Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak
dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao.
Beberapa
kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :
- Dengan cara diokulasi dapat diperoleh tanaman yang dengan
produktifitas yang tinggi.
- Pertumbuhan tanaman yang seragam.
- Penyiapan benih relatif singkat.
- Pada musim gugur daun pada tanaman karet daun yang gugur
dari satu klon agar serentak pada
waktu tertentu, dengan demikian akan
memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea bila
terjadi.
Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
cara okulasi yaitu :
- terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang
normal terjadi karena tidak adanya keserasian
antara batang bawah dengan batang atas (entres)
antara batang bawah dengan batang atas (entres)
- perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
- Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak
terpenuhi kemngkinan gagal atau mata
entres tidak tumbuh sangat besar.
Syarat tanaman dapat diokulasi yaitu :
- tanaman tidak sedang Flush (sedang tumbuh daun baru)
- antara batang atas dan batang bawah harus memiliki umur
yang sama.
- Tanaman harus masih dalam satu family atau satu genus.
- Umur tanaman antara batang atas dan batang bawah sama.
- Pada klon yang dijadikan batang bawah memiliki perakaran
yang kuat/kokoh, tidak mudah
terserang penyakit terutama penyakit akar,
mimiliki biji/buah yang banyak yang nantinya disemai
untuk dijadikan batang
bawah, umur tanaman induk pohon batang bawah yang biji/buahnya akan
dijadikan
benih untuk batang bawah minimal 15 tahun, memiliki pertumbuhan yang cepat.
- Pada klon yang akan dijadika batang atas atau entres
tanaman harus memiliki produksi yang unggul,
dan memiliki pertumbuhan yang
cepat, dan tahan terhadap penyakit.
Macam-macam okulasi pada tanaman karet :
1. Okulasi Coklat (Brown Budding) merupakan okulasi
dilaksanakan diperkebunan karet. Dengan
batang bawah berumur 8-18 bulan
diokulasi dengan entres umur 1-2 tahun, dengan garis tengah
2,5-4 cm. Warna
kayu entres coklat, yang dipergunakan adalah mata prima yang berwarna coklat.
2. Okulasi Hijau (Green Budding) merupakan cara okulasi yang
lazim dilaksanakan diperkebunan
karet. Dengan batang bawah yang berumur 4-6
bulan diokulasi dengan entres yang berumur 3-4
bulan, garis tengah 0,5-1 cm,
warna kayu entres hijau tua, yang dipergunakan adalah mata burung
yang berwarna
hijau.
3. Okulasi dini (Pro Green Budding) merupakan cara okulasi
dengan batang bawah berumur 2-3
bulan, diokulasi dengan entres umur 3-4 minggu,
garis tengah kurang dari 0,5 cm warna kayu
entres hijau muda sampai hijau. Yang
dipergunakan sebagai mata entres adalah mata sisik
(csale bud)
Teknik pengokulasian pada okulasi dini sama saja dengan yang
dilakuka pada okulasi hijau. Hasi dari okulasi sama dengan yang dicapai okulasi
hijau maupun okulsi coklat.
Teknik Mengokulasi :
1) Membuat Jendela Okulasi
Ukuran jendela disesuaikan dengan perisai dan besarnya
batang bawah. Untuk batang bawah yang dibawah umur 5-6 bulan dapat ukuran
jendela (¾ - 1) cm x (3 – 4) cm. Torehan membujur dapat dimulai daribawah atau
dari atas. Jarak torehan terbawah lebih kurang 5 cm dari tanah. Torehan
melintang dapat dari atas ataudari bawah. Jika diatas jendela akan terbuka
kebawah atau juga sebaliknya. Sebelum ditoreh, batang dibersihkan dari kotoran
atau tanah yang menempel akubat percikan air hujan. Setelah ditoreh akan keluar
lateks, lateks ini dibiarkan membeku kemudian dibersihkan dengan kain sebelum
jendela dibuka.
2) Mengambil Mata Okulasi
Mata okulasi diambil dari kayu okulssiyang sehat, segar dan
mudah dikupas. Mata okulasi diambil bersama sedikit bagian kayu, bentuk perisai
yang ukuranya sedikit lebih kecil dari ukuran jendela okulasi. Pengambilan mata
okulsi yang terlalu kecil akan mengakibatkan pemulihan luka lambat. Untuk
melepas bagian kayu, menariknya pelan-pelan supaya mata tetap menempel pada
kulit. Pembuatan perisai harus bersih dan lapisan kambium jangan sampai terkena
tangan atau kotoran. Perisai yang telah dibuat harus segera diselipkan ke
jendela okulasi.
3) Menempel Mata Okulasi Dan Membalut
Setelah perisai disiapkan, jendela okulasi dibuka denga cara
menarik bibir jendela okulasi. Perisai diselipkan dibawah jendela okulasi dan
dijepit dengan ibu jari untuk memudahkan pembalutan. Dalam keadaan perisai
terlalu kecil, diusahakan supaya tepi tepi bagian atas dan salah satu sisi
perisai berimpit dengan jendela okulasi. Pembalutan dimulai dari torehan
melintang digunakan plastik ukuran 2 x 0,02 cm dengan panjang 40 cm. Akhir
ikatan sebaiknya dibawah. Pada waktu membalut jangan sampai perisai bergeser.
4) Pemeriksaan Hasil Okulasi
Pemeriksaan pertama dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi
dilaksanakan bersamaan dengan pembukaan pembalut. Okulasi yang gagal diberi
tanda dengan mengikat tali pada batang bawah, hal ini dilakukan untuk
memudahkan okulasi janda. Pemeriksaan ke dua dilakukan 10 – 15 hari dari
pemeriksaan pertama. Cara pemeriksaan sama seperti pemeriksaan pertama.
Label: okulasi, Perbanyakan Tanaman, Perbanyakan Vegetatif,
Pertanian
Jumat, 24 April 2009
Menyambung
Tanaman yang sukar di cangkok atau diokulasi maka dapat juga
dilakukan perkembangbiakan secara vegetatif dengan cara dengan melakukan
penyambungan. Dengan penyambungan diharapkan akan dapat memperoleh keuntungan
sebagai berikut :
- Jika batang atas berasal dari klon yang produksinya tinggi
disambuung dengan batang bawah yang
memiliki resistensi terhadap nematoda atau
sifat lain yang baik, maka terdapat kemungkinan bahwa
tanaman sambungan itu
akan memiliki sifat-sifat baik tersebut.
- Suatu klon yang sangat susah sekali berakar terkadang
masih dapat diusahakan penanamannya
denga cara menyambung.
- Dengan cara penyambungan, tanaman mempunyai batang bawah
yang mempunyai akar tunggang
yang lebih tegap tumbuhnya dan tidak mudah riboh
karena angin.
Salah satu teknik menyambung yang dapat disampaikan dalam
laporan ini adalah sambung celah. Adapun teknik-teknik dalam kegiatan sambung
celah itu sebagai berikut :
1) batang bawah dipotong mendatar dengan gunting atau pisau
yang tajam. Daunnya disisakan satu
atau dua pasang kemudian pada luka potongan
batang dibuat celah ditengah-tengah sepanjang
3-4 cm dengan pisau sambung.
2) Entres dipilih dari ruas ke dua dan dipotong per ruas + 7
cm. Daun dan cabang dikupir labih
kurang 1,5 cm dari sumbu entres. Kemudian
pangkan entres diruncingkan sebelah kanan dan
kirinya sepanjang 3-4 cm.
3) Entres kemudian dimasukkan sedalam celah pada batang
bawah, kemudian diikat dengan tali rafia.
4) Untuk menjaga kelengesan pada sambungan sambungan sungkup
dengan kantong plastik.
5) Untuk menjaga kelengesan tanah, sebelum dan sesudah
penyambungan dilakukan penyiraman.
6) Setelah selang 30 – 35 hari dapat diketahui berhasil atau
tidaknya penyambungan tersebut yaitu
melihat ada tidaknya tunas yang tumbuh
pada batang atas. Bila tunas sudah kelihatan tumbuh maka
sungkup plastik harus
dibuka.
Mencangkok
Teknik mencangkok ini telah umum digunakan oleh masyarakat.
Tetapi dalam kegiatan pencangkokkan ini terdapat beberapa kelemahan antara lain
; praktikan atau pencangkok harus memiliki keahlian dalam pencangkokan ini,
kegiatan pencangkokkan padapohon yang telah tinggi sukar dilakukan karena untuk
mencangkok harus lebih dahulu memanjat. Selain itu karena kegiatan
pencangkokkan ini menggunakan cabag tanaman yang nantinya dipotong, maka terlalu
boros dalam pengguanaan bahan tanam (batang yang untuk dicangkok).
Untuk cangkokkan umumnya digunakan cabang orthotrof yang
tidak telalu tua maupun terlalu muda yang umumnya berwarna hijau
kecoklat-coklatan. Bahan untuk pembungkus cangkokkan biasanya digunakan sabut
kelapa atau karung goni untuk membungkus tanah sebagai media perakaran. Supaya
cangkokkan dapat berhasil dengan baik, dengan waktu yang relatif cepat dan
ekonomis maka sabut kelapa atau karung goni diganti dengan plastik. Medium
perakaran tanah dapat diganti dengan gambut atau lumut. Lumut yang digunakan
sebagai media tanam mempunyai sifat selain anti septik juga dapat menahan
kandungan air yang cukup tinggi, sehingga dalam pelaksanaan pencangkokkan tidak
perlu terlalu sering disiram air. Mengenai kulit bagian atas yang diiris
sebaiknya dioles dengan Rootone F yang berguna untuk mempercepat dan
memperbanyak keluarnya akar.
Langkah atau urutan kegiatan dalam perbanyakan tanaman
dengan cara pencangkokkan antara lain :
1) memilih batang yang akan di cangkok.
2) Membuat guratan pada kulit yag akan dicangkok.
3) Mengupas kulit sepanjang 5-7 cm.
4) Mengikis bagian kambium kuli yang telah dikupas.
5) Mengolesi bagian atas batang yang telah dikikis dengan
Rootone F untuk mempercepat
pertumbuhan (jika ada).
6) Kulit kupasan dibungkus dengan media tanam (tanah, gambut
atau lumut).
7) Membalut media tanam yang dibuat tadi dengan plastik,
sabut kelapa atau karung goni.
8) Mengikat pada ujung-ujung balutan.
9) Menyiram cangkokkan secara teratur.
PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF
Reproduksi Vegetatif adalah cara reproduksi makhluk hidup
secara aseksual (tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina).
Reproduksi Vegetatif bisa terjadi secara alami maupun buatan.
Vegetatif Alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi
tanpa campur tangan pihak lain seperti manusia.
Pada tumbuhan
Umbi batang. Contoh: ubi jalar, kentang
Umbi lapis. Contoh: bawang merah, bawang putih
Umbi akar. Contoh: wortel, singkong
Geragih atau stolon. Contoh: arbei, stroberi
Rizoma. Contoh: lengkuas, jahe
Tunas. Contoh: kelapa
Tunas adventif. Contoh: cocor bebek
Pada hewan
Tunas. Contoh: Hydra, Ubur-ubur, Porifera
Fragmentasi. Contoh: Planaria, mawar laut
Membelah diri. Contoh: Amoeba
Parthenogenesis. Contoh: serangga seperti lebah, kutu daun
Vegetatif Buatan
Vegetatif Buatan adalah reproduksi aseksual yang terjadi
karena bantuan pihak lain seperti manusia.
- Stek
- Cangkok
- Okulasi
- Enten
- Merunduk
- Kloning
Perbedaan Reproduksi Vegetatif dan Generatif
Pada reproduksi vegetatif hanya dibutuhkan satu induk.
Sedangkan pada reproduksi generatif dibutuhkan dua induk (jantan dan betina).
Keturunan pada reproduksi vegetatif sama persis dengan
induknya. Sedangkan pada reproduksi generatif belum tentu sama karena merupakan
penggabungan kedua sifat induk.
Reproduksi vegetatif tanpa disertai adanya peleburan sel
kelamin jantan dan betina. Sedangkan pada reproduksi generatif disertai adanya
peleburan sel kelamin jantan dan betina.
Dalam rangka pengembangan perkebunan dengan cara konversi
maupun penanaman baru, maka dibutuhkan bibit yang bermutu baik yang jumlahnya
sangat banyak dan waktu penyiapan bibit yang relatif singkat.
Keberhasilan dalam usaha ini ditentukan oleh banyak faktor
terutama keberhasilan pengadaan bibit yang baik.
Untuk dapat melaksanakan pengadaan pembibitan yang baik
diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang khusus tentang cara pengelolaanya.
Pada tanaman komoditi perkebunan dalam pengadaan bibit lazimnya dilakukan
dengan cara vegetatif. Apabila pengadaan bibit dari benih atau perkembangbiakan
genaratif maka akan terjadi segregasi pada keturunannya sehingga menyimpang
dari sifat-sifat induknya. Pada perkembangbiakan genaratif walau induk
merupakan bibit unggul tetapi dari keturunan induk tesebut belum tentu dapat
dijamin tetap unggul. Bila perkembangbiakan dengan cara vegetatif, maka akan
didapatka tanaman yang klonal dengan pertumbuhan yang seragam serta produksi
yang yang tetap tinggi dan sifat unggul pada induk masih terbawa oleh bibit
yang dihasilkan.
KONSERVASI TANAMAN
Konservasi atau conservation dapat diartikan sebagai suatu
usaha pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam memanfaatkan sumberdaya
alam sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya secara
berkelanjutan untuk generasi manusia saat ini, serta tetap memelihara
potensinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi-aspirasi generasi
generasi yang akan datang.
Berdasarkan pengertian tersebut, konservasi mencakup
berbagai aspek positif, yaitu perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan secara
berkelanjutan, restorasi, dan penguatan lingkungan alam (IUCN, 1980).
Pengertian tersebut juga menekankan bahwa konservasi tidak bertentangan dengan
pemanfaatan aneka ragam varietas, jenis dan ekosistem untuk kepentingan manusia
secara maksimal selama pemanfaatan tersebut dilakukan secara berkelanjutan.
Dalam praktek di lapangan, kerap kali masih ditemukan
pengertian dan persepsi tentang konservasi yang keliru, yaitu seolah-olah
konservasi melarang total pemanfataan sumberdaya alam. Berlandaskan pada
pengertian tersebut masyarakat, khususnya penduduk setempat yang bermukim di
sekitar kawasan konservasi, dilarang keras untuk dapat menikmati berbagai
manfaat yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya. Penduduk dipisahkan dengan
lingkungannya secara paksa, padahal mereka secara turun-temurun telah lama
tinggal di wilayahnya.
Tujuan utama konservasi, menurut ”Strategi Konservasi
Sedunia” (World Conservation Strategy), ada tiga, yaitu: (a) memelihara proses
ekologi yang esensial dan sistem pendukung kehidupan, (b) mempertahankan
keanekaan genetis , dan (c) menjamin pemanfaatan jenis (spesies) dan ekosistem
secara berkelanjutan.
Upaya konservasi yang dilakukan secara berkesinambungan
justru semakin banyak tanaman yang punah atau berada di ambang kepunahan,
seharusnya dengan daftar tanaman yang terancam punah yang dimiliki, dengan
upaya konservasi yang dilakukan secara berkesinambungan tanaman yang terancam
punah semakin berkurang. Hal itu perlu diantisipasi dengan lebih
mengintensifkan konservasi, dengan harapan mendapat dukungan dari semua pihak
untuk lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan dan keragaman
tumbuh-tumbuhan, baik di darat maupun laut. Keragaman tanaman yang begitu besar
tersebar di kepulauan dan perairan wilayah Indonesia itu perlu kepedulian dari
semua pihak untuk dapat melestarikan dan menyelamatkan guna dapat diwariskan
kepada generasi mendatang.
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment