Tanaman Pala
(Myristica fragrans Houtt) merupakan tanaman asli Indonesia, sudah terkenal
sebagai tanaman rempah sejak abad ke-18. Komoditas pala yang diperdagangkan di
pasaran dunia adalah biji, fuli (disebut juga dengan bunga pala), dan minyak
atsiri serta daging buah yang digunakan untuk industri makanan dan minuman di
dalam negeri. Biji dan fuli digunakan dalam industri pengawetan ikan, pembuatan
sosis, makanan kaleng dan sebagai adonan kue, karena aroma minyak atsiri dan lemak yang
dikandungnya meningkatkan nafsu makan. Minyak pala dari hasil penyulingan
merupakan bahan baku industri obat-obatan, pembuatan sabun, parfum dan
sebagainya.
Tanaman pala
mempunyai prospek untuk dikembangkan, namun dalam pembudidayaannya masih
dijumpai beberapa kendala salah satunya adalah ketersediaan bahan tanaman yang
telah diketahui jenis kelaminnya. Pala termasuk tanaman berumah dua
(dioecious), sehingga dikenal ada tanaman jantan, betina dan hermaprodit. Buah
hanya dihasilkan oleh tanaman betina dan
hermaprodit, sedangkan tanaman jantan hanya menghasilkan bunga yang diperlukan
untuk penyerbukan.Tanaman betina lebih banyak menghasilkan buah dibandingkan
dengan yang hemaprodit, sehingga untuk tujuan komersial yang dikembangkan adalah
tanaman betina dan jantan. Komposisi antara jantan dan betina (sex ratio)
secara umum adalah satu tanaman jantan untuk 10-30 tanaman betina.
Hasil observasi di lapang makin dekat jarak
antara tanaman betina ke tanaman jantan, umumnya buahnya akan lebih banyak.
Oleh karena itu selain komposisi (sex ratio) maka posisi yang tepat antara
tanaman betina dan jantan di lapang juga perlu diperhatikan agar tanaman betina dapat berproduksi secara
optimal. Hal tersebut sangat sulit dilakukan apabila tanaman pala diperbanyak dengan cara
generatif (biji) yang selama ini dilakukan, karena sampai saat ini belum ada
metode yang dapat mengetahui jenis kelamin tanaman pala pada saat masih
dipembibitan. Selama ini jenis kelamin tanaman pala baru bisa diketahui setelah
memasuki fase generatif (berbunga) yaitu pada umur 6-8 tahun. Pada umumnya dari
100 biji yang ditanam biasanya yang menjadi tanaman betina hanya 55 %,
sedangkan yang lainnya adalah jantan
(40%) dan berumah satu (5 %). Kondisi sex ratio demikian sangat merugikan
karena produksi per satuan luas menjadi rendah akibat banyaknya tanaman jantan
dan tercampur dengan tanaman hemaprodit
dan seringkali posisinya tidak tepat (jauh dari tanaman betina).
Untuk
mendapatkan komposisi sex ratio yang
ideal dan posisi tanaman jantan dan betina yang tepat di lapangan, maka jenis
kelamin tanaman pala harus dapat diketahui sejak dini yaitu pada saat di
pembibitan. Salah satu upaya untuk memecahkan masalah tersebut adalah melalui
perbanyakan vegetatif. Melalui perbanyakan vegetatif komposisi sex ratio yang
ideal dan posisi tanaman jantan dan
betina yang tepat di lapang dapat ditentukan pada saat penanaman dan tanaman pala dapat menghasilkan buah lebih
awal. Di Indonesia perbanyakan vegetatif tanaman pala belum banyak dilaporkan
karena keberhasilanya masih rendah. Oleh karena itu perlu teknik perbanyakan
vegetatif tanaman pala yang lebih tepat dan cepat. Salah satu caranya adalah
melaui epicotyl grafting, yaitu menggunakan batang bawah berumur 20-30 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan cara epicotyl tingkat keberhasilan grafting mencapai 80-90
% dan tingkat benih hidup siap tanam mencapai 98 %. Selain itu penyediaan benih
pala jantan dan betina siap tanam lebih cepat 3-4 bulan sehingga akan menghemat
biaya pemeliharaan benih dipembibitan. Pala betina hasil grafting pada umur 2,5
tahun telah menghasilkan buah ± 70 butir, tinggi tanaman 1,28 m, diameter
kanopi 1,2 m, jumlah cabang 33. Vigor tanaman pala hasil grafting yang lebih
pendek (perdu) dengan diameter kanopi yang tidak telalu tidak lebar, maka jarak
tanamnya yang digunakan dapat lebih sempit (5 x 5 m atau 5 x 6 m) sehingga
jumlah tanaman per satuan luasnya menjadi lebih banyak (monokultur : 300 – 400
tanaman/ha). Dapat ditanam diantar tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa,
cacao, kopi dan sebagainya. Komposisi dan posisi jantan dan betina yang ideal
di lapang adalah 1:8.
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment