Lokasi penanaman rumput laut harus memperhatikan beberapa
persyaratan antara lain :
1) Persyaratan lokasi secara ekologis
Persyaratan lokasi penanaman secara ekologis merupakan hal
utama yang harus diperhatikan pada pemilihan lokasi budidaya rumput laut.
Beberapa syarat pemilihan lokasi secara ekologis antara lain :
a) Keterlindungan
Lokasi budidaya rumput laut harus terlindung dari pengaruh
angin dan gelombang yang besar, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan
secara fisik terhadap sarana budidaya rumput laut. Lokasi yang terlindung
biasanya terletak di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi terlindung
oleh adanya penghalang atau pulau di depannya. Keterlindungan ini juga dapat
bersinggungan dengan benturan kepentingan dengan area pendaratan kapal ikan
khususnya di perairan laut, sehingga sebaiknya lokasi penanaman rumput laut
tidak berdekatan dengan daerah pendaratan ikan atau daerah yang dilalui kapal
penangkapan. Pada rumput laut yang dibudidayakan di tambak, pengaruh angin dan
gelombang juga dapat mempengaruhi pasang surut air yang masuk ke areal tambak
yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kadar salinitas perairan.
b) Topografi
Topografi cukup signifikan untuk dijadikan ukuran tingkat
kerataan lahan, topografi harus dipertimbangkan untuk penanaman rumput laut di
tambak. Daerah yang memupunyai topografi bergelombang perlu dipertimbangkan
untuk diratakan apabila akan dijadikan lahan pertambakan atau area penanaman
rumput laut, karena akan berpengaruh terhadap pembiayaan pada kegiatan
persiapan lahan. Sedapat mungkin, lokasi tambak harus mempunyai kontur yang
relatif rata, sehingga memudahkan dalam pengerjaan pembuatan tambak dengan
biaya yang relatif lebih murah. Selain itu, topografi sangat berkaitan dengan
letak ketinggian lokasi yang sangat berpengaruh terhadap pasang surut yang
nantinya juga akan mempengaruhi suplai air ke dalam area pertambakan. Semakin
tinggi letak lokasi terhadap pasang surut, akan membutuhkan upaya lebih, khususnya
berkaitan dengan biaya pemindahan air.
c) Sumber air tawar
Lokasi penanaman rumput laut yang dilakukan di laut seperti
Eucheuma sp sebaiknya jauh dari sumber air tawar seperti sungai atau muara. Namun hal ini berbalik dengan rumput laut yang
dibudidayakan di tambak seperti Gracilaria sp, sumber air tawar justru perlu
untuk dipertimbangkan, karena sumber air tawar akan mendukung percampuran air
tambak yang akan membuat salinitas air tambak tetap dalam kondisi payau.
Perubahan salinitas yang drastis dapat mempengaruhi sistem osmolaritas rumput
laut itu sendiri sehingga jika ada perubahan salinitas yang fluktuatif pada
kegiatan budidaya rumput laut dapat berpengaruh terhadap kehidupan rumput laut
itu sendiri.
d) Elevasi
Elevasi atau kemiringan lahan berkaitan dengan, kemampuan
irigasi untuk mencapai pada suatu tempat. Semakin tingi letak lokasi akan
semakin susah dijangkau oleh pasang surut. Semakin landai letak lokasi, daerah
yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan tambak akan semakin banyak, karena semakin
mudah dijangkau oleh pasang surut. Elevasi juga dapat dimanfaatkan untuk
budidaya rumput laut yang dibudidayakan di daerah pesisir, khususnya yang
menggunakan sistem dasar dan lepas dasar.
e) Pasang surut
Pasang surut sangat penting bagi perikanan, khususnya
budidaya rumput laut di tambak. Pemasukan dan pengeluaran air tambak sangat
bergantung pada pasang surut. Dilihat dari pada gerakan permukaan laut, maka
pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
- Pasang surut harian
tunggal (diurnal tide), yaitu terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dalam sehari,
misalnya di Selat Karimata.
- Pasang surut harian ganda (semi diurnal), yaitu terjadi dua
kali surut dalam sehari, misalnya di Selat
Malaka dan Laut Andaman.
- Pasang surut campuran
condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semi diurnal), yaitu terjadi
dua
kali surut sehari yang berbeda dalam tinggi dan waktu, misalnya di perairan
Indonesia Timur.
- Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (Mixed tide
prevailing diurnal), yaitu terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut dalam
sehari yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktunya, misalnya di pantai
selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
f) Kondisi dasar perairan
Semua makhluk hidup memerlukan tempat tumbuh untuk menunjang
hidupnya. Tempat hidup rumput laut berfungsi untuk tempat menempelnya rumput
laut agar tahan terhadap terpaan ombak. Kebanyakan tempat menempel rumput laut
berupa karang mati atau cangkang moluska walaupun dapat juga berupa pasir atau
lumpur. Substrat yang umum ditumbuhi oleh rumput laut secara alami di perairan
Indonesia adalah pasir dan karang. Kedua jenis substrat tersebut berada di
perairan dangkal di sekeliling kepulauan Indonesia. Eucheuma umumnya tumbuh di
daerah pasang surut (intertidal), atau daerah yang selalu terendam air
(subtidal), melekat pada substrat di dasar perairan yang berupa karang batu
mati, karang batu hidup, batu gamping, atau cangkang moluska. Pada rumput laut
yang ditanam di tambak seperti Gracilaria sp harus memiliki dasar perairan
tanah berpasir, dan harus terhindar dari dasar perairan yang berlumpur agar
rumput laut yang ditanam tidak mudah tertutup oleh lumpur yang terbawa oleh
gerakan air.
g) Gerakan air (arus dan gelombang)
Kenyataan bahwa gelombang kebanyakan berjalan pada jarak
yang luas, sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak
lagi dipengaruhi langsung oleh angin. Sifat-sifat gelombang dalam hal ini besar
kecilnya dan kecuraman dipengaruhi oleh kecepatan angin waktu dimana angin
sedang bertiup dan jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch).
Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah ketika
mereka sampai di pantai. Pecahnya gelombang ini sering disertai dengan gerakan
maju ke depan yang berkekuatan sangat besar yang dapat merusak kontruksi
budidaya. Bila sebuah gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan
sampai mencapai daerah pantai sebagai sebuah arus. Kebanyakan rumput laut mampu
mentoleransi aksi gelombang yang besar dan terekspos pada daerah
intertidal berbatu dan substrat yang padat.
Gerakan air, selain berfungsi untuk mensuplai zat hara juga
membantu memudahkan rumput laut menyerap zat hara, membersihkan kotoran yang
ada, dan melangsungkan pertukaran CO2 dengan O2 sehingga kebutuhan oksigen
tidak menjadi masalah. Arus di daerah pantai sangat dipengaruhi oleh pergerakan
pasang surut, kecepatan angin, kecepatan pergerakan air tawar dan transportasi
gelombang.
Arus dapat menimbulkan gerakan air yang dapat berfungsi
sebagai pensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat
hara, membersihkan kotoran, serta melangsungkan pertukaran CO2 dan O2, sehingga
kebutuhan oksigen tidak menjadi masalah. Kecepatan arus yang baik untuk
budidaya berkisar antara 20-40 cm/det.
Sedangkan kecepatan angin dapat menambah kecepatan arus
permukaan sebesar 1 – 5% dari kecepatan angin dan pengaruhnya hanya sampai pada
kedalaman tertentu (efektif pada kedalaman 0,5 m). kecepatan dan arah arus disuatu perairan penting untuk
diketahui karena untuk menghindari adanya massa air yang tidak bergerak ’death
water bodies’ pada suatu saat di lokasi, yang akan berakibat fatal bagi biota
laut yang dibudidayakan.
Lokasi penanaman rumput laut yang dilakukan di laut
sebaiknya menghindari daerah perairan dengan angin dan arus yang besar, karena
hal ini dapat merusak konstruksi penanaman rumput laut. atau menyebabkan
lepasnya ikatan pada penanaman rumput laut. Sedangkan penanaman rumput laut
yang dilakukan di tambak jika gerakan angin terlalu kencang dapat mengakibatkan
tertutupnya tanaman rumput laut oleh lumpur sehingga dapat menyebabkan kematian
pada tanaman rumput laut.
h) Kedalaman
Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa
tergantung makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sangat bergantung pada
sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis. Kedalaman perairan di suatu
daerah akan membatasi penetrasi cahaya matahari dimana secara tidak langsung
akan mempengaruhi pertumbuhan biota laut yang ada di dalamnya, karena jumlah
oksigen untuk respirasi fauna akan semakin berkurang dengan semakin dalamnya
perairan yang disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk dalam perairan
kecil. Hal ini dapat menyebabkan laju fotosintesis rumput laut akan semakin
menurun.
Perairan yang dangkal kecepatan arus relatif cukup besar
dibandingkan dengan kecepatan arus pada daerah yang lebih dalam (Odum, 1979).
Semakin dangkal perairan semakin dipengaruhi oleh pasang surut, yang mana
daerah yang dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang
tinggi. Kedalaman perairan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis organisme yang
mendiaminya, penetrasi cahaya, dan penyebaran plankton. Dalam kegiatan budidaya
variabel ini berperanan dalam penentuan instalasi budidaya yang akan
dikembangkan dan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut.
Kedalaman sangat mempengaruhi metode penanaman yang akan
digunakan untuk budidaya rumput laut. Metode budidaya rumput laut juga dapat
dikelompokkan berdasarkan posisi penanamannya pada kedalaman tertentu.
Kedalaman yang baik untuk budidaya rumput laut metode lepas dasar berkisar 30 –
60 cm saat surut, dan 1 – 15 m untuk metode apung, dengan sistem jalur. Kondisi
ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan mengoptimalkan
perolehan sinar matahari.
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment