Thursday 8 September 2016

KEBUTUHAN UNSUR HARA PADA TANAMAN


Kebutuhan unsur hara pada tanaman sangat berkaitan dengan jenis atau macam unsur hara. Hal ini sejalan dengan adanya perbedaan karakter dari masing-masing tanaman menyangkut kebutuhannya akan unsur hara tertentu serta perbedaan karakter dan fungsi dari unsur hara tersebut. Kebutuhan tanaman akan unsur hara yang berbeda sesuai dengan fase-fase pertumbuhan tanaman tersebut, semisal pada saat awal pertumbuhan tanaman/fase vegetatif akan membutuhkan unsur hara yang berbeda dengan saat tumbuhan mencapai fase generatif.

Kebutuhan unsur hara pada tanaman selain berkaitan dengan macam unsur hara, juga sangat berkaitan dengan jumlah unsur hara yang dibutuhkan. Jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman berbeda sesuai dengan jenis tanaman dan jenis unsur haranya, semisal pada jenis tanaman sayuran akan membutuhkan unsur hara yang berbeda dengan jenis tanaman palawija. Selain itu jumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman juga dapat dilihat dari umur tanaman, seperti pendapat Tisdale et al (1985) dalam Suwandi (2009) yang menyatakan bahwa konsumsi hara oleh tanaman berbeda bergantung pada umur fisiologis tanaman tersebut. Sebagai contoh seperti yang dinyatakan oleh Suwandi (2009) bahwa berdasarkan analisis dinamika unsur hara NPK dan umur fisiologis tanaman, aplikasi pupuk N untuk sayuran dimulai pada saat tanam hingga maksimum 2/3 umur tanaman. Pupuk P dan K diaplikasikan sebelum tanam atau sebagian ditambahkan sebelum fase vegetatif maksimum. Menurut Marschner (1986) dalam Wijayani dan Widodo (2005), pada dosis yang terlalu rendah pengaruh larutan hara tidak nyata, sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi selain boros juga akan mengakibatkan tanaman mengalami plasmolisis, yaitu keluarnya cairan sel karena tertarik oleh larutan hara yang lebih pekat.

Menurut Bastari dalam Wijaya (2010) tanaman untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan unsur hara yang selalu tersedia selama siklus hidupnya mulai dari penanaman hingga panen. Ketersediaan hara dalam tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pemberian konsentrasi pupuk yang tepat akan mempengaruhi hasil suatu tanaman. Upaya-upaya untuk menjaga ketersediaan hara dalam tanah selain pemberian konsentrasi pupuk, dapat juga melalui frekuensi pemberian pupuk, cara pemberian dan bentuk pupuk digunakan secara tepat.

Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai dengan pemberian larutan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman. Meskipun unsur hara tanaman sangat kompleks, namun demikian kebutuhan dasar terhadap hara dalam budidaya tanaman secara hidroponik telah diketahui. Terdapat 14 unsur hara essensial untuk pertumbuhan tanaman. Air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) juga essensial untuk tanaman. Hidrogen, Karbon dan Oksigen juga diperlukan untuk pertumbuhan tanaman mengakibatkan total hara essensial sebanyak 16 elemen. Unsur hara yang utama dibutuhkan oleh tanaman sayuran adalah N, P, dan K. Nitrogen adalah unsur hara yang paling dinamis di alam. Menurut Mattason dan Schjoerring (2002) dalam Suwandi (2009), unsur N mudah hilang dari tanah melalui volatilisasi atau perkolasi air tanah, mudah berubah bentuk, dan mudah pula diserap tanaman. Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Keberadaan NH4+ sangat dinamis karena mudah berubah bentuk menjadi NO3- akibat proses nitrifikasi.

