JENIS-JENIS AYAM BROILER
Anak Ayam Baru Menetas (Day old Chicken/DOC)
Apa yang dimaksud dengan ayam broiler?
Ayam Broiler adalah salah satu jenis ayam ras yang dipelihara
untuk diambil dagingnya.
Ciri khas ayam ini pertumbuhannya yang pesat.
Saking pesatnya, ayam ini sudah bisa dipanen atau dikonsumsi
pada umur 40 hari sejak ditetaskan.
Bahkan saat ini sudah banyak strain yang bisa dipanen pada umur
35 hari.
Ayam Broiler dipercaya sebagai hasil domestikasi dari ayam hutan
merah (Gallus gallus), oleh karena itu disebut sebagai Gallus gallus domesticus.
Ayam Broiler memiliki daging yang lebih empuk dan mudah untuk
diolah.
Namun bila proses perebusannya terlalu lama dagingnya mudah hancur.
Berbeda dengan ayam buras (ayam kampung), ayam broiler diperbanyak
dan dipelihara secara industrial.
Terdapat dua level budidaya ayam broiler, level pertama budidaya
indukan (parent stock) dan anak ayam (Day Old Chicken, DOC).
Level ini biasanya dilakukan oleh industri-industri besar.
Dan level kedua adalah pembesaran, biasanya dilakukan oleh peternak-peternak
skala kecil hingga menengah.
Pada level pertama, diperlukan keahlian khusus yang ditunjang
peralatan canggih.
Di Indonesia sendiri budidaya ini hanya dilakukan beberapa perusahaan
besar saja seperti : Charoen Pokphand, Java Comfeed, CJ Feed dan Sierad.
Budidaya ayam Broiler pada level ini bertugas menjaga dan memperbaiki
kualitas strain.
Hasilnya berupa DOC yang didistribusikan kepada petani-peternak
untuk dibesarkan.
Ayam Broiler di Indonesia
Ayam Broiler pertama kali di budidayakan di Indonesia pada tahun
1950-an.
Namun mulai populer sejak tahun 1980-an.
Sebelumnya, kebutuhan daging ayam di Indonesia dipenuhi dengan
ayam buras seperti ayam kampung.
Namun budidaya ayam kampung tidak bisa memenuhi permintaan daging
ayam karena produksinya lumayan lama, baru bisa dipanen setelah berumur 8 bulan.
Meski saat ini ada juga jenis ayam kampung yang bisa dipanen
pada umur 2,5 bulan.
Pertumbuhan yang lambat membuat usaha budidaya ayam kampung tidak
ekonomis.
Di sisi lain, konsumen belum bisa menerima tekstur dan rasa daging
ayam broiler.
Sejak tahun 1981, pemerintah gencar mempromosikan ayam Broiler.
Langkah ini diambil untuk mengejar kecukupan kebutuhan protein
masyarakat.
Dimana daging dari ruminansia mulai langka dan harganya mahal.
Sedangkan pertumbuhan ayam kampung sangat lambat. Seiring berjalannya
waktu, masyarakat mulai bisa menerima daging ayam broiler karena harganya yang relatif
lebih murah.
Kini budidaya ayam broiler banyak dilakukan dengan skema bisnis
kemitraan.
Dimana industri besar menyediakan mulai dari bibit, pakan, obat-obatan,
terkadang hingga ke pemasaran.
Sedangkan peternak mitra fokus di usaha pembesaran. Skema seperti
ini banyak menyulut kontroversi karena posisi peternak sangat lemah dibanding perusahaan.
Jenis Strain Ayam Broiler
Lalu apa saja jenis-jenis stain ayam broiler dan mana yang paling
baik dibudidayakan di Indonesia?
Perkembangan teknologi penyilangan dan genetika dalam menghasilkan
strain ayam broiler sangat dinamis.
Ada kalanya pada waktu tertentu satu strain ayam broiler lebih
unggul dibanding strain lain, tapi adakalanya lagi strain tersebut mengalami kelemahan.
Dari waktu ke waktu setiap strain mengalami peningkatan kualitas.
Jadi, tidak bisa dikatakan jenis strain tertentu lebih unggul
dari strain lain.
Berikut ini beberapa jenis strain ayam broiler yang banyak dibudidayakan
di Indonesia.
COBB
Strain Cobb dikembangkan dan populer di lebih dari 60 negara.
Strain ini memiliki fokus pengembangan untuk memperbaiki performa
rasio pemberian pakan (Food Convertion Ratio, FCR).
Secara genetik, strain ini dikembangkan untuk memiliki pembentukan
daging dada.
Mudah beradaptasi di lingkungan iklim tropis yang panas.
ROSS
Strain Ross dikembangkan untuk memiliki FCR yang efesien, pertumbuhan
yang cepat dan daya tahan hidup yang lebih baik.
Fokus pengembangan genetik diarahkan untuk memiliki kaki yang
kuat sebagai penopang badan yang besar.
HYBRO
Strain Hybro memiliki fokus pengembangan untuk ketahanan daya
hidup.
Performanya untuk daerah tropis cukup baik dan memiliki ketahanan
terhadap penyakit ascites.
Fokus pengembangan genetik pada hasil karkas.
No comments:
Post a Comment