Kebutuhan unsur hara pada tanaman sangat berkaitan dengan
jenis atau macam unsur hara. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan karakter
dari masing-masing tanaman menyangkut kebutuhannya akan unsur hara tertentu
serta perbedaan karakter dan fungsi dari unsur hara tersebut. Kebutuhan tanaman
akan unsur hara yang berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman
tersebut, semisal pada saat awal pertumbuhan tanaman/fase vegetatif akan
membutuhkan unsur hara yang berbeda dengan saat tumbuhan mencapai fase
generatif.
Kebutuhan unsur hara pada tanaman selain berkaitan dengan
macam unsur hara, juga sangat berkaitan dengan jumlah unsur hara yang
dibutuhkan. Jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berbeda sesuai
dengan jenis tanaman dan jenis unsur haranya, semisal pada jenis tanaman
sayuran akan membutuhkan unsur hara yang berbeda dengan jenis tanaman palawija.
Selain itu jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman juga dapat dilihat dari
umur tanaman, seperti pendapat Tisdale et al (1985) dalam Suwandi (2009) yang
menyatakan bahwa konsumsi hara oleh tanaman berbeda bergantung pada umur
fisiologis tanaman tersebut. Sebagai contoh seperti yang dinyatakan oleh
Suwandi (2009) bahwa berdasarkan analisis dinamika unsur hara NPK dan umur
fisiologis tanaman, aplikasi pupuk N untuk sayuran dimulai pada saat tanam
hingga maksimum 2/3 umur tanaman. Pupuk P dan K diaplikasikan sebelum tanam
atau sebagian ditambahkan sebelum fase vegetatif maksimum. Menurut Marschner
(1986) dalam Wijayani dan Widodo (2005), pada dosis yang terlalu rendah
pengaruh larutan hara tidak nyata, sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi
selain boros juga akan mengakibatkan tanaman mengalami plasmolisis, yaitu
keluarnya cairan sel karena tertarik oleh larutan hara yang lebih pekat.
Menurut Bastari dalam Wijaya (2010) tanaman untuk dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan unsur hara yang selalu tersedia
selama siklus hidupnya mulai dari penanaman hingga panen. Ketersediaan hara
dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pemberian konsentrasi pupuk
yang tepat akan mempengaruhi hasil suatu tanaman. Upaya-upaya untuk menjaga
ketersediaan hara dalam tanah selain pemberian konsentrasi pupuk, dapat juga
melalui frekuensi pemberian pupuk, cara pemberian dan bentuk pupuk digunakan
secara tepat.
Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai
dengan pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Meskipun unsur
hara tanaman sangat kompleks, namun demikian kebutuhan dasar terhadap hara dalam
budidaya tanaman secara hidroponik telah diketahui. Terdapat 14 unsur hara
essensial untuk pertumbuhan tanaman. Air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) juga
essensial untuk tanaman. Hidrogen, Karbon dan Oksigen juga diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman mengakibatkan total hara essensial sebanyak 16 elemen.
Unsur hara yang utama dibutuhkan oleh tanaman sayuran adalah N, P, dan K.
Nitrogen adalah unsur hara yang paling dinamis di alam. Menurut Mattason dan
Schjoerring (2002) dalam Suwandi (2009), unsur N mudah hilang dari tanah
melalui volatilisasi atau perkolasi air tanah, mudah berubah bentuk, dan mudah
pula diserap tanaman. Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk ammonium (NH4+) dan
nitrat (NO3-). Keberadaan NH4+ sangat dinamis karena mudah berubah bentuk menjadi
NO3- akibat proses nitrifikasi.
Fosfor adalah unsur hara yang tidak mudah bergerak
(immobile) dalam tanah. Hara P di tanah tersedia dalam jumlah cukup bagi
tanaman, namun kekurangan P menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat akibat
terganggunya perkembangan sel dan akar tanaman, metabolisme karbohidrat, dan
transfer energy (Marshner dalam Delvian, 2006). Menurut Barker dan Pilbean
dalam Suwandi, (2009), kalium sebagai unsur hara esensial agak mobil seperti N.
Meski hanya sebagian kecil K tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
hara K mudah bergerak, terlindi, dan terikat oleh permukaan koloid tanah.
Kekurangan K mempengaruhi sistem perakaran, tunas, pembentukan pati, dan
translokasi gula. Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar dan daun.
Unsur C dan O diambil tanaman dari udara dalam bentuk CO2 melalui stomata daun
dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil tanaman dari air tanah (H2O) melalui
akar tanaman. Air juga diserap tanaman melalui daun tapi dalam jumlah yang
sedikit. Unsur-unsur yang lain diserap akar tanaman dari dalam tanah seperti
unsur hara makro N, P, dan K juga unsur hara mikro seperti Ca, Mg, Cu, Fe, dan
lainnya (Vincent dan Yamaguchi dalam Parman, 2007).
Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah
pemupukan dengan pupuk anorganik atau organik sesuai kebutuhan tanaman. Masalah
umum dalam pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh
tanaman. Menurut Suwandi (2009), efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah,
berkisar antara 30-40%. Efisiensi pemupukan P oleh tanaman juga rendah,
berkisar 15-20%. Penerapan teknologi penggunaan pupuk yang tepat, baik jenis,
takaran maupun aplikasinya, dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K
hingga 40- 50%. Untuk budidaya sayuran, takaran pupuk N berkisar antara 100-200
kg/ha, P2O5 90-180 kg/ha, dan K2O sekitar 60-150 kg/ha (Suwandi, 2009). Menurut
Margianto (2007) dalam Malik (2009) kebutuhan nitrogen untuk tanaman kangkung
adalah 69 kg N/ha, 54 kg P2O5/ha, dan 21 kg K2O/ha. Menurut Jones, J (1991)
tingkat kebutuhan hara tanaman sawi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
- N (%) 2,75-2,99 3,00-5,00 >5,00
P (%) 0,25-0,34 0,35-0,75 >0,75
K (%) 3,00-3,49 3,5-6,00 >6,00
Sawi dan kangkung merupakan tanaman C3 yang memiliki
karakteristik kebutuhan unsur hara tersendiri dibanding tanaman C4 atau CAM.
Menurut Kaufman et.al. (1989), efisiensi tanaman C3 terhadap unsur hara cukup
rendah sehingga membutuhkan unsur hara lebih banyak. Unsur N, Mg dan Fe
merupakan komponen penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur hara
tersebut menunjukkan gejala klorosis pada daun, yang menyebabkan rendahnya
fotosintesis, karena klorofil yang dimanfaatkan untuk menyerap energi sinar
yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP dan NADP untuk mereduksi CO2, selain
itu toleransi yang rendah terhadap ion yang tidak esensial seperti timbal,
kadmium, perak, aluminium, raksa, timah, dan sebagainya dapat meracun bagi
tanaman. Beberapa hara esensial bagi pertumbuhan tanaman dan gejala
defisiensinya menurut Lakitan (2007) tercantum pada tabel berikut:
1. N = Tanaman
hijau muda, daun tua menguning
2. P =Tanaman hijau tua berubah keunguan
3. K =Tepi daun tua hijau kekuningan
4. Mg = Interveinal
Chlorosis,mulai dari daun tua berubah nekrosis
5. Ca = Die Back daun
muda dan mengering pada bagian ujungnya
6. S = Warna daun hijau muda
7. Fe =
Interveinal Chlorosis dengan “Netted Pattern”
8. Mn =
Interveinal Chlorosis dengan “Netted Pattern”
9. B = Pucuk terminal menjadi hijau muda dan
mati
10. Cu = Daun muda
rontok dan kelihatan layu
11. Zn
=vInterveinal Chlorosis pada daun tua
12. Mo = Daun
bagian bawah pucat.
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment