Metode apung (floating method)
Metode apung hampir sama dengan metode lepas dasar
perbedaannya adalah posisi tanam yang berada di permukaan air laut, sehingga
metode ini lebih banyak membutuhkan pelampung. Metode apung dapat digunakan
pada perairan yang memiliki kedalaman tinggi hingga 3-10 m. dengan dasar
perairan yang beragam, dan dapat digunakan pada perairan dengan arus air sedang hingga kuat.
Teknik budidaya yang digunakan dalam metode ini antara lain :
(1) Metode tali (longline method)
Metode tali yang digunakan pada penanaman rumput laut secara
apung hampir sama dengan metode tali yang digunakan pada lepas dasar,
perbedaannya terletak pada pemberat. Jika pada lepas dasar tali terikat pada
tiang pancang, pada posisi terapung tali diikat dengan jangkar atau pemberat
sehingga unit tidak terbawa arus perairan. Tali juga diikatkan dengan pelampung
supaya bibit rumput laut tidak tenggelam ke dasar perairan. panjang tali yang
digunakan dapat bervariasi antara 3-30 m tergantung pada karakteristik
peraiaran.
Penggunaan tali pada metode apung dapat menggunakan tali
tunggal maupun tali ganda. Penggunaan tali ganda dinilai lebih efektif karena
nilai yang dihasilkan juga akan lebih banyak jika dibandingkan dengan tali
tunggal. Pada penanaman yang menggunakan tali ganda, tali diikatkan pada
sebilah bambu dimasing-masing sisinya sepanjang 3-10 m. jarak masing-masing
tali berkisar antara 25 – 30 cm.
(2) Metode rakit (raft method)
Metode rakit merupakan teknik penanaman rumput laut yang
banyak digunakan di Indonesia. Metode rakit untuk penanaman rumput laut hanya
dapat digunakan untuk penanaman rumput laut yang dilakukan di laut lepas yang
berarus kecil sampai sedang (20 – 40 cm/detik) dengan ketinggian air saat surut
> 80 cm dan dasar perairan pasir berbatu atau sedikit berlumpur. Metode
rakit biasanya juga diterapkan pada lepas dasar maupun apung, karena posisi
rakit dapat diletakkan di badan perairan atau di permukaan perairan. Metode
rakit yang terapung di permukaan dapat digunakan di perairan laut yang agak
dalam hingga mencapai 10 m tergantung pada kekuatan konstruksi dan tali yang
digunakan, karena metode ini dapat bergerak bebas dan hanya bertumpu pada
jangkar di dasar perairan.
Ukuran rakit biasanya berkisar antara 2,5 x 2,5 m atau 2,5 x
5 m, hal ini merupakan ukuran yang tepat untuk pembuatan rakit karena bila
jarak terlalu jauh atau ukuran rakit terlalu besar dapat mengurangi ketegangan
tali yang digunakan sehingga tali akan menjuntai karena bibit yang diikatkan
terlalu berat. Metode rakit dapat menggunakan tali monoline dengan membentuk sejajar
atau dengan berbentuk seperti jaring dengan jarak antara tanaman yang sama
yaitu 20 – 25 cm. pelampung utama diikatkan pada setiap sudut rakit dan dibantu
dengan pelampung bantuan yang ukurannya lebih kecil di beberapa titik rakit
untuk membantu menjaga posisi rakit agar tidak tenggelam. Jumlah pelampung
disesuaikan dengan ketinggian rakit yang diharapkan. Posisi rakit yang berada
di permukaan dan terkena sinar matahari langsung rawan terhadap serangan
penyakit rumput laut, karena rumput laut yang terkena sinar matahari langsung
dalam waktu yang cukup lama dapat rusak dan akhirnnya mati. Sebaiknya posisi
bibit rumput laut yang terikat dirakit sedikit tenggelam minimal 10 cm dibawah permukaan
air untuk menghindari kerusakan bibit yang dibudidayakan
Rakit dapat dibuat dari potongan kayu atau bambu yang diikat
membentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Setiap sudut rakit diberi
pelampung yang terbuat dari bahan plastik dengan bentuk dan ukuran disesuaikan
dengan bobot rakit yang dibuat. Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan rakit
adalah sebagai berikut :
- Bambu diameter 10 cm
dengan panjang 5 m sebanyak 2 buah, berfungsi sebagai pengapung
- Bambu berdiameter 5
cm dengan panjang 2,5 m sebanyak 2 buah, berfungsi sebagai perentang tali untuk
melekatkan bibit
- Tali untas merupakan tali untuk tempat mengikat bibit rumput
laut dengan panjang 4 m, 1,5 m digunakan
untuk mengikat kedua ujung tali untas
ke bambu, 2,5 m dilengkapi dengan tali rafia dengan jarak 25 cm,
sehingga 1
tali untas terdapat 10 tali rafia yang berfungsi untuk tempat mengikat bibit
rumput laut. Tali untas
terbuat dari plastik multifilament berdiameter 7 mm
yang diikatkan pada bambu berdiameter 2,5 cm,
usahakan menggunakan tali
multifilament karena lebih kuat dan tahan lama, dengan jarak antar tali
20
cmTali rafia untuk mengikat benih (berat benih sekitar 50 – 100 gram) jarak
tiap ikatan bibit sekitar
20-25 cm.
- Jangkar yang terbuat dari besi atau batu yang dapat
berfungsi sebagai pemberat sehingga tidak merubah
posisi rakit. Pemberat dapat
juga dibuat dari karung berisi pasir. Salikin (2005) menambahkan bahwa
masing-masing pemberat ± 100 kg. panjang tali pemberat 1,5 – 2 kali kedalaman
perairan. Tali pemberat
yang digunakan poliethilen dengan diameter 10 cm.
Penanaman rumput laut dengan menggunakan metode rakit
memerlukan alat tambahan berupa kayu atau bambu yang berfungsi sebagai penanda
atau rambu di laut untuk menghindari lalu lintas di laut sehingga areal
budidaya dapat diketahui oleh orang lain, atau dapat juga digunakan sebagai
penanda bahwa dilokasi tersebut merupakan areal budidaya rumput laut perorangan
atau kelompok.
Untuk meningkatkan produksi rumput laut satu unit rakit yang
telah dibuat (2,5 x 2,5 m) dapat digabungkan menjadi 2 atau 4 unit.
Penggabungan unit rakit yang dibuat dapat secara horizontal (melebar) atau
vertikal (bertumpuk) hal ini disesuaikan dengan karakteristik perairan, karena
nantinya akan berpengaruh terhadap suplai nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
rumput laut.
(3) Metode kantong (tubular method)
Metode kantong dalam budidaya rumput laut biasa dikenal
dengan metode jaring atau tabung (tubular net). Penggunaan metode kantong
biasanya dilakukan pada budidaya rumput laut di laut lepas dengan kedalaman
lebih dari 2 m, dengan pergerakan air air yang relatif keras atau perairan
dengan gelombang yang sedang hingga tinggi. Metode kantong/ tabung terbuat dari
jaring yang dibuat menyerupai tabung dapat diposisikan secara horizontal maupun vertikal, disesuaikan dengan karakteristik perairan
tempat dilakukannya budidaya.
Kantong atau tabung yang terbuat dari jaring dapat
menggunakan beberapa macam teknik diantaranya tanpa menggunakan sekat, dengan
ukuran panjang tabung sekitar 30 – 50 cm tergantung pada jumlah bibit yang akan
ditanam atau kepadatan bibit dalam kantong adapula kantong jaring yang
menggunakan sekat yang terbuat dari bahan karet. Model ini telah diterapkan
pada daerah selatan jawa yang memiliki arus kuat, sekat karet selain berfungsi
sebagai pembatas dan rangka tabung juga berfungsi sebagai pemberat sehingga
tabung tidak mudah lepas atau koyak saat dihempas ombak besar. Ukuran panjang
tabung sekitar 80 – 100 cm dengan diameter tabung 30 cm, jarak antar sekat
sekitar 20-30 cm, dengan mata jaring 2 cm.
Sedangkan teknik budidaya dengan menggunakan metode kantong
jaring yang posisinya dipasang secara vertikal dapat digunakan pada perairan
dengan kedalaman air yang relatif dalam dan berarus kencang. Jaring yang berisi
rumput laut yang digunakan pada perairan berarus kuat memerlukan konstruksi
yang lebih kuat dengan pelampung dan jangkar yang jelas lebih banyak dan kuat.
Penggunaan metode jaring biasanya juga dikombinasikan dengan metode pancang,
tali tunggal atau rakit.
ang kuat dan panjang memberikan
efek yang baik tanaman. Daya serap dan jelajah akar semakin maksimal untuk
mencari unsur hara dan nutrisi dalam tanah. Kemampuan sel tanaman dalam
menyerap nutrisi semakin baik, sebagai akibat dari kapasitas tukar kation (KTK)
humic acid sangat tinggi (perlu diketahui bahwa penyerapan nutrisi oleh tanaman
melalui mekanisme pertukaran ion).
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment