Friday, 28 October 2016

PENYAKIT TERNAK BABI KARENA KEKURANGAN VITAMIN "A"


Penyakit ternak babi ada bermacam-macam jenisnya.
Bisa disebabkan oleh berbagai hal baik dari dalam babi itu sendiri ataupun faktor dari luar seperti serangan virus dan bakteri.

Untuk dapat berhasil dalam ternak babi, perlu untuk mengendalikan berbagai penyakit yang sering muncul dalam peternakan.

Peternakan Babi adalah salah satu sumber dari komoditi ekspor yang mempunyai pangsa pasar bagus.
Kebutuhan daging babi di luar negeri sangat tinggi sekali.

Cara pemeliharaan ternak babi juga tidaklah terlalu sulit, namun begitu beberapa penyakit pada babi perlu mendapatkan perhatian serius.

Bila ingin berhasil dalam beternak tentunya kita harus menguasai manajemennya, baik itu perkandangan, penyakit maupun pemasaran.

Pengendalian penyakit adalah salah satu bagian dari manajemen yang tidak bisa kita sepelekan.
Sebagai contoh adalah penyakit yang ada pada babi karena defisiensi vitamin A.

Untuk babi-babi yang hidup secara liar ataupun dipelihara dengan menggunakan daerah gembala mungkin defisiensi atau kekurangan vitamin A tidaklah menjadi masalah.
Karena ternak akan mendapatkan secara otomatis dari hijauan yang mereka makan.

Namun hal ini berbeda jika babi yang dipelihara mempunyai kandang tertutup.
Ternak babi tersebut tidak mendapatkan sumber vitamin A secara alami dari tanaman hijauan.
Bila kekurangan vitamin A dibiarkan secara terus menerus tentu akan menimbulkan masalah.


Beberapa Penyakit Ternak Babi Karena Kekurangan Vitamin A

1. Pada anak babi kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan kematian.
    Hal ini terjadi terutama pada ternak yang baru lahir.
    Bila hewan tersebut dapat bertahan hidup maka pertumbuhannya akan menjadi sangat lambat    
    dengan ciri pembesaran pada bagian perutnya.
    Kejadian abortus pada babi juga bisa diakibatkan oleh defisiensi Vitamin A pada induknya.

2. Pada babi grower atau babi yang sedang dalam masa pertumbuhan kekurangan vitamin A akan
    menyebabkan pertumbuhan yang  subnormal.
    Kepala babi akan tampak lebih besar dari ukuran normalnya, penurunan nafsu makan dan juga
    kulit babi babi tersebut akan tampak seperti bersisik.

3. Meski pada babi dewasa kekurangan vitamin A tidak menunjukkan gejala yang jelas, namun
    beberapa gangguan pada ternak bisa diakibatkan oleh defisiensi vitamin ini.

Sebagai contoh adanya birahi yang tertunda dan juga mudahnya babi mengalami peradangan pada perutnya.
Untuk birahi yang tertunda jelas hal tersebut akan merugikan karena reproduksi babi dewasa akana terganggu akibatnya perkembang biakkan babi menjadi terganggu.

     Pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengatasi Penyakit Ternak Babi Karena Kekurangan vitamin A antara lain dengan memberikan pakan hijauan pada ternak atau dengan injeksi vitamin A secara IM (Intra Muscular).

Meski pada beberapa kasus ada penyakit yang menyebabkan terkurasnya vitamin A dalam tubuh, namun setidaknya pemberian pakan dengan nutrisi  yang bagus dan berimbang penyakit ternak babi ini bisa dicegah.


Semoga Bermanfaat..

DAUN TOMAT SEBAGAI PESTISIDA ALAMI


     Daun Tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami tapi perlu waspada dan hati-hati, sebab ketika daun tomat dipakai sebagai pestisida alami bisa bersifat racun bagi manusia.
Gunakan sarung tangan, penutup hidung, dan mulut pada saat kita menyemprotkan ke tanaman.

Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami.
Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk.


Cara membuatnya sebagai berikut :

Pertama
Ambil daun tomat kira-kira seberat 1 Kg.
Pakai sarung tangan ketika memetik daun tomat.

Kedua
Daun Tomat dimasak dalam 2 liter air selama 30 menit.

Ketiga
Tambahkan lagi potongan-potongan daun tomat, batang tomat, dan buah tomat sebanyak 2 genggam, dan tambahkan pula 2 liter air.
Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama 6 jam.

Keempat
Disaring dan tambahkan 1/4 batang sabun.
Cairan telah bisa digunakan sebagai insektisida dan fungisida alami.

Semprotkan cairan ini setiap 2 hari sekali bila jumlah serangga pengganggu cukup banyak.


HATI-HATI :
Daun Tomat ketika dipakai aebagai Insektisida dan Fungisida bersifat racun bagi manusia.
Ada unsur kimia yang terkandung dalam daun tomat menjadi jauh lebih pekat konsentrasinya.
Kandungan unsur kimianya adalah senyawa alkaloid yang disebut ‘TOMATINE’ yang terdapat pada daun dan batang Tomat.
Racun ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang serius.
Gunakan sarung tangan, penutup hidung, penutup mulut ketika memetik, me as a kid, menyaring, dan menyemprotkan bahan Insektisida daun Tomat ini.


Semoga bermanfaat...

MYASIS PADA HEWAN


     Myasis adalah penyakit atau kelainan pada kulit yang disebabkan oleh infestasi larva lalat Chrysomya bezziana.

     Myasis atau belatungan adalah penyakit atau kelaianan karena infestasi lalat pada jaringan hewan hidup.
Myasis pada induk semang dapat terjadi di berbagai lokasi namun kali ini pembahasan hanya terbatas myasis pada kulit.
Myasis disebabkan oleh lalat yang disebut “screw worm fly” yang dikenal sebagai 2 jenis yaitu :
Chrysomya bezziana (Indonesia)
Cochliomya hominivorax (Amerika)

Larva lalat ini bersifat obligat parasit.
Kasus myasis pertama kali dilaporkan terjadi pada sapi-sapi di Sulawesi Utara dan Selatan.
Proses terjadinya myasis didahului oleh adanya luka traumatik pada kulit inang.
Luka dapat berasal dari gigitan caplak atau benda-benda disekitar sapi.

Awal infeksi larva terjadi pada kulit yang terluka, selanjutnya larva bergerak lebih dalam menuju jaringan otot sehingga luka semakin lebar.
Kondisi ini menyebabkan tubuh sapi menjadi lemah, kurang nafsu makan, demam, dan anemia sehingga sapi menjadi kurus dan produktivitasnya menurun yang secara langsung berdampak pada harga jualnya.

Etiologi
     Myasis disebabkan oleh lalat Chrysomya bezziana famili Calliphoridae yang biasa disebut Old World Screwworm Fly yang memiliki warna biru metalik, biru keunguan atau biru kehijauan.
Kepala lalat berwarna orange dengan mata merah gelap.
Perbedaan antara lalat betina dan jantan terletak pada matanya.

Lalat betina memiliki celah yang memisahkan mata kanan dan kiri yang lebih lebar dibandingkan lalat jantannya.
Ukuran lalat 10 mm (panjang) x 4,1 mm (lebar).
Telur Chrysomya bezziana berwarna putih transparan dengan panjang 1,25 mm dan diameter 0,26 mm serta berbentuk silindris dan tumpul pada kedua ujungnya.
Chrysomya bezziana merupakan parasit obligat.

Larva Chrysomya bezziana terbagi menjadi 3 bentuk perkembangan yaitu L1, L2, dan L3.
Larva ini memiliki 12 segmen yaitu 1 segmen kepala, 3 segmen thorak, dan 8 segmen abdominal.
Ketiga bentuk larva tersebut dibedakan dari panjang tubuh dan warnanya.

L1 memiliki panjang 1,6 mm dengan diameter 0,25 mm dan berwarna putih.
L2 memiliki panjang 3,5-5,5 mm dengan diameter 0,5-0,75 mm dan berwarna putih sampai krem.
L3 memiliki panjang 6,1-15,7 dengan diameter 1,1-3,6 dan berwarna krem (muda)/merah muda (dewasa).

Tubuh larva dilengkapi bentukan duri dengan arah condong ke belakang.
Saat akan menjadi pupa, L3 berubah warna menjadi coklat hingga hitam dengan panjang rata-rata 10,1 mm dengan diameter 3,6 mm.

Siklus hidup Chrysomya bezziana terbagi menjadi 4 tahap yaitu telur, larva, pupa, dan lalat. Pada tahapan larva, perkembangan L1 sampai L3 memerlukan waktu 6-7 hari selanjutnya L3 menjadi pupa memerlukan waktu 7-8 hari kemudian menjadi lalat yang akan bertelur setelah 6-7 hari.

Penetasan pupa menjadi lalat sangat tergantung suhu dimana pupa akan menetas dalam seminggu pada suhu 25-30°C.
Lalat jantan dan betina mempunyai daya tahan hidup yang relatif sama yaitu 15 hari (dalam kondisi laboratorium).

Patogenesis
     Awal terbentuknya myasis adalah apabila sapi mengalami luka karena birahi, tersayat benda tajam, pascapartus, gigitan caplak, gigitan lalat Tabanidae, atau akibat infestasi Sarcoptes scabei akan menyebabkan keluarnya darah.

Bau darah segar yang mengalir tersebut akan menarik perhatian lalat Chrysomya bezziana betina untuk meletakkan telurnya ke luka tersebut.
Dalam waktu 12-24 jam, telur akan menetas menjadi larva dan bergerak masuk ke jaringan.

Aktivitas larva didalam jaringan tubuh mengakibatkan luka semakin besar dan kerusakan jaringan kulit semakin parah.

