Thursday 24 November 2016

BUDIDAYA SORGUM/Ha


1.       Bibit varietas Numbu (resmi dari BSM 1 pintu)    = 5 Kg
2.       Asam Humat (1 pintu)                                            = 6 Ltr.
3.       K-Bioboost                                                             = 2 Ltr/bulan

Jarak tanam :
·         75 : 25 cm
·         70 : 20 cm
·         1 lubang = 2 butir benih


·         Asam Humat  = 6 SMT
·         Bioboost         = 3-5 SMT

·         Bioboost sebulan sekali 2 Ltr/Ha
Pengolahan tanah untuk sorgum sama dengan jagung, yaitu
-    Lahan dibajak satu  atau dua kali,
-   Siramkan/semprotkan secara merata larutan Bravo Humat (1 ha 4-6 ltr ) 1 ltr Bravo Humat dilarutkan 50 ltr air.
-  Setelah tanah diratakan, dibuat saluran drainase di sekeliling atau di tengah lahan. Ukuran petakan disesuaikan dengan keadaan lahan.
-  Semprotkan/siramkan secara merata larutan Bio Boost 3 hari sebelum tanam (aplikasi awal 2 ltr Bio Boost di campur air 200 ltr)
-  Untuk lahan yang hanya mengandalkan residu air tanah, pengolahan hanya dilakukan secara ringan dengan mencangkul tipis permukaan tanah untuk mematikan gulma.
-    Pengolahan tanah secara ringan sangat efektif untuk menghambat penguapan air tanah sampai tanaman panen. Tanah yang sudah diolah sebaiknya diberikan pupuk organik, misalnya pupuk kandang atau kompos. Pengolahan tanah ini bertujuan antara lain untuk memperbaiki struktur tanah, memperbesar persediaan air, mempercepat pelapukan, meratakan tanah dan memberantas gulma. Sebaiknya pengolahan tanah paling baik dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam.

     Waktu Tanam
Sorgum dapat ditanam pada sembarang musim tanam asalkan pada saat tanaman muda tidak tergenang atau kekeringan. Namun begitu waktu tanam yang paling baik adalah pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau.
Pada areal yang telah disiapkan sebelumnya dibuatkan lubang tanam dengan jarak tanam disesuaikan dengan varietas yang digunakan, ketersediaan air dan tingkat kesuburan tanah. Pada tanah yang kurang subur dan kandungan air tanah rendah sebaiknya di gunakan jarak tanam lebih lebar atau populasi tanam dikurangi dari populasi baku (seharusnya).

Penanaman

a.    Populasi Tanaman
Pada umumnya tanaman sorgum ditanam sebagai tanaman seta pada tanaman pokok padi gogo, kedelai atau tanaman palawija lainnya. Bila ditanam secara monokultur populasi tanaman per/hektar sekitar 100.000 - 150.000 tanaman. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 75 X 25 Cm atau 75 X 20 Cm dengan masing-masing 2 tanaman perlubang. Menurut hasil penelitian, peningkatan populasi di atas 150.000 tanaman/hektar, masih cenderung meningkat hasil walaupun tidak begitu besar.
b.    Cara penanaman
Pada waktu menanam, benih ditanam 2 - 3 biji perlubang. Penjarangan menjadi 2 tanaman perlubang, dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Penyulaman dapat dilakukan dengan biji atau dengan pemindahan tanaman yang lama umurnya (trans planting) dengan cara putaran.

         Pemeliharaan

a.  Pengairan
Tujuan pengairan adalah menambah air bila tanaman kekurangan air. Bila tidak kekurangan maka pengairan tidak perlu dilakukan. Sebaliknya, bila kebanyakan air justru harus segera dibuang dengan cara membuat saluran drainase.
Sorgum termasuk tanaman yang tidak memerlukan air dalam jumlah yang banyak, tanaman ini tahan terhadap kekeringan, tetapi ada masa tertentu tanaman tidak boleh kekurangan air yaitu :
Tanaman berdaun empat, masa bunting waktu biji malai berisi; pada waktu tersebut tanaman tidak boleh kekurangan.
Selama pertumbuhan pemberian air cukup dilakukan 3 – 6 kali setiap 4 – 10 hari sekali.
Pemberian air dilakukan pada sore/malam hari, setelah suhu tanah tidak terlalu tinggi.
Pemberian air dihentikan setelah biji mulai agak mengeras, hal ini dikarenakan agar biji dapat masak dengan serempak.

b.  Pemupukan.
Tanaman sorgum banyak membutuhkan pupuk N (Nitrogen), Namun demikian pemupukan sebaiknya diberikan secara lengkap (NPK) agar produksi yang dihasilkan cukup tinggi. Dosis pemupukan yang diberikan berbeda-beda tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam, tetapi secara umum dosis yang dianjurkan adalah 150 kg Urea, 50 kg TSP atau SP36 dan 50 kg KCl.
Selain pupuk NPK tersebut diperlukan pupuk Hayati Bio Boost untuk mengurai residu kimia tanah dan mengurai hara yang tidak dapat diserap oleh tanaman yang masih terikat dengan ion lain. Bio Boost diberikan 3 hari sebelum tanam (atau setelah pemberian pupuk dasar) dan 3 hari setelah pemberian pupuk NPK yang kedua.
Pemberian pupuk Urea diberikan dua kali, yaitu 1/3 bagian diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar bersama-sama dengan pemberian pupuk TSP/SP36 dan KCl. Sisanya (2/3 bagian) diberikan setelah umur satu bulan setelah tanam. Pemupukan dasar dilakukan saat tanam dengan cara di tugal sejauh 7 cm dari lubang tanam. Urea dan TSP/SP36 dimasukkan dalam satu lubang, sedang KCl dalam lubang di sisi yang lain.
Pemupukan kedua juga ditugal sejauh ± 15 cm dari barisan, kemudian ditutup dengan tanah. Lubang tugal baik untuk pupuk dasar maupun susulan sedalam ± 10 cm, atau bisa juga dengan di kocor.

c.    Penjarangan Tanaman
Pertumbuhan tanaman sorgum biasanya sudah merata/seragam pada umur 2 minggu setelah tanam. Namun demikian tidak semuanya tanaman yang tumbuh di tiap lubang dengan baik.
Apabila terdapat tumbuh yang kurang baik perlu dilakukan penjarangan dengan mencabut tanaman yang kurang baik tersebut. Sehingga pada tiap lubang tersisa tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen.

d.   Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) hingga perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman utama. Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit.
Oleh sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut sebaiknya ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga kemudian dapat dijadikan kompos.

e.    Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akarakar baru pada pangkal batang.

f.     Pengendalian hama penyakit
Tanaman Sorgum termasuk tanaman yang sedikit terserang hama penyakit bila dibandingkan dengan tanaman lainnya. Namun terdapat beberapa hama dan penyakit tanaman sorgum yang utama seperti :

-    Lalat bibit (Atherigona exiqua Stein)
Lalat bibit ini menyerang tanaman di bagian pangkal batang tanaman dengan menggerek dan menyerang tanaman sorgum muda (berumur 3 minggu setelah tanam) sehingga menyebabkan berlubang kecil tidak teratur dan akhirnya tanaman menjadi layu mati. Pengendalian lalat bibit dapat dilakukan dengan melakukan pertanaman serempak dan menaburkan insektisida 10 kg Furadan 3 G per hektar pada saat tanam.

-    Ulat Tanah (Agrotis sp)
Ulat ini biasanya menyerang tanaman pada malam hari dengan sasaran tanaman sorgum stadium muda. Serangannya menyebabkan pangkal batang tanaman terpotong tepat diatas permukaan tanah sehingga bekas serangannya tampak terkulai. Cara pengendalian dengan menaburkan insektisida Furadan 3 G berdosis 20-30 kg/ha yang dilakukan bersamaan saat penanaman.

-    Hama bubuk
Disebabkan oleh serangan Sitophilus sp yang menyerang biji sorgum di gudang penyimpanan. Serangga ini menyerang biji sorgum yang berlubang-lubang dan keropos sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Pengendalian hama bubuk ini dengan cara menyimpan biji sorgum yang dicampur dengan serbuk daun putri malu (Mimosa pudica) dengan perbandingan 10 : 1. Hal ini disebabkan karena daun putri malu mengandung protein mimosan yang dapat merusak dan menghambat pertumbuhan larva hama bubuk.

-    Karat daun
Gejala serangannya adalah munculnya noda-noda kecil berwarna merah karat yang kemudian diikuti dengan timbulnya massa tepung berwarna coklat kekuning-kuningan yang menutupi permukaan daun. Pengendaliannya dengan cara memangkas daun yang terinfeksi berat dan melakukan pergiliran/rotasi tanaman.

-    Bercak daun
Ditandai dengan munculnya bercak bulat berukuran kecil dan berwarna kuning yang dikelilingi warna coklat pada daun yang terinfeksi. Pengendalian penyakit bercak dapat dilakukan dengan menanam varietas yang tahan (Mandau) dan disemprot dengan fungisida (Dithane M45 atau Antracol 70 WP).

-    Kapang Jelaga
Gejala serangan pada permukaan atas daun tertutup oleh lapisan yang berwarna hitam, kering dan tipis dan dapat dikendalikan dengan menyemprotkan kapur atau menghembuskan belerang

  
PANEN DAN PASCA PANEN
Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, waktu musim penanaman diusahakan tepat sehingga pada saat pemasakan biji sampai panen berada pada musim kering. Karena apabila pada waktu pemasakan pada musim hujan dikhawatirkan banyak biji yang busuk dan berkecambah.
Kualitas dan kuantitas hasil panenan sorgum sangat ditentukan oleh ketepatan waktu (baik tanam maupun panen), cara panen dan penanganan pasca panen.

a.    Panen
Tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3 – 4 bulan tergantung varietas. Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada umur setelah biji terbentuk atau dengan melihat ciriciri visual biji. Pemanenan juga dapat dilakukan setelah terlihat adanya cirri-ciri seperti daun-daun berwarna kuning dan mengering, biji -biji bernas dan keras  serta berkadar  tepung  maksimal.
Panen yang dilakukan terlambat atau melampaui stadium buah tua dapat menurunkan kualitas biji. Biji-biji akan mulai berkecambah bila kelembaban udara cukup tinggi. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada keadaan cuaca cerah/terang. Pada saat pemanenan sebaiknya pemotongan dilakukan pada pangkal tangkai/malai buah sorgum dengan panjang sekitar 15 – 25 cm.
Untuk meningkatkan produksi sorgum dapat dilakukan budidaya lanjutan dengan cara ratun (ratoon) yaitu pemangkasan batang tanaman pada musim panen pertama yang dilanjutkan dengan pemeliharaan tunas-tunas baru pada periode kedua.
Adapun tata cara budidaya sorgum ratun setelah panen musim pertama adalah sebagai berikut :
-    Seusai panen pada musim pertama segera dilakukan pemotongan batang yang tua tepat diatas permukaan tanah.
-    Tanah disekitar tanaman sorgum dibersihkan dari rumput liar/gulma.
-    Di buatkan larikan kecil sejauh 10 15 cm dari pangkal batang tanaman sorgum kemudian disebarkan pupuk yang terdiri dari 45 kg Urea + 100 kg TSP + 50 kg KCl per hektar. 3 hari kemudian siramkan/semprotkan larutan Bio Boost.
-    Satu bulan kemudian diberikan pupuk susulan berupa 90 kg Urea/ha. Dan 3 hari setelah pemberin pupuk Urea semprotkan/siramkan larutan Bio Boost.
-    Tanaman yang berasal dari tunas-tunas baru (ratun) dipelihara dengan baik seperti pada pemeliharaan tanaman periode pertama.
-    Pada stadium buah tua dilakukan panen musim ke dua.
Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah tata cara pemotongan batang tanaman. Pemotongan harus tepat dilakukan diatas permukaan tanah agar tunas-tunas baru tumbuh dari bagian batang yang berada di dalam tanah. Ratoon sorgum dapat dilakukan 2-3 kali. Dengan pemeliharaan yang baik, dapat diperoleh hasil ratoon menyamai atau melebihi tanaman induknya,


b.  Pasca Panen
1. Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dijemur dibawah sinar matahari atau dengan menggunakan mesin pengering. Lama penjemuran hingga biji sorgum berkadar air 12% – 14% adalah sekitar 60 jam.

1.    Perontokkan
Biji sorgum dirontokan dari malainya dengan cara diirik atau dapatpula dengan menggunakan mesin perontok. Biji sorgum dibersihkan dari kotoran atau limbah (sekam) kemudian dijemur ulang dengan disebarkan secara merata diatas lantai jemur.

2.    Pewadahan dan Penyimpanan
Biji sorgum segera diwadahi dalam karung, tiap karung sebaiknya berkapasitas 25 kg 50 kg, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan yang kering dan berventilasi baik.

Penyimpanan
Penyimpanan sederhana di tingkat petani adalah dengan cara menggantungkan mulai sorgum di ruangan di atas perapian dapur. Cara ini berfungsi ganda yaitu untuk melanjutkan proses pengeringan dan asap api berfungsi pula sebagai pengendalian hama selama penyimpanan. Namun jumlah biji yang dapat disimpan dengan cara ini sangat terbatas. Bila biji disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan (gudang) maka tinggi gudang harus sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah timbul. Dinding gudang sebaiknya ' terbuat dari bahan yang padat sehingga perubahan suhu yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan dari bahan besi, karma sangat peka terhadap perubahan suhu. Sebelum disimpan biji harus kering, bersih dan utuh (tidak pecah).



Semoga Bermanfaat...

No comments:

Post a Comment