Silika sebagai Unsur Hara Tanaman, Silika termasuk unsur
non esensial bagi tanaman sehingga perannya kurang mendapat perhatian. Si
berperan dalam meningkatkan fotosintesis dan resistensi tanaman terhadap
cekaman biotik (serangan hama dan penyakit) dan abiotik (kekeringan, salinitas,
alkalinitas, dan cuaca ekstrim).
Silika (Si) adalah salah satu unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, terutama padi dan tanaman lain yang bersifat akumulator Si.
Namun, peran Si sebagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman
belum mendapat perhatian.
Meskipun bukan termasuk unsur hara esensial, Si dikenal
sebagai unsur hara yang bermanfaat (beneficial element), terutama untuk
tanaman padi dan tebu.
Unsur Si dapat mendukung pertumbuhan yang sehat dan
menghindarkan tanaman dari serangan penyakit dan cekaman suhu, radiasi
matahari, serta defisiensi dan keracunan unsur hara.
Sejarah Penelitian Unsur Silika
Silika merupakan unsur kedua terbesar di kerak bumi, dan
sebagian besar Si terdapat di dalam tanah.
Dengan demikian, semua jaringan perakaran tanaman dalam
tanah mengandung Si.
Keberadaannya yang universal menyebabkan unsur ini belum
banyak mendapat perhatian.
Kandungan Si dalam tanah dianggap berlimpah untuk memenuhi
kebutuhan tanaman.
Perhatian terhadap unsur Si dimulai pada abad ke-19. Pada
tahun 1862, Sachs mengamati peran Si dalam tanaman dengan membandingkan respons
tanaman jagung yang diberi perlakuan 0,3% dan 9% Si dalam media tanam
hidroponik.
Sachs menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
pertumbuhan jagung yang diberi 0,3% dan 9% Si. Sejak itu, Si dianggap sebagai unsur hara nonesensial bagi
tanaman. Selanjutnya, penelitian baik dalam aspek fisiologi maupun kesuburan
tanah. Beberapa temuan penting yang berkaitan dengan peran Si bagi tanaman padi
adalah kandungan Si pada tanaman yang terinfeksi penyakit blas lebih rendah
dibandingkan pada tanaman yang sehat.
Varietas padi yang tahan penyakit blas memiliki
kandungan Si lebih tinggi dalam jaringan tanaman dibanding varietas yang peka.
Peran unsur Si secara fisiologi pertama kali dikemukakan
oleh Ohkawa dan Ishibashi (1936-1939).
Mereka menyatakan, defisiensi Si menghambat pertumbuhan tanaman padi dan Si mengurangi jumlah gabah hampa. Pengaruh Si
sangat penting pada tanaman padi yang dipupuk nitrogen takaran tinggi dimana
daunnya menjadi lebih lunak dan rentan terhadap penyakit. Hal ini
menunjukkan bahwa Si berperan dalam menghambat dan mengurangi risiko akibat
serangan penyakit.
Namun, berbagai temuan tersebut belum diaplikasikan di
lapangan karena Si dianggap selalu tersedia di dalam tanah.
Si secara konsisten dilepaskan dari mineral tanah melalui
proses pelapukan sehingga pemberian Si ke dalam tanah tidak diperlukan.
Selain itu, pupuk Si juga belum tersedia saat itu. Pada tahun
1940-an, produksi padi di Jepang menurun drastis yang diduga karena penurunan
kesuburan tanah.
Selanjutnya diketahui bahwa penurunan hasil tersebut
disebabkan oleh defisiensi Si di dalam tanah.
Belajar dari hal itu, pupuk Si diberikan secara reguler pada
tanah sawah di Jepang dan Silika penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman
padi dan menghindarkan tanaman dari serangan penyakit serta cekaman biotik dan
abiotik.
Penelitian Si pun berkembang, termasuk untuk tanaman padi.
Di Indonesia, hingga saat ini belum ada penelitian
komprehensif mengenai peran Si bagi tanaman.
Beberapa studi menunjukkan bahwa tanah yang berasal dari
bahan induk abu vulkan memiliki kandungan Si tersedia lebih tinggi dibandingkan
dengan tanah aluvial.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan, kandungan Si dalam air
irigasi dan tanah sawah di Jawa dan Sumatera menurun.