Larva mungkin akan berdiam di tempat masuknya pada kulit.
Kondisi ini menyebabkan bau yang menyengat dan mengundang lalat lain untuk hinggap seperti Sarcophaga sp., Chrysomya megachepalla, Musca sp dan memicu terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri.

Gejala Klinis
     Infestasi larva myasis tidak menimbulkan gejala klinis spesifik dan sangat bervariasi tergantung pda lokasi luka.
Gambaran klinis pada kulit umumnya berupa kerusakan kulit dan jaringan subkutan, leleran serous disertai bau busuk.

Gejala klinis pada hewan antara lain demam, radang, peningkatan suhu tubuh, kurang nafsu makan, sapi tidak tenang, penurunan bobot badan dan produksi susu, kerusakan kulit, hipereosinofilia, serta anemia.
Apabila tidak diobati, myasis dapat mengakibatkan kematian sebagai akibat keracunan kronis amonia.

Diagnosis
     Penegakan diagnosis myasis pada penderita adalah dengan ditemukannya larva Chrysomya bezziana pada daerah luka.
Umumnya, larva Chrysomya bezziana ditemukan pada kondisi infestasi primer  namun jika telah terjadi lama maka akan dijumpai larva lalat yang lain seperti Sarcophaga sp., Chrysomya megachepalla, Musca domestica.
Identifikasi larva lalat dilakukan dibawah mikroskop untuk melihat spirakel anterior dan posterior serta bentuk spina (duri) yang khas pada masing-masing spesies larva lalat.

Perlakuan
     Luka yang mengandung larva dibersihkan dengan seksama dengan menggunakan pinset untuk mengeluarkan larva.
Pemberian obat karbamat dan Echon cukup beresiko karena merupakan insektisida sistemik yang dapat menyebabkan keracunan pada ternak pascapengobatan ataupin pengobatan tradisional dengan ektrak tembakau dan rotenon untuk mengeluarkan larva dari luka.

     Pengendalian kejadian myasis juga dapat melalui perendaman (dipping) rutin 2 kali seminggu dengan mencampur 6 liter Ecoflee® dengan 3 L air namun cara ini perlu memperhatikan aspek ekonomi peternak terhadap harga obat atau dengan campuran 50 gr yodium, 200 ml alkohol 75%, dan 5 ml Ecoflee® dan ditambah 1 L air kemudian campuran tersebut disemprotkan pada luka serta dilakukan 2 kali seminggu.

Selain itu, trearment myasis juga dapat menggunakan Gusanex® spray (anti larva), salep yang dapat merangsang granulasi seperti asuntol 2%, dan antibiotika topikal untuk mengobati infeksi sekunder serta dapat ditambah dengan pemberian minyak ikan untuk mempercepat penyembuhan luka. 

Beberapa peneliti juga telah mengembangkan insektisida botanis dari biji srikaya dan mindi, Bacillus thuringiensis untuk dijadikan bioinsektisida, maupun pengembangan minyak atsiri seperti minyak atsiri nilam dan akar wangi secara invitro sebagai insektisida botanis/insektisida nabati dimana minyak atsiri ini menghambat atau membunuh larva Chrysomya bezziana melalui sifat toksiknya terhadap saluran cerna larva dan melalui kutikula larva.

Pengendalian dan Pencegahan
     Pengendalian populasi lalat Chrysomya bezziana dengan cara penyemprotan insektisida atau pestisida, pembuatan vaksin rekombinan yang diekspresikan ke dalam E. coli, dengan metode Sterile Insect Tecnique (SIT)/Sterile Insect Release Method (SIRM) dan pengembangan pemikat lalat (attraktan).

SIT adalah metode pengendalian populasi lalat dengan cara melepaskan jantan yang disterilisasi dengan teknik radiasi. Keberhasilan teknik ini sangat tergantung pada pemahaman tentang keragaman genetik yang ada didalam populasi tersebut.

Sedangkan pemikat lalat (attraktan) memiliki fungsi memikat lalat jantan dan sebagai pengganti hati sapi yang sebelumnya digunakan sebagai umpan. Formula pemikat lalat terbuat dari darah sapi yang terkontaminasi bakteri, darah steril yang diinokulasi dengan bakteri, dan darah yang mengalami defibirinasi.

Namun meskipun telah dikembangkan metode terbaru, peternak-peternak tradisional di pedesaan masih menggunakan gerusan hati sebagai pemikat lalat.
Pengendalian juga dilakukan melalui vaksinasi dengan memakai vaksin rekombinan.

Selain itu, tindakan pengawasan lalu lintas ternak perlu ditingkatkan karena ternak yang dikirim dari daerah endemis dapat menyebarkan penyakit myasis di daerah bebas.

Hal ini dapat terjadi karena ternak yang menderita myasis atau mengandung larva Chrysomya bezziana di sepanjang perjalanan larva yang sudah matang berpotensi untuk jatuh ke tanah lalu membuat terowongan kecil dan menjadi pupa kemudian berkembang menjadi lalat dewasa.


Semoga Bermanfaat..

Thursday, 27 October 2016

HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN DALAM PEMBERIAN PUPUK


Dalam hal pemberian pupuk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

Pertama
     Mengenai kesesuaian pupuk dengan fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Misalnya : Untuk unsur hara makro, unsur ini dibutuhkan tanaman sepanjang hidupnya.
Akan tetapi pemberian unsur nitrogen yang terus-menerus pada fase pertumbuhan vegetatif akan menyebabkan tanaman terlambat atau enggan memasuki fase generatif.

Akibatnya..
Tanaman akan rimbun tetapi tidak berbunga atau berbuah.
Hal ini karena pada fase perubahan generatif, unsur yang dibutuhkan tanaman adalah fosfor.
Hal ini karena fosfor dapat merangsang pembungaan.

Kedua
     Anda harus memperhatikan cara pemberian pupuk secara benar.
Sebagai contoh pupuk akar harus diberikan dengan cara dibenamkan di sekeliling tanaman.
Caranya dengan membuat lubang yang memanjang melingkari tanaman.
Jarak lubang dari tanaman sekitar 10 cm dan lubang memiliki kedalaman 7-10 cm.
Setelah itu, pupuk yang berbentuk butiran ditaburkan kemudian disiram dan ditimbun agar tidak menguap.
Hal ini perlu dilakukan karena pupuk akar mudah menguap apabila terkena cahaya matahari.
Selain dengan cara tersebut, pupuk akar juga dapat diberikan dengan cara dilarutkan terlebih dahulu kemudian disiramkan ke akar.
Cara seperti ini akan lebih mudah diserap oleh akar.
Adapun pupuk daun diberikan dengan cara disemprotkan ke daun menggunakan sprayer sehingga pupuk tersebut mudah diserap oleh daun.

Ketiga
     Melakukan pemupukan pada waktu yang tepat.
Anda sebaiknya melakukan pemupukan pada jam 6-9 pagi atau jam 4-6 sore.
Pada jam tersebut intensitas cahaya matahari tidak terlalu terik, sehingga penguapan pupuk dapat dihindari.

Namun apabila tanaman yang akan diberi pupuk dalam jumlah banyak, sebaiknya pemupukan dilakukan sejak pagi hari, sehingga pemupukan dapat dapat dilangsungkan bersamaan, tidak ada yang tertunda.

Untuk pupuk daun harus diberikan pada pagi  atau sore hari.
Hal ini karena pada waktu pagi dan sore hari stomata membuka, sehingga pupuk akan langsung terserap oleh daun.
Akan tetapi, stomata pada siang hari menutup sehingga apabila dilakukan pemupukan tidak akan efektif.

Keempat
Jumlah pupuk yang diberikan harus sesuai dengan umur dan kondisi tanaman.
Apabila pemupukan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka pemupukan tidak akan ada hasilnya, justru akan merugikan tanaman itu sendiri.

Sebagai contoh :
Agar tabulampot yang Anda tanam dapat berproduksi dengan baik, Anda perlu melakukan pemupukan secara rutin.
Anda bisa menggunakan pupuk NPK, dengan pemberian dalam dosis 15 : 15 : 15, atau bisa juga dengan perbandingan 16 : 16 : 16.
Frekuensi pemberian pupuk pada tanaman buah di dalam pot ini juga akan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan tanaman buah tadi hidup di luar pot.

Meskipun pemberian pupuk pada tabulampot dengan frekuensi yang lebih tinggi, namun dosis yang Anda berikan harus lebih sedikit, berbanding lurus dengan besaran atau ukuran pot tempat tabulampot.
Pemberian pupuk tersebut harus sesuai dosis.

Jika tanaman buah masih berukuran kecil, maka Anda bisa memberikan pupuk dengan dosis 10-15 gr/tanaman.
Jika berukuran sedang, maka pupuk yang Anda berikan dengan menggunakan dosis 25-30 gr/tanaman.

Namun jika tabulampot telah berukuran besar, maka dosis pemupukan yang kita berikan adalah 30-50 gr/tanaman.

Pemberian pupuk NPK pada tabulampot ini, bisa Anda berikan sejak tanaman berusia 2 bulan.
Setelah berumur 4 hingga 6 bulan, pemberian pupuk NPK tadi bisa kita tambahkan dengan menggunakan pupuk kandang atau bisa juga dengan menggunakan kompos.

Nah, hal ini menunjukkan bahwa pemupukan yang efektif dan dengan memperhatikan waktu dan cara pemupukan akan dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara optimal.


Semoga Bermanfaat..

Friday, 21 October 2016

JERUK DEKOPON, SI MANIS TANPA BIJI ASAL JEPANG


Warnanya jingga menyala
Rasanya manis asam, Buahnya tidak berbiji, Ukurannya lumayan jumbo bisa mencapai 1 Kg/buah.

Di negara asalnya dikenal dengan nama Jeruk Dekopon, walaupun sebenarnya nama ini adalah sebuah merek dagang untuk menyebut jeruk asal Kumamoto.
Namun sudah kadung terkenal sebagai nama generik bagi jeruk ini.

Jeruk Dekopon memiliki ciri khas pangkal buah yang menyembul seperti buah pir.
Buah ini dikembangkan pertama kali di Jepang sekitar tahun 1972.
Jeruk Dekopon merupakan silangan dari Jeruk Ponkan dan Kiyomi.
Jeruk ini menjadi populer karena bentuk dan rasanya.

Di Jepang sendiri harganya lumayan tinggi, bila di Rupiahkan bisa mencapai Rp.100 ribu/buah.

Jeruk Dekopon telah diekspor ke mana-mana.
Bahkan saat ini beberapa negara berhasil membudidayakan tanaman ini.
Di Brasil jeruk ini bernama kinsei.
Di Korea Selatan dikenal dengan nama Halabong.
Di Amerika Serikat disebut Sumo.
Di Indonesia sendiri jeruk ini dikenal dengan nama Dekopon.

Di Indonesia, Jeruk Dekopon baru dikembangkan tahun 2014 lalu.

Saat ini petani jeruk di Desa Lebak Muncang, Ciwidey, Bandung, sudah ada yang bisa memanennya. Produktivitasnya pun lumayan, dalam satu pohon bisa dihasilkan 15-25 kg dalam satu musim panen.

Petani menyukai jeruk ini karena hamanya belum banyak, buahnya besar-besar dan harganya pun di atas jenis jeruk biasa.
Para petani tertarik dengan vareitas jeruk baru ini.

Budidayanya relatif mudah dan gangguan hamanya belum banyak.
Jeruk Dekopon menyukai suhu yang sejuk jadi lebih cocok ditanam di daerah dataran tinggi.
Tidak seperti di negeri asalnya, yang berwarna oranye terang, Jeruk Dekopon asal Bandung ini berwarna lebih kuning dengan bagian pangkal berwarna hijau.



Semoga Bermanfaat..

METODE PERHITUNGAN PRODUKSI PADI

Bagaimana cara menghitung produksi padi..?

Mungkin sudah banyak petani yang sudah tahu mengenai hal ini, tapi banyak juga yang belum mengetahuinya.
Ada baiknya kita tahu lebih dulu akan hal ini.
 
     Dalam memutuskan untuk menjual padi, baik itu masih disawah ataupun ketika kita panen sendiri sebaiknya, kita harus bisa memperkirakan serta memprediksi hasil yang akan kita dapatkan.
Agar nantinya kita tidak tertipu oleh para tengkulak yang membeli panen kita dengan harga yang murah.

   Dalam memprediksi dan memperkirakan panen padi kita ada banyak metode yang dapat digunakan.
Pada kesempatan ini kita hanya akan membahas 2 metode saja :
  • Metode Ubinan
  • Metode Menghitung 4 Faktor.


1. METODE UBINAN

     Alat/bahan yang perlu dipersiapkan : meteran, tali, ajir, sabit/sabit bergerigi, terpal, tampah, karung dan timbangan.
Waktu ubinan yang terbaik jam 9-12 siang.

Cara ubinan :
Pilih 2 lokasi yang akan dijadikan tempat ubinan (misal titik A dan B).
Sebenarnya untuk menentukan lokasi atau titik ubinan ini ada cara khusus, tetapi tidak perlu dijelaskan disini karena terlalu ribet dan harus pake tabel.
Yang penting tentukan lokasi di tengah petakan sawah dan yang mampu mewakili keadaan padi tersebut (padi yang tumbuhnya tidak terlalu bagus dan tidak terlalu jelek).
Ukur menggunakan meteran kedua lokasi tersebut dengan jarak panjang dan lebar masing-masing 2,5 meter.
Beri tanda hasil pengukuran dari kedua lokasi tersebut menggunakan ajir dan tali.
Panen lokasi yang sudah diberi tanda menggunakan sabit/sabit bergerigi.
Rontokan gabah dari malainya pada tempat yang telah diberi alas terpal.
Bersihkan kotoran yang ada pada gabah menggunakan tampah.
Timbang hasil dari kedua lokasi ubinan tersebut (misal titik A= 5,5 kg dan titik B= 6 kg)

Cara Menghitung Ubinan

Misal dari hasil timbangan diatas adalah titik A= 5,5 kg dan titik B= 6 kg, maka untuk menghitungnya adalah :

Jumlahkan dahulu hasil timbangan kedua titik kemudian dibagi 2, (5,5 kg   6 kg) : 2 = 5,75 kg

Karena jarak ubinannya 2,5 x 2,5 m maka luas ubinan adalah 6,25 m2

Rumus ubinan/perkiraan = hasil rata-rata timbangan x (10.000 m2 : luas ubinan)

Perkiraan produksinya = 5,75 kg x (10.000 m2 : 6,25 m2) -- 5,75 kg x 1.600 = 9.200 kg/Ha GKP

Jadi hasil perkiraan produksi adalah 9.200 kg/Ha atau 9,2 ton/Ha GKP


2. METODE MENGHITUNG 4 FAKTOR

Sebelum kita memulai menghitung produksi padi dengan Metode 4 Faktor maka kita harus mengetahui dan menghitung 4 faktor tersebut :

Jarak tanam sehingga diketahui jumlah rumpun/Ha
Jumlah anakan
Jumlah bulir per malai
Jumlah 1000 bulir per gram

Adapun caranya adalah sebagai berikut :

Tentukan jarak tanamnya (misal 25 x 25 cm maka jumlah rumpunnya 160.000).

Jumlah rumpun diperoleh dari 1 Ha (dalam cm dibagi 25 x 25 cm) yaitu 100.000.000 : 625 = 160.000

Tentukan 2 rumpun padi secara acak.

Pilih yang tidak terlalu bagus dan tidak terlalu jelek.

Hitung jumlah anakannya.

Hitung jumlah anakan yang ada malainya.

Bila dalam satu rumpun ada 18 anakkan yang ada malainya.

Hitung seluruh biji dalam rumpun itu dan dibagi rata dengan jumlah malai.

Misalkan rumpun 1 ada 2100 butir/ rumpun.
Maka rata-rata per malai adalah 116 butir atau bisa kita ambil 3 malai saja, yang pendek, sedang dan panjang.
Kita hitung jumlahnya dan dibagi 3, maka hasilnya 116 butir

Misal rumpun 2 ada 14 anakkan 1800 butir/rumpun.
Maka rata-rata per malai adalah 128 butir

Hitung berat 1000 butir GKP (misalkan 30 gram)

Rumus Hasil =
Jumlah rumpun x jumlah anakan x butir per malai x berat per 1000 butir

Hasil untuk rumpun 1
= (160.000 x 18 x 116 x 30) : 1000
= 10022400 gram
= 10022,4 kg
= 10,022 ton/Ha GKP

Hasil untuk rumpun 2
= 160.000 x 14 x 128 x 30/1000
= 8601600 gram
= 8602 kg
= 8,602 ton/Ha GKP

Hasil Perkiraan Panen, kita ambil hasil rata-rata :
= ( 10,022   8,602 ) : 2
= 9,312 ton/ha GKP

Itulah cara menghitung serta memperkirakan produksi padi.
Semoga hal ini bermanfaat bagi kita sekalian.
Setelah membaca ini saya harap kita semua tidak akan tertipu oleh para tengkulak yang membeli hasil panen kita dengan harga yang murah.
Colek" Ketut Sunarta Ketut Sunada SumaYasa Nyoman Ariadi Adix Banditwsj #Copas dr BA M.z. Fatah


Semoga Bermanfaat..

MENGHITUNG PRODUKSI JAGUNG


      Jagung merupakan salah satu komoditas serealia yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Peranan jagung selain sebagai pangan dan pakan, sekarang banyak digunakan sebagai energi serta bahan baku industri lainnya yang kebutuhannya setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.

Oleh sebab itu..
Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih terbuka lebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam, atau melalui peningkatan Indeks Pertanaman (IP).

     Informasi tentang tantangan dan peluang dalam usaha pengembangan jagung serta teknologi budidaya jagung, baik dilahan kering ataupun di lahan sawah/tadah hujan serta teknologi pasca panen jagung sudah diupayakan disampaikan kepada para petani, terutama melalui kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL PTT) Jagung.

     Produksi/hasil panen tanaman jagung yang telah dicapai oleh para petani perlu dihitung melalui kegiatan pendugaan hasil yang lebih tepat.
Menurut  Balai Penelitian Tanaman Serealia (Panduan Teknis Menduga Hasil Jagung Sebelum dan Sesudah Panen) bahwa cara ubinan yang umum dipakai menghitung hasil jagung, hasilnya cenderung bias karena angka dugaan lebih tinggi dari angka sesungguhnya.
Untuk memperbaiki hasil dugaan, faktor populasi tanaman dan kadar air harus diperhatikan.

     Menurut Panduan Teknis Menduga Hasil Jagung Sebelum Dan Ketika Panen (Balai Penelitian Tanaman Serealia) pendugaan hasil jagung biasanya dilakukan dengan mengukur 3 (tiga) variabel, yaitu populasi tanaman, ukuran biji dan jumlah biji dalam 1 (satu) tongkol.


1. Menentukan Populasi Tanaman

     Komponen teknologi dasar pada Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung mensyaratkan bahwa populasi tanaman  berkisar 66.000 – 75.000 tanaman/Ha.
Populasi ini dapat dicapai dengan jarak tanam 70 – 75 cm  x  20 cm (1 biji/lubang tanaman) atau 70 – 75 cm  x  40 cm (2 biji/lubang tanaman) dengan benih yang mempunyai daya tumbuh  >95%.  

     Untuk menentukan populasi tanaman nyata dilapangan dapat dilakukan dengan menghitung jumlah tanaman setiap 5 (lima) meter, jika pertanaman dilakukan dalam barisan.
Penghitungan dilakukan sebanyak  10 (sepuluh) kali secara  acak  pada baris contoh, dan diukur jarak antar barisan.  Gunakan angka rata-rata.
Hitung jumlah populasi dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah Tanaman/Ha
= Jumlah tanaman dalam luasan 5 m x 10.000 / 5 x  jarak antar baris

Jika pertanaman tidak teratur maka hitung jumlah tanaman pada luasan 20 m² (4 x 5 m) dan dilakukan secara acak pada 10 (sepuluh) tempat.

Jumlah populasi dihitung dengan rumus berikut :

Jumlah Tanaman/Ha
= Jumlah tanaman dalam luasan 20 m² x 10.000 m²/20


2. Ukuran Biji

Ukuran biji bervariasi antar varietas, karena yang diduga adalah hasil akhir maka digunakan angka jumlah biji/Kg pada kadar air 15%, diasumsikan 3500 biji dalam 1 kg jagung.
Namun bila ada informasi berat 1000 biji (dalam deskripsi varietas) maka dapat digunakan angka ini.

Varietas Pioneer 21 mempunyai bobot 1000 biji sebesar 311 gram.
Artinya setiap 1 kg biji Pioneer 21 memiliki 3215 butir, yakni dengan menghitung (1000/311 x 1000).


3. Jumlah biji dalam 1 tongkol

Ditentukan dengan cara mengambil 10 (sepuluh) tongkol secara acak, kupas kelobot dan hitung jumlah biji/baris (a)  serta jumlah baris/tongkol (b).
Jumlah biji/tongkol adalah C  = a  x  b


Produksi Jagung

Produksi jagung dalam Kg/Ha dapat dihitung dengan rumus :

Produksi = a x b x C x 1/3500.

a = Jumlah tanaman/Ha
b = Jumlah tongkol/tanaman
C = Jumlah biji per tongkol


Jumlah tongkol/tanaman berdasarkan kondisi umum di lapangan.



Semoga Bermanfaat..

PENGGUNAAN SERANGGA ALTERNATIF PAKAN SUMBER PROTEIN UNGGAS



     Biaya pakan berkontribusi sebesar 70–75% dari total biaya produksi peternakan unggas, khususnya ayam broiler.
Harga bahan pakan terus meningkat karena adanya peningkatan jumlah peternakan unggas.
Biaya pakan peternakan unggas di Botswana bahkan mencapai 70–80% dari total produksi.

     Hal ini disebabkan karena sebagian besar bahan pakan masih diimpor.
Harga ransum komersial mahal dan tidak terjangkau oleh peternak rakyat.
Ketersediaanya juga terbatas, sedangkan permintaan terhadap bahan pakan yang murah terus meningkat.
Penggunaan bahan pakan lokal dapat menekan biaya produksi.

     Kandungan protein menentukan harga bahan pakan sehingga alternatif bahan pakan yang murah dengan kandungan protein tinggi terus diupayakan.
Serangga berpotensi sebagai sumber protein yang murah dan kontinuitasnya terjamin karena banyak tersedia di alam.
Tepung serangga dapat dijadikan bahan pakan pengganti tepung ikan baik sebagian maupun keseluruhan karena kandungan proteinnya yang tinggi.

     Selain itu, pemanfaatan  serangga sebagai bahan pakan memiliki keuntungan seperti mengurangi hama tanaman dan polusi lingkungan akibat penggunaan pestisida.
Namun kandungan kitin pada serangga harus dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi kecernaan protein.

     Materi ini bertujuan untuk mengulas potensi beberapa jenis serangga, seperti ulat phane, belalang, jangkrik, dan belatung sebagai alternatif bahan pakan sumber protein untuk unggas, terutama sebagai pengganti tepung ikan yang harganya lebih mahal.
Materi ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai berbagai bahan pakan alternatif asal serangga yang murah dan sesuai untuk unggas.


SERANGGA SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN AYAM PEDAGING

Ulat Phane
     Ulat ini banyak digunakan untuk konsumsi penduduk di Afrika dalam bentuk dikeringkan, direbus, dipanggang, atau digoreng.
Ulat ini dikenal sebagai protein hewani termurah di beberapa negara Afrika.
Ulat Phane adalah larva awal dari ngengat Imbrasia belina yang hidup pada tanaman Colophospermum mophane.

Potensi ulat phane sebagai bahan pakan unggas cukup besar karena kaya akan  asam amino esensial.
Kandungan Ulat Phane :

  • Protein Kasar 55%
  • Abu 5,8%
  • Lemak Kasar 16,7%
  • Kalsium 16,0 mg/g
  • Fosfor 14,7 mg/g
  • Natrium 33,3mg/g
  • Kalium 35,2 mg/g.


Ulat Phane  mengandung kitin, yaitu : komponen rangka luar serangga yang mencapai 27% dari bobot keringnya.
Kitin dapat menghambat akses enzim pencernaan untuk menghidrolisis protein dan lemak sehingga mengurangi kecernaannya.
Menurut penelitian, daging ayam broiler yang diberi 40% tepung ulat phane mengandung mineral kalium, natrium, dan fosfor lebih banyak daripada yang hanya diberi 20%.


Belalang
     Memiliki kandungan nutrien tinggi, yaitu :

  • Protein Kasar 71,55%
  • Lemak 5,75%
  • Mineral 2,50%
  • Serat Kasar 3,89%
  • Apabila kandungan bahan keringnya 100%.

Kandungan protein bervariasi sebesar 28,13 – 53,38% tergantung fase pertumbuhan daerah tersebut.

Tepung belalang sebanyak 0%, 50%, dan 100% dapat menggantikan penggunaan tepung ikan dalam ransum ayam broiler secara signifikan.


Jangkrik
     Berperan penting bagi nutrisi manusia di Afrika Barat.
Kandungan protein kasar, karbohidrat, dan lemak jangkrik coklat (Brachytrypes membranaceus L.) jantan lebih rendah daripada jangkrik betina, namun kandungan seratnya lebih tinggi.

     Jangkrik merupakan sumber Fe, Zn, K, Na dan P yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai kualitas protein jangkrik Mormon (Anabrus simplex Haldeman) pada ransum ayam broiler menunjukkan bahwa pertambahan bobot dan konversi ransum antara ayam yang diberi ransum jangkrik dan ransum jagung-bungkil kedelai tidak berbeda nyata.
Nakagaki meneliti hal yang sama, dan menemukan bahwa konversi ransum lebih baik secara signifikan apabila ransum disuplementasi metionin dan arginin.

     Jangkrik lapangan (Gryllus testaceus) mengandung 58,3% protein kasar pada basis bahan kering dengan lemak 10,3%.
Kandungan lemak tepung jangkrik lebih tinggi daripada tepung ikan, meat bone meal, maupun bungkil kedelai.
Kandungan lisin, metionin, dan sistein tepung jangkrik yaitu 4,79%, 1,93% dan 1,01% sehingga lebih tinggi daripada tepung ikan (4,51%, 1,59% dan 0,49%).

     Kecernaan asam amino tepung jangkrik lapangan yaitu 92,9% sehingga lebih tinggi daripada tepung ikan, yaitu 91,3%.
Hal ini menunjukkan bahwa tepung jangkrik potensial sebagai bahan pakan sumber protein untuk substitusi tepung ikan.


Belatung
     Merupakan larva lalat rumah (Musca domestica) yang memiliki kandungan nutrien tinggi.
Tepung belatung mengandung :

  • Kadar Air 86,0 ±0,47%
  • Abu 10,03 ± 0,44%
  • Serat Kasar 5,89 ± 0,05%
  • Protein Kasar 48,0%
  • Lemak Kasar 31,76± 0,02%
  • Kalori 3755 ± 190 kkal/kg energi.

     Variasi kandungan protein kasar tergantung pada kualitas lingkungan dan makanan belatung serta metode pemrosesan, pengeringan, dan penyimpanan.

Pembuatan 1 kg tepung belatung 20% lebih murah daripada 1 kg tepung ikan.
Penggunaan 4% tepung ikan dengan 50% tepung belatung pada ransum finisher ayam broiler menghasilkan performa yang lebih baik dan ekonomis daripada ransum basal.
Ransum yang mengandung 10–15% tepung belatung dapat meningkatkan persentase karkas, kualitas karkas, dan performa ayam broiler.

     Penggunaan  tepung belatung sebagai pengganti tepung ikan dalam ransum ayam petelur tidak berdampak buruk bagi performa dan karakteristik kualitas telur.
Kolesterol kuning telur dan konsentrasi kalsium telur secara signifikan menurun jika level tepung belatung ditingkatkan.


Larva Ngengat Hawk (Agrius convolvuli L)
     Merupakan sumber protein hewani masyarakat pedesaan di Botswana yang banyak ditemukan di musim hujan (Oktober-Januari) namun belum ada penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi kandungan nutrien dan pengaruhnya terhadap ternak.

      Dari kelima jenis serangga ini, belatung memiliki kontinuitas paling stabil karena tersedia sepanjang tahun.
Belalang dan jangkrik sulit diperoleh pada bulan Juni dan Juli.
Ulat Phane sulit diperoleh pada bulan Juni sampai September.
Sedangkan Larva A. convolvuli hanya melimpah