Thursday, 8 September 2016

ULAT BAWANG (Spodoptera exigua Hubner) & CARA PENGENDALIANNYA


Bawang merah salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan, diantaranya adalah serangan Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubner. Ordo : Lepidoptera; Famili : Noctuidae) Serangan hama ini dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Sementara itu, pengetahuan tentang ulat bawang merah di kalangan petani masih terbatas. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan lebih rinci tentang ulat bawang merah dan cara pengendaliannya.


Gejala serangan

Ulat bawang dapat menyerang tanaman sejak fase pertumbuhan awal (1-10 hst) sampai dengan fase pematangan umbi (51-65 hst). Ulat muda (instar 1) segera melubangi bagian ujung daun, lalu masuk ke dalam daun bawang. Ulat memakan permukaan daun bagian dalam, dan tinggal bagian epidermis luar. Daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih transparan, akhirnya daun terkulai.


Tanaman inang lain

Hama ini bersifat polifag lebih dari 200 jenis tanaman menjadi inangnya, seperti buah – buahan dan sayuran . Pada tanaman sayuran selain bawang antara lain terdapat pada bawang daun, asparagus, bit, brokoli, bawang putih, kucai, cabai, kentang, tomat, lobak, bayam. Tanaman lainnya selain sayuran di antaranya kapas, padi, jagung, kacang-kacangan seperti kacang tanah dan kedelai, jeruk, dan melon.


Morfologi/Bioekologi

Imago betina meletakkan telur pada daun bawang merah secara berkelompok dan ditutupi oleh bulu-bulu atau sisik dari induknya. Tiap kelompok telur maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina sekitar 1.000 butir. Telur berwarna putih, berbentuk bulat sampai bulat telur

Larva (ulat) muda terdiri dari enam instar kadang ada juga yang lima instar. Larva berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada punggungnya, berukuran 1,2 – 1,5 mm. Sedangkan larva instar lanjut (2-5), berwarna hijau (umumnya didataran rendah) dan berwarna cokelat (umumnya didataran tinggi), dengan garis kuning pada punggungnya. Larva berukuran antara 1,5 – 19 mm, aktif pada malam hari, dan stadium larva berlangsung selama 8-10 hari. Setelah melalui instar akhir, larva mejatuhkan diri ke tanah untuk berkepompong (pupa). Larva S.exigua mempunyai sifat polifag (pemakan segala) Pupa berwarna cokelat muda dengan panjang 9-11 mm. Pupa berada di dalam tanah ± 1 cm, dan sering dijumpai juga pada pangkal batang, terlindung di bawah daun kering. Lama hidup pupa berkisar antara 6 – 7 hari. Siklus hidup dari telur sampai imago adalag 3 – 4 minggu. Ngengat mempunyai sayap depan berwarna cokelat tua dengan garis-garis kurang tegas dan terdapat bintik-bintik hitam, rentangan sayap antara 25-30 mm. Sayap belakang berwarna keputih-putihan dan tepinya bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai bertelur pada umur 2-10 hari


Pencaran

Di dunia hama ini dilaporkan ada di Asia, Eropa, Afrika, Australia, dan Amerika utara. Di Indonesia hama ini di laporkan terdapat di seluruh wilayah seperti di pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Irian Jaya.

CARA PENGENDALIAN

Kultur Teknis

1. Menanam varietas toleran, seperti varietas Kuning dan Bima - Penerapan pola tanam yang meliputi     pengaturan waktu tanam, pergiliran tanaman, tanam serentak, dan tumpang sari.

2. Sanitasi/pengendalian gulma disekitar pertanaman
    Pengolahan tanah yang sempurna
    Pengelolaan air yang baik
    Pengaturan jarak tanam
    Fisik/Mekanik

3. Mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang lalu dibutit (dimasukkan dalam kantong plastik
    dan diikat), terutama pada saat tanaman bawang merah berumur 7 – 35 hari kemudian 
    dimusnahkan.

4. Memasang lampu perangkap (neon 7 – 10 watt jumlah sekitar 25 – 30 buah/ha), mulai dari 1
    minggu sebelum tanam sampai menjelang panen (± 60 hari), dari pukul 18.00 – 06.00. Ketinggian
    lampu 10 – 15 cm (dari permukaan tempat air s.d. pucuk tanaman), sedangkan mulut bak
    perangkap tidak boleh lebih dari 40 cm diatas pucuk tanaman. Jarak antar lampu 20 m x 15 m -
    Pemasangan perangkap feromonoid seks dipasang sebanyak 40 buah/ha untuk menangkap.

5. Penggunaan sungkup kain kasa untuk menekan populasi telur dan larva serta intensitas kerusakan
    tanaman serta secara tidak langsung juga mampu meningkatkan jumlah anakan, tinggi tanaman,
    jumlah daun, dan jumlah umbi bawang merah.

6. Pemasangan kerodong/kelambu :1 hst sampai ± 1 minggu sebelum panen. Kebutuhan kelambu 
    ± 5.500 m/ha (digunakan untuk 10 kali tanam. Tinggi kelambu 1,5 – 1,75 m.



Biologi

Menggunakan parasitoid S. exigua seperti Telenomus spodopterae, Eriborus sinicus, Apanteles sp., Trichogramma sp., Diadegma sp., Cotesia sp., haprops sp., Euplectrus sp., Stenomesius japonicus, Microsplitis similes, Steinernema sp., dan Peribaea sp. Patogen serangga antara lain Mikrosporidia SeNPV, Bacillus thuringiensis, Paecilomyces farinosus, Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, Erynia spp. Predator antara lain Carabidae.


Semoga bermanfaat...

No comments:

Post a Comment