Penurunan tersebut salah satunya disebabkan oleh retensi Si
di dalam waduk/dam.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, persepsi kita
terhadap unsur Si harus diubah.
Anggapan bahwa tanah di daerah tropis mengandung hara Si
berlimpah ternyata tidak tepat karena tanah mengalami pelapukan yang intensif
sehingga kehilangan hara termasuk Si juga tinggi.
Kandungan total Si dalam tanah mineral sangat tinggi (±50%),
namun ketersediaannya bagi tanaman sering kali sangat rendah.
Tingkat ketersediaan hara Si bagi tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu suhu tanah, potensial redoks (Eh), pH atau keasaman
tanah, dan konsentrasi Si dalam larutan tanah.
Oleh karena itu, ketersediaan Si pada tanah sawah tidak
berkorelasi positif dengan kandungan total Si dalam tanah.
Peran Silika bagi Tanaman Tanaman akumulator Si membutuhkan
unsur Si dalam jumlah banyak untuk pertumbuhannya.
Tanaman akumulator Si terutama berasal dari famili
Gramineae seperti bambu, padi, dan tebu serta tanaman tingkat rendah dari
famili Chlorophyta seperti alga.
Si berperan dalam meningkatkan fotosintesis dan
resistensi terhadap cekaman biotik dan abiotik.
Mekanisme kekurangan Si pada tanah sawah dapat dijelaskan
sebagai berikut :
- Tanaman padi sawah membutuhkan banyak air untuk
pertumbuhannya.
- Pada saat penggenangan, tanah sawah selalu dicuci dengan air
sehingga unsur-unsur beracun dan
kation basa seperti K, Ca, dan Mg
menjadi tercuci.
- Pada saat itu, tanah menjadi sangat reduktif, kemudian Fe,
Mn, dan Si tereduksi dan selanjutnya
larut dan turun ke tanah lapisan bawah.
- Ion sulfat juga tereduksi menjadi H 2S yang kemudian berubah
menjadi Fe-S yang bersifat
nontoksik dengan adanya unsur Fe.
Namun, bila ketersediaan unsur Fe terbatas, H 2 S akan
meracuni tanaman.
Pada tanah sawah yang terdegradasi, Fe, Mn, dan Si tercuci
lalu turun menuju ke lapisan tanah bagian bawah sehingga perakarantanaman
teracuni H 2S.
Pada kondisi seperti itu, tanaman yang awalnya tumbuh baik
akan mengalami gejala layu pada daun bagian bawah dan muncul bercak-bercak
coklat yang akhirnya menurunkan hasil secara drastis.
Gejala ini disebut akiochi di Jepang.
Kondisi seperti ini juga dapat terjadi pada tanah sawah di
Indonesia, di mana hasil padi mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Tanaman padi yang diberi perlakuan Si memiliki daun
dan gabah yang sehat, sedangkan tanpa Si, daun menjadi rentan terhadap
penyakit dan hama serta gabah tidak sehat.
Di Indonesia, sampai saat ini belum ada penelitian tentang
pengaruh unsur Si terhadap pertumbuhan padi.
Namun, tingginya tingkat penurunan hasil akibat serangan
hama dan penyakit blas serta banyaknya gabah hampa dapat menjadi indikasi
gejala kekurangan Si pada tanah sawah intensifikasi.
Makin intensifnya penanaman padi (2-3 kali setahun)
akan makin menguras hara Si di dalam tanah bila tanpa dibarengi upaya
mengembalikan unsur Si ke dalam tanah.
Jerami dapat menjadi sumber hara Si dan K bagi tanaman padi
apabila dikelola dengan baik.
Namun, jerami biasanya dibakar sehingga tidak ada waktu
untuk mendekomposisi jerami.
Unsur hara Si juga penting bagi tanaman tebu.
Hasil penelitian di Rusia lebih banyak melaporkan defisiensi
Si pada tanaman tebu.
Defisiensi Si pada tanah di perkebunan tebu disebabkan oleh
tidak adanya pemupukan Si.
Sementara itu, biomassa tebu sebagai sumber Si setelah panen
biasanya diangkut dan dibakar sehingga tidak ada pengembalian Si ke dalam
tanah.
Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment