Thursday, 15 September 2016

PRODUK ORGANIK VS GMO & DAMPAK BAGI PANGAN DALAM KESEHATAN MANUSIA


         Jika kita ingin hidup sehat kita tentu mendambakan produk yang makanan yang sehat yang berbasis dari produk pertanian. Produk pangan organik memiliki kadar nitrat lebih rendah, sehingga mengurangi risiko terkena berbagai penyakit khususnya kanker. Kadar nitrat tinggi dapat mengurangi transpor oksigen dalam aliran darah, serta membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogen. Dalam pasaran beredar berbagai produk organik, bukan hanya sayuran organik dan buah organik, namun juga daging, ayam, telur ayam kampung, dan susu organik. Bahkan ada restoran-restoran yang menyediakan menu khusus sayuran dan daging ayam yang diproduksi secara organik. Kini pangan organik bisa didapatkan dengan mudah di berbagai supermaket yang khusus menjual produk organik. Untuk mendapatkan pangan organik diperlukan pertanian dan peternakan organik. Lahan harus bebas cemaran pupuk kimia. Karena itu diperlukan konversi terlebih dulu dari yang konvensional ke organik. Untuk bahan pangan yang sehat adalah makan sesuai kebutuhan dan gizi yang seimbang. Terdiri atas 60%-70% karbohidrat, 10%-15% protein, 20%-25% lemak dan tinggi serat. Serat yang tinggi sangat baik bagi kesehatan saluran pencernaan yang memiliki fungsi mencerna makanan, penyerapan, pembuangan, dan sitem imunitas. Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak terpisahkan.

       Prinsip dalam organik menunjukkan bahwa kesehatan tiap individu dan komunitas tak dapat dipisahkan dari kesehatan ekosistem; tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman sehat yang dapat mendukung kesehatan hewan dan manusia. Kesehatan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem kehidupan. Hal ini tidak saja sekedar bebas dari penyakit, tetapi juga dengan memelihara kesejahteraan fisik, mental, sosial dan ekologi. Ketahanan tubuh, keceriaan dan pembaharuan diri merupakan hal mendasar untuk menuju sehat.

          Dewasa ini menjadi dilemma adalah bagaimana dalam penerapan produk yang sehat agar benar-benar produk organic dan bukan GMO. Menurut Jeffrey Smith, seorang ahli makanan modifikasi genetik dan penulis dari buku terlaris di dunia “Seeds of Deception” dan “Genetic Roulette.” Proses rekayasa genetik dari sebuah tanaman secara inheren tidak aman. Anda mengambil suatu gen; katakanlah Anda ingin membuat tanaman jagung yang memproduksi pestisidanya sendiri. Jadi Anda mengambil gen dari bakteri tanah Bt (Bacillus thuringiensis) dan Anda membuat jutaan salinan dari gen itu dan Anda masukkan dalam pistol dan Anda menembak pistol itu ke satu lempeng jutaan sel, berharap agar beberapa dari gen itu masuk ke dalam DNA dari beberapa sel-sel tersebut. Lalu Anda klon sel-sel itu ke tanaman.GMO (Genetically Modified Organism) adalah merupakan makhluk hidup yang direkayasa secara genetika. GMO merupakan makhluk hidup yang materi genetiknya telah dibuat atau dimodifikasi, dirancang ulang atau dibangun kembali sehingga sifat-sifatnya bisa berubah atau makhluk hidup tersebut dapat memiliki kemampuan baru. Produk GMO meliputi: obat-obatan (alat diagnosis dan obat-obatan seperti insulin), tanaman (tumbuhan yang tahan hama dan herbisida), enzim untuk produksi makanan, bahan bakar dan pelarut. GMO adalah definisi untuk organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika: Organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika dan produknya, diproduksi melalui teknik dimana bahan genetika telah diubah dengan cara-cara yang tidak alami. Dalam Teknik rekayasa genetika termasuk, tetapi tidak terbatas untuk: rekombinasi DNA, fusi sel, injeksi mikro dan makro, enkapsulasi, penghilangan dan penggandaan gen. Organisme hasil rekayasa genetika tidak termasuk organisme yang dihasilkan dari teknik-teknik seperti konjugasi, transduksi dan hibridisasi.


Bahaya GMO bagi pertanian

- Hasil panen lebih sedikit
- Biaya produksi lebih mahal
- Peningkatan penggunaan bahan kimia
- Kontrak untuk hak paten GMO
- Kehilangan varietas tanaman lokal
- Membuat pertanian monokultur tidak berkesinambungan
- Kehilangan bakteri Bt (Bacillus Thuringiensis) untuk pertanian organik
- Tidak cukupnya tanah untuk menghindari kekebalan hama
- Hama menjadi resisten karena terus disemprot, selanjutnya hama menjadi kebal


Bahaya GMO bagi lingkungan :

1.    Polusi genetika
      Angin, hujan, burung, lebah dan serangga yang mengantarkan perkawinan antara bunga jantan
      dan bunga betina tanaman sangat berperan dalam polusi genetika. Namun hal ini hanya bisa
      terjadi bila tanaman GMO ada di sekitar tanaman lain yang bukan GMO. Medium-medium inilah
      yang membawa persilangan-persilangan baru tanaman dan menambah pencemaran GMO.
      Pengaruh buruk bagi ekologi tanah
      Penelitian membuktikan bahwa tanaman GMO yang disilangkan dengan bakteri Bt dapat
      mempengaruhi mikroorganisme yang berguna bagi tanah. Hal ini dapat terjadi karena tanaman
      GMO dapat mentransfer gen pada mikroorganisme yang hidup di tanah sekitarnya, lalu hal ini
      mengubah dan dapat mempengaruhi kesuburan tanah, juga ekologinya.
    
2.   Rumput super
      Tanaman GMO tahan herbisida dapat mentransfer gen mereka dan dapat mempengaruhi tanaman
      rumput sekitar sehingga rumput-rumput sekitar dapat tahan terhadap herbisida pula. Kemudian
      karena sifat tahan herbisida ini adalah silangan dari tanaman GMO dan rumput baru, maka
      rumput ini akan tahan pula terhadap herbisida yang sudah ada.
    
3.   Hama super
      Karena siklus hidup mereka yang pendek, hama serangga dapat kebal terhadap      
      pestisida/insektisida tertentu. Dalam jangka waktu yang pendek pula.
     Tanaman virus baru dan lebih banyak lagi tanaman sejenis
     Ada studi yang mempelajari bahwa tanaman GMO tahan virus dapat menyebabkan virus-virus
     bermutasi menjadi jenis virus yang lebih mematikan lagi.
     Berpengaruh buruk terhadap serangga dan binatang yang bukan target GMO
     Kehilangan keanekaragaman hayati
     Peggusuran varietas lokal


Bahaya yang ditimbulkan dari GMO bagi kesehatan:

1.    Bahan berbahaya dan racun
      Pada tahun 1989 sebuah merk pangan GMO yang merupakan suplemen diet membunuh 37 orang       penduduk Amerika Serikat dan melukai lebih dari 5000 lainnya. Pada tahun 1999, penelitian yang
      dipimpin oleh Dr. Arpad Pusztai menemukan bahwa kentang GMO yang disilang dari gen
      tanaman snowdrop dan virus mosaik yang biasa ditemukan pada kol ternyata sangat mematikan
      jika dimakan manusia.

2.   Resiko penyakit kanker yang meningkat
      Di Amerika Serikat MONSANTO manjual pangan GMO yang bernama Recombinant Bovine
      Growth Hormone (rGBH). rGBH ini merupakan sebuah hormon yang disuntikkan pada sapi
      peternakan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi susu. Pada akhirnya, susu dan produk
      industri yang dihasilkan dari sapi yang sudah disuntik hormon GMO ini dapat meningkatkan
      resiko kemungkinan terserang kanker payudara bagi wanita, kanker prostat bagi pria dan juga
      kanker usus.

3.   Alergi terhadap makanan
      Memakan makanan yang mengandung protein asing, terutama protein yang berasal dari
      persilangan gen (terkandung dalam pangan GMO) dapat mengakibatkan alergi makanan pada
      orang yang mengkonsumsinya.
      Kerusakan pada kualitas makanan dan nutrisinya
      Pangan GMO memiliki kualitas dan nutrisi yang lebih rendah daripada produk pangan biasa,
      terutama organik. Kekalahan GMO ini telah diteliti oleh Dr. Pusztai. Konsentrasi zat-zat yang
      berguna untuk melindungi tubuh manusia dari kanker tidak ditemukan dalam produk pangan
      GMO.
4.   Kekebalan terhadap antibiotik
     Saat produk pangan GMO dibuat, seringkali ada proses dimana ada rantai yang
     menghubungkannya pada gen-gen tertentu yang disebut Gen Penanda Kebal Antibiotik. Gen ini
     membantu menentukan jika gen telah sukses disilangkan dengan tanaman inang yang akan
     dikembangkan. Beberapa peneliti memperingatkan bahwa gen-gen ini dapat terkombinasi tidak
     seperti yang kita harapkan. Gen-gen ini lalu bergabung dengan bakteri atau mikroba yang
     merupakan penyebab penyakit di lingkungan atau dalam tubuh konsumen pangan GMO.


     Peningkatan residu pestisida. Hal ini dapat dipahami dengan keberadaan varietas tanaman GMO yang semakin tahan terhadap herbisida dan pestisida, bermunculan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus-virus baru atau bakteri-bakteri baru yang lebih ganas lagi. Sehingga diciptakan herbisida dan pestisida yang lebih ampuh tentu saja dengan bahan-bahan yang sangat berbahaya. Di kalangan petani sendiri, penggunaan herbisida dan pestisida sendiri menjadi berlebihan.


Semoga bermanfaat...

No comments:

Post a Comment