Fosfor adalah unsur hara yang tidak mudah bergerak (immobile) dalam tanah. Hara P di tanah tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, namun kekurangan P menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat akibat terganggunya perkembangan sel dan akar tanaman, metabolisme karbohidrat, dan transfer energy (Marshner dalam Delvian, 2006). Menurut Barker dan Pilbean dalam Suwandi, (2009), kalium sebagai unsur hara esensial agak mobil seperti N. Meski hanya sebagian kecil K tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, hara K mudah bergerak, terlindi, dan terikat oleh permukaan koloid tanah. Kekurangan K mempengaruhi sistem perakaran, tunas, pembentukan pati, dan translokasi gula. Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar dan daun. Unsur C dan O diambil tanaman dari udara dalam bentuk CO2 melalui stomata daun dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil tanaman dari air tanah (H2O) melalui akar tanaman. Air juga diserap tanaman melalui daun tapi dalam jumlah yang sedikit. Unsur-unsur yang lain diserap akar tanaman dari dalam tanah seperti unsur hara makro N, P, dan K juga unsur hara mikro seperti Ca, Mg, Cu, Fe, dan lainnya (Vincent dan Yamaguchi dalam Parman, 2007).

Upaya untuk mengatasi kekurangan unsur hara adalah pemupukan dengan pupuk anorganik atau organik sesuai kebutuhan tanaman. Masalah umum dalam pemupukan adalah rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Menurut Suwandi (2009), efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah, berkisar antara 30-40%. Efisiensi pemupukan P oleh tanaman juga rendah, berkisar 15-20%. Penerapan teknologi penggunaan pupuk yang tepat, baik jenis, takaran maupun aplikasinya, dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N, P, dan K hingga 40- 50%. Untuk budidaya sayuran, takaran pupuk N berkisar antara 100-200 kg/ha, P2O5 90-180 kg/ha, dan K2O sekitar 60-150 kg/ha (Suwandi, 2009). Menurut Margianto (2007) dalam Malik (2009) kebutuhan nitrogen untuk tanaman kangkung adalah 69 kg N/ha, 54 kg P2O5/ha, dan 21 kg K2O/ha. Menurut Jones, J (1991) tingkat kebutuhan hara tanaman sawi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

   -  N (%)     2,75-2,99  3,00-5,00 >5,00
    P (%)        0,25-0,34  0,35-0,75 >0,75
    K (%)       3,00-3,49  3,5-6,00   >6,00

Sawi dan kangkung merupakan tanaman C3 yang memiliki karakteristik kebutuhan unsur hara tersendiri dibanding tanaman C4 atau CAM. Menurut Kaufman et.al. (1989), efisiensi tanaman C3 terhadap unsur hara cukup rendah sehingga membutuhkan unsur hara lebih banyak. Unsur N, Mg dan Fe merupakan komponen penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur hara tersebut menunjukkan gejala klorosis pada daun, yang menyebabkan rendahnya fotosintesis, karena klorofil yang dimanfaatkan untuk menyerap energi sinar yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP dan NADP untuk mereduksi CO2, selain itu toleransi yang rendah terhadap ion yang tidak esensial seperti timbal, kadmium, perak, aluminium, raksa, timah, dan sebagainya dapat meracun bagi tanaman. Beberapa hara esensial bagi pertumbuhan tanaman dan gejala defisiensinya menurut Lakitan (2007) tercantum pada tabel berikut:

1.    N = Tanaman hijau muda, daun tua menguning

2.    P  =Tanaman hijau tua berubah keunguan

3.    K =Tepi daun tua hijau kekuningan

4. Mg = Interveinal Chlorosis,mulai dari daun tua berubah nekrosis

5. Ca = Die Back daun muda dan mengering pada bagian ujungnya

6.   S = Warna daun hijau muda

7.  Fe = Interveinal Chlorosis dengan “Netted Pattern”

8. Mn = Interveinal Chlorosis dengan “Netted Pattern”

9.    B = Pucuk terminal menjadi hijau muda dan mati

10. Cu = Daun muda rontok dan kelihatan layu

11. Zn =vInterveinal Chlorosis pada daun tua

12. Mo = Daun bagian bawah pucat.



Semoga bermanfaat...

No comments:

Post a Comment