Saturday, 17 September 2016

OKULASI

Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. 

Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
- Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
- Pertumbuhan tanaman yang seragam.
- Penyiapan benih relatif singkat.
- Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur dari satu klon agar serentak pada
  waktu tertentu, dengan demikian akan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila
  terjadi.

Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi yaitu :
- terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian 
   antara batang bawah dengan batang atas (entres)
- perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
- Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemngkinan gagal atau mata
  entres tidak tumbuh sangat besar.

Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
- tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)
- antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur yang sama.
- Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
- Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
- Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran yang kuat/kokoh, tidak mudah
  terserang penyakit terutama penyakit akar, mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai
  untuk dijadikan batang bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan
  dijadikan benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.
- Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres tanaman harus memiliki produksi yang unggul,
  dan memiliki pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap penyakit.

Macam-macam okulasi pada tanaman karet :
1. Okulasi Coklat (Brown Budding) merupakan okulasi dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan
    batang bawah berumur 8-18 bulan diokulasi dengan entres umur 1-2 tahun, dengan garis tengah
    2,5-4 cm. Warna kayu entres coklat, yang dipergunakan adalah mata prima yang berwarna coklat.

2. Okulasi Hijau (Green Budding) merupakan cara okulasi yang lazim dilaksanakan diperkebunan
    karet. Dengan batang bawah yang berumur 4-6 bulan diokulasi dengan entres yang berumur 3-4
    bulan, garis tengah 0,5-1 cm, warna kayu entres hijau tua, yang dipergunakan adalah mata burung
    yang berwarna hijau.

3. Okulasi dini (Pro Green Budding) merupakan cara okulasi dengan batang bawah berumur 2-3
    bulan, diokulasi dengan entres umur 3-4 minggu, garis tengah kurang dari 0,5 cm warna kayu
    entres hijau muda sampai hijau. Yang dipergunakan sebagai mata entres adalah mata sisik 
    (csale bud)

Teknik pengokulasian pada okulasi dini sama saja dengan yang dilakuka pada okulasi hijau. Hasi dari okulasi sama dengan yang dicapai okulasi hijau maupun okulsi coklat.

Teknik Mengokulasi :
1) Membuat Jendela Okulasi
Ukuran jendela disesuaikan dengan perisai dan besarnya batang bawah. Untuk batang bawah yang dibawah umur 5-6 bulan dapat ukuran jendela (¾ - 1) cm x (3 – 4) cm. Torehan membujur dapat dimulai daribawah atau dari atas. Jarak torehan terbawah lebih kurang 5 cm dari tanah. Torehan melintang dapat dari atas ataudari bawah. Jika diatas jendela akan terbuka kebawah atau juga sebaliknya. Sebelum ditoreh, batang dibersihkan dari kotoran atau tanah yang menempel akubat percikan air hujan. Setelah ditoreh akan keluar lateks, lateks ini dibiarkan membeku kemudian dibersihkan dengan kain sebelum jendela dibuka.

2) Mengambil Mata Okulasi
Mata okulasi diambil dari kayu okulssiyang sehat, segar dan mudah dikupas. Mata okulasi diambil bersama sedikit bagian kayu, bentuk perisai yang ukuranya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela okulasi. Pengambilan mata okulsi yang terlalu kecil akan mengakibatkan pemulihan luka lambat. Untuk melepas bagian kayu, menariknya pelan-pelan supaya mata tetap menempel pada kulit. Pembuatan perisai harus bersih dan lapisan kambium jangan sampai terkena tangan atau kotoran. Perisai yang telah dibuat harus segera diselipkan ke jendela okulasi.

3) Menempel Mata Okulasi Dan Membalut
Setelah perisai disiapkan, jendela okulasi dibuka denga cara menarik bibir jendela okulasi. Perisai diselipkan dibawah jendela okulasi dan dijepit dengan ibu jari untuk memudahkan pembalutan. Dalam keadaan perisai terlalu kecil, diusahakan supaya tepi tepi bagian atas dan salah satu sisi perisai berimpit dengan jendela okulasi. Pembalutan dimulai dari torehan melintang digunakan plastik ukuran 2 x 0,02 cm dengan panjang 40 cm. Akhir ikatan sebaiknya dibawah. Pada waktu membalut jangan sampai perisai bergeser.

4) Pemeriksaan Hasil Okulasi
Pemeriksaan pertama dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan pembalut. Okulasi yang gagal diberi tanda dengan mengikat tali pada batang bawah, hal ini dilakukan untuk memudahkan okulasi janda. Pemeriksaan ke dua dilakukan 10 – 15 hari dari pemeriksaan pertama. Cara pemeriksaan sama seperti pemeriksaan pertama.
Label: okulasi, Perbanyakan Tanaman, Perbanyakan Vegetatif, Pertanian
Jumat, 24 April 2009

Menyambung

Tanaman yang sukar di cangkok atau diokulasi maka dapat juga dilakukan perkembangbiakan secara vegetatif dengan cara dengan melakukan penyambungan. Dengan penyambungan diharapkan akan dapat memperoleh keuntungan sebagai berikut :

- Jika batang atas berasal dari klon yang produksinya tinggi disambuung dengan batang bawah yang
  memiliki resistensi terhadap nematoda atau sifat lain yang baik, maka terdapat kemungkinan bahwa
  tanaman sambungan itu akan memiliki sifat-sifat baik tersebut.

- Suatu klon yang sangat susah sekali berakar terkadang masih dapat diusahakan penanamannya
  denga cara menyambung.

- Dengan cara penyambungan, tanaman mempunyai batang bawah yang mempunyai akar tunggang
  yang lebih tegap tumbuhnya dan tidak mudah riboh karena angin.


Salah satu teknik menyambung yang dapat disampaikan dalam laporan ini adalah sambung celah. Adapun teknik-teknik dalam kegiatan sambung celah itu sebagai berikut :

1) batang bawah dipotong mendatar dengan gunting atau pisau yang tajam. Daunnya disisakan satu
    atau dua pasang kemudian pada luka potongan batang dibuat celah ditengah-tengah sepanjang 
    3-4 cm dengan pisau sambung.

2) Entres dipilih dari ruas ke dua dan dipotong per ruas + 7 cm. Daun dan cabang dikupir labih
    kurang 1,5 cm dari sumbu entres. Kemudian pangkan entres diruncingkan sebelah kanan dan
    kirinya sepanjang 3-4 cm.

3) Entres kemudian dimasukkan sedalam celah pada batang bawah, kemudian diikat dengan tali rafia.

4) Untuk menjaga kelengesan pada sambungan sambungan sungkup dengan kantong plastik.

5) Untuk menjaga kelengesan tanah, sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan penyiraman.

6) Setelah selang 30 – 35 hari dapat diketahui berhasil atau tidaknya penyambungan tersebut yaitu
    melihat ada tidaknya tunas yang tumbuh pada batang atas. Bila tunas sudah kelihatan tumbuh maka
    sungkup plastik harus dibuka.


Mencangkok

Teknik mencangkok ini telah umum digunakan oleh masyarakat. Tetapi dalam kegiatan pencangkokkan ini terdapat beberapa kelemahan antara lain ; praktikan atau pencangkok harus memiliki keahlian dalam pencangkokan ini, kegiatan pencangkokkan padapohon yang telah tinggi sukar dilakukan karena untuk mencangkok harus lebih dahulu memanjat. Selain itu karena kegiatan pencangkokkan ini menggunakan cabag tanaman yang nantinya dipotong, maka terlalu boros dalam pengguanaan bahan tanam (batang yang untuk dicangkok).

Untuk cangkokkan umumnya digunakan cabang orthotrof yang tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris sebaiknya dioles dengan Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar.

Langkah atau urutan kegiatan dalam perbanyakan tanaman dengan cara pencangkokkan antara lain :

1) memilih batang yang akan di cangkok.
2) Membuat guratan pada kulit yag akan dicangkok.
3) Mengupas kulit sepanjang 5-7 cm.
4) Mengikis bagian kambium kuli yang telah dikupas.
5) Mengolesi bagian atas batang yang telah dikikis dengan Rootone F untuk mempercepat
    pertumbuhan (jika ada).
6) Kulit kupasan dibungkus dengan media tanam (tanah, gambut atau lumut).
7) Membalut media tanam yang dibuat tadi dengan plastik, sabut kelapa atau karung goni.
8) Mengikat pada ujung-ujung balutan.
9) Menyiram cangkokkan secara teratur.



PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF

Reproduksi Vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup secara aseksual (tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina). Reproduksi Vegetatif bisa terjadi secara alami maupun buatan.

Vegetatif Alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak lain seperti manusia.

Pada tumbuhan

Umbi batang. Contoh: ubi jalar, kentang
Umbi lapis. Contoh: bawang merah, bawang putih
Umbi akar. Contoh: wortel, singkong
Geragih atau stolon. Contoh: arbei, stroberi
Rizoma. Contoh: lengkuas, jahe
Tunas. Contoh: kelapa
Tunas adventif. Contoh: cocor bebek

Pada hewan

Tunas. Contoh: Hydra, Ubur-ubur, Porifera
Fragmentasi. Contoh: Planaria, mawar laut
Membelah diri. Contoh: Amoeba
Parthenogenesis. Contoh: serangga seperti lebah, kutu daun


Vegetatif Buatan

Vegetatif Buatan adalah reproduksi aseksual yang terjadi karena bantuan pihak lain seperti manusia.

    - Stek
    - Cangkok
    - Okulasi
    - Enten
    - Merunduk
    - Kloning


Perbedaan Reproduksi Vegetatif dan Generatif

Pada reproduksi vegetatif hanya dibutuhkan satu induk. Sedangkan pada reproduksi generatif dibutuhkan dua induk (jantan dan betina).
Keturunan pada reproduksi vegetatif sama persis dengan induknya. Sedangkan pada reproduksi generatif belum tentu sama karena merupakan penggabungan kedua sifat induk.
Reproduksi vegetatif tanpa disertai adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina. Sedangkan pada reproduksi generatif disertai adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina.

Dalam rangka pengembangan perkebunan dengan cara konversi maupun penanaman baru, maka dibutuhkan bibit yang bermutu baik yang jumlahnya sangat banyak dan waktu penyiapan bibit yang relatif singkat.

Keberhasilan dalam usaha ini ditentukan oleh banyak faktor terutama keberhasilan pengadaan bibit yang baik.

Untuk dapat melaksanakan pengadaan pembibitan yang baik diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang khusus tentang cara pengelolaanya. Pada tanaman komoditi perkebunan dalam pengadaan bibit lazimnya dilakukan dengan cara vegetatif. Apabila pengadaan bibit dari benih atau perkembangbiakan genaratif maka akan terjadi segregasi pada keturunannya sehingga menyimpang dari sifat-sifat induknya. Pada perkembangbiakan genaratif walau induk merupakan bibit unggul tetapi dari keturunan induk tesebut belum tentu dapat dijamin tetap unggul. Bila perkembangbiakan dengan cara vegetatif, maka akan didapatka tanaman yang klonal dengan pertumbuhan yang seragam serta produksi yang yang tetap tinggi dan sifat unggul pada induk masih terbawa oleh bibit yang dihasilkan.


KONSERVASI TANAMAN
Konservasi atau conservation dapat diartikan sebagai suatu usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara potensinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi generasi yang akan datang.
Berdasarkan pengertian tersebut, konservasi mencakup berbagai aspek positif, yaitu perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan secara berkelanjutan, restorasi, dan penguatan lingkungan alam (IUCN, 1980). Pengertian tersebut juga menekankan bahwa konservasi tidak bertentangan dengan pemanfaatan aneka ragam varietas, jenis dan ekosistem untuk kepentingan manusia secara maksimal selama pemanfaatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan.
Dalam praktek di lapangan, kerap kali masih ditemukan pengertian dan persepsi tentang konservasi yang keliru, yaitu seolah-olah konservasi melarang total pemanfataan sumberdaya alam. Berlandaskan pada pengertian tersebut masyarakat, khususnya penduduk setempat yang bermukim di sekitar kawasan konservasi, dilarang keras untuk dapat menikmati berbagai manfaat yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Penduduk dipisahkan dengan lingkungannya secara paksa, padahal mereka secara turun-temurun telah lama tinggal di wilayahnya.
Tujuan utama konservasi, menurut ”Strategi Konservasi Sedunia” (World Conservation Strategy), ada tiga, yaitu: (a) memelihara proses ekologi yang esensial dan sistem pendukung kehidupan, (b) mempertahankan keanekaan genetis , dan (c) menjamin pemanfaatan jenis (spesies) dan ekosistem secara berkelanjutan.


Upaya konservasi yang dilakukan secara berkesinambungan justru semakin banyak tanaman yang punah atau berada di ambang kepunahan, seharusnya dengan daftar tanaman yang terancam punah yang dimiliki, dengan upaya konservasi yang dilakukan secara berkesinambungan tanaman yang terancam punah semakin berkurang. Hal itu perlu diantisipasi dengan lebih mengintensifkan konservasi, dengan harapan mendapat dukungan dari semua pihak untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan dan keragaman tumbuh-tumbuhan, baik di darat maupun laut. Keragaman tanaman yang begitu besar tersebar di kepulauan dan perairan wilayah Indonesia itu perlu kepedulian dari semua pihak untuk dapat melestarikan dan menyelamatkan guna dapat diwariskan kepada generasi mendatang.


Semoga bermanfaat...

No comments:

Post a Comment