupuk
kimia, niscaya kebutuhan kompos (pupuk organik) akan jadi berlipat dibandingkan
dengan dosis pupuk kimia.
Kebutuhan adanya patokan penggunaan dosis kompos oleh para
praktisi pertanian, terutama awam dalam ilmu pertanian dan tumbuhan,
mengharuskan kita memiliki patokan.
Tanpa itu, banyak keraguan pengguna kompos ketika akan
mengaplikasikan pada tanaman yang sedang diusahakannya.
Pada dasarnya, pemanfaatan kompos bagi pertanian lebih
didasarkan pada keinginan memelihara kesuburan tanah yang dinyatakan oleh
kandungan C Organik.
Semakin tinggi kandungannya, maka lahan kebun atau tanah itu
disebut memiliki kesuburan yang baik.
Ketika kita ingin membuat target kesuburan lahan naik,
misalnya menaikan kandungan C Organik 2%, setelah diuji sebelumnya kandungan C
organik lahan ternyata rendah dibawah 2%.
Sebagai ilustrasi, apabila hasil analisa laboratorium tanah
diketahui kandungan C organik tanah di suatu tempat = 2% dan target dinaikan
1.26%, maka guna mencapai kondisi kandungan C organik tanah dalam lapisan olah
(20 cm) seluas 1 ha menjadi 3,26% adalah
Target menaikan C organik = 1,26 x 1,724 x 20 x
10.000 = 4.344 ton/Ha,
Kebutuhan Kompos (C organik) = Target peningkatan kandungan
C organik Tanah x 1.724 x 20 cm x 10.000 m2
C organik tanah = dapat diuji kemudian berdasarkan hasil
analisa tanah di laboratorium 1.724 = konstanta 20 cm = kedalaman lapisan olah
tanah 10.000 m2 = luas areal.
Berdasar pada pemahaman bahwa kompos memiliki sedikit hara
namun mengandung senyawa-senyawa organik lain, seperti asam humat dan asam
fulvat, maka mengukur nilai dan kemanfaatan kompos tidak bisa disamakan dengan
analisa harga pupuk kimia sintetis.
Nilai kedua asam yang memiliki peranan seperti hormon yang
dapat merangsang pertumbuhan tanaman, tidak bisa dimiliki oleh pupuk kimia.
Bahkan, kompos juga diketahui dapat meningkatkan nilai KTK
(kapasitas tukar kation) tanah.
Tanaman akan lebih mudah menyerap unsur hara, tanah yang
diberi kompos menjadi lebih gembur dan aerasi lebih baik.
Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan
tidak mudah kering, aktivitas mikrobial dalam tanah dengan diberi kompos
akan lebih tinggi.
Mikrobial ini memiliki peranan dalam penyerapan unsur hara
oleh tanaman, bahkan beberapa diantaranya mampu mengikat unsur hara dari
lingkungan mikro tanaman.
Kompos dapat memperbaiki sekaligus sifat kimia, fisik dan
sifat biologi tanah.
Semoga Bermanfaat..
No comments:
Post a Comment