Jika kita ingin hidup sehat kita tentu mendambakan produk
yang makanan yang sehat yang berbasis dari produk pertanian. Produk pangan
organik memiliki kadar nitrat lebih rendah, sehingga mengurangi risiko terkena
berbagai penyakit khususnya kanker. Kadar nitrat tinggi dapat mengurangi
transpor oksigen dalam aliran darah, serta membentuk nitrosamin yang bersifat
karsinogen. Dalam pasaran beredar berbagai produk organik, bukan hanya sayuran organik
dan buah organik, namun juga daging, ayam, telur ayam kampung, dan susu
organik. Bahkan ada restoran-restoran yang menyediakan menu khusus sayuran dan
daging ayam yang diproduksi secara organik. Kini pangan organik bisa didapatkan
dengan mudah di berbagai supermaket yang khusus menjual produk organik. Untuk
mendapatkan pangan organik diperlukan pertanian dan peternakan organik. Lahan
harus bebas cemaran pupuk kimia. Karena itu diperlukan konversi terlebih dulu
dari yang konvensional ke organik. Untuk bahan pangan yang sehat adalah makan
sesuai kebutuhan dan gizi yang seimbang. Terdiri atas 60%-70% karbohidrat,
10%-15% protein, 20%-25% lemak dan tinggi serat. Serat yang tinggi sangat baik
bagi kesehatan saluran pencernaan yang memiliki fungsi mencerna makanan,
penyerapan, pembuangan, dan sitem imunitas. Pertanian organik harus
melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi
sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.
Prinsip dalam organik menunjukkan bahwa kesehatan tiap
individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah
yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan
dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan
memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh,
keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.
Dewasa ini menjadi dilemma adalah bagaimana dalam penerapan
produk yang sehat agar benar-benar produk organic dan bukan GMO. Menurut
Jeffrey Smith, seorang ahli makanan modifikasi genetik dan penulis dari buku
terlaris di dunia “Seeds of Deception” dan “Genetic Roulette.” Proses rekayasa
genetik dari sebuah tanaman secara inheren tidak aman. Anda mengambil suatu
gen; katakanlah Anda ingin membuat tanaman jagung yang memproduksi pestisidanya
sendiri. Jadi Anda mengambil gen dari bakteri tanah Bt (Bacillus thuringiensis)
dan Anda membuat jutaan salinan dari gen itu dan Anda masukkan dalam pistol dan
Anda menembak pistol itu ke satu lempeng jutaan sel, berharap agar beberapa
dari gen itu masuk ke dalam DNA dari beberapa sel-sel tersebut. Lalu Anda klon
sel-sel itu ke tanaman.GMO (Genetically Modified Organism) adalah merupakan
makhluk hidup yang direkayasa secara genetika. GMO merupakan makhluk hidup yang
materi genetiknya telah dibuat atau dimodifikasi, dirancang ulang atau dibangun
kembali sehingga sifat-sifatnya bisa berubah atau makhluk hidup tersebut dapat
memiliki kemampuan baru. Produk GMO meliputi: obat-obatan (alat diagnosis dan
obat-obatan seperti insulin), tanaman (tumbuhan yang tahan hama dan herbisida),
enzim untuk produksi makanan, bahan bakar dan pelarut. GMO adalah definisi
untuk organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika: Organisme hasil
rekayasa/modifikasi genetika dan produknya, diproduksi melalui teknik dimana
bahan genetika telah diubah dengan cara-cara yang tidak alami. Dalam Teknik
rekayasa genetika termasuk, tetapi tidak terbatas untuk: rekombinasi DNA, fusi
sel, injeksi mikro dan makro, enkapsulasi, penghilangan dan penggandaan gen.
Organisme hasil rekayasa genetika tidak termasuk organisme yang dihasilkan dari
teknik-teknik seperti konjugasi, transduksi dan hibridisasi.
Bahaya GMO bagi pertanian
- Hasil panen lebih sedikit
- Biaya produksi lebih mahal
- Peningkatan penggunaan bahan kimia
- Kontrak untuk hak paten GMO
- Kehilangan varietas tanaman lokal
- Membuat pertanian monokultur tidak berkesinambungan
- Kehilangan bakteri Bt (Bacillus Thuringiensis) untuk
pertanian organik
- Tidak cukupnya tanah untuk menghindari kekebalan hama
- Hama menjadi resisten karena terus disemprot, selanjutnya
hama menjadi kebal
Bahaya GMO bagi lingkungan :
1. Polusi genetika
Angin, hujan,
burung, lebah dan serangga yang mengantarkan perkawinan antara bunga jantan
dan
bunga betina tanaman sangat berperan dalam polusi genetika. Namun hal ini hanya
bisa
terjadi bila tanaman GMO ada di sekitar tanaman lain yang bukan GMO.
Medium-medium inilah
yang membawa persilangan-persilangan baru tanaman dan
menambah pencemaran GMO.
Pengaruh buruk
bagi ekologi tanah
Penelitian
membuktikan bahwa tanaman GMO yang disilangkan dengan bakteri Bt dapat
mempengaruhi mikroorganisme yang berguna bagi tanah. Hal ini dapat terjadi
karena tanaman
GMO dapat mentransfer gen pada mikroorganisme yang hidup di
tanah sekitarnya, lalu hal ini
mengubah dan dapat mempengaruhi kesuburan tanah,
juga ekologinya.
2. Rumput super
Tanaman GMO tahan
herbisida dapat mentransfer gen mereka dan dapat mempengaruhi tanaman
rumput
sekitar sehingga rumput-rumput sekitar dapat tahan terhadap herbisida pula.
Kemudian
karena sifat tahan herbisida ini adalah silangan dari tanaman GMO dan
rumput baru, maka
rumput ini akan tahan pula terhadap herbisida yang sudah ada.
3. Hama super
Karena siklus
hidup mereka yang pendek, hama serangga dapat kebal terhadap
pestisida/insektisida tertentu. Dalam jangka waktu yang pendek pula.
Tanaman virus baru
dan lebih banyak lagi tanaman sejenis
Ada studi yang
mempelajari bahwa tanaman GMO tahan virus dapat menyebabkan virus-virus
bermutasi menjadi jenis virus yang lebih mematikan lagi.
Berpengaruh buruk
terhadap serangga dan binatang yang bukan target GMO
Kehilangan
keanekaragaman hayati
Peggusuran
varietas lokal
Bahaya yang ditimbulkan dari GMO bagi kesehatan:
1. Bahan berbahaya
dan racun
Pada tahun 1989
sebuah merk pangan GMO yang merupakan suplemen diet membunuh 37 orang penduduk
Amerika Serikat dan melukai lebih dari 5000 lainnya. Pada tahun 1999,
penelitian yang
dipimpin oleh Dr. Arpad Pusztai menemukan bahwa kentang GMO
yang disilang dari gen
tanaman snowdrop dan virus mosaik yang biasa ditemukan
pada kol ternyata sangat mematikan
jika dimakan manusia.
2. Resiko penyakit
kanker yang meningkat
Di Amerika Serikat
MONSANTO manjual pangan GMO yang bernama Recombinant Bovine
Growth Hormone
(rGBH). rGBH ini merupakan sebuah hormon yang disuntikkan pada sapi
peternakan
yang bertujuan untuk meningkatkan produksi susu. Pada akhirnya, susu dan produk
industri yang dihasilkan dari sapi yang sudah disuntik hormon GMO ini dapat
meningkatkan
resiko kemungkinan terserang kanker payudara bagi wanita, kanker
prostat bagi pria dan juga
kanker usus.
3. Alergi terhadap
makanan
Memakan makanan
yang mengandung protein asing, terutama protein yang berasal dari
persilangan
gen (terkandung dalam pangan GMO) dapat mengakibatkan alergi makanan pada
orang
yang mengkonsumsinya.
Kerusakan pada
kualitas makanan dan nutrisinya
Pangan GMO
memiliki kualitas dan nutrisi yang lebih rendah daripada produk pangan biasa,
terutama organik. Kekalahan GMO ini telah diteliti oleh Dr. Pusztai.
Konsentrasi zat-zat yang
berguna untuk melindungi tubuh manusia dari kanker
tidak ditemukan dalam produk pangan
GMO.
4. Kekebalan terhadap antibiotik
Saat produk pangan
GMO dibuat, seringkali ada proses dimana ada rantai yang
menghubungkannya pada
gen-gen tertentu yang disebut Gen Penanda Kebal Antibiotik. Gen ini
membantu
menentukan jika gen telah sukses disilangkan dengan tanaman inang yang akan
dikembangkan. Beberapa peneliti memperingatkan bahwa gen-gen ini dapat
terkombinasi tidak
seperti yang kita harapkan. Gen-gen ini lalu bergabung
dengan bakteri atau mikroba yang
merupakan penyebab penyakit di lingkungan atau
dalam tubuh konsumen pangan GMO.
Peningkatan residu
pestisida. Hal ini dapat dipahami dengan keberadaan varietas tanaman GMO yang
semakin tahan terhadap herbisida dan pestisida, bermunculan penyakit tanaman
yang disebabkan oleh virus-virus baru atau bakteri-bakteri baru yang lebih
ganas lagi. Sehingga diciptakan herbisida dan pestisida yang lebih ampuh tentu
saja dengan bahan-bahan yang sangat berbahaya. Di kalangan petani sendiri,
penggunaan herbisida dan pestisida sendiri menjadi berlebihan.
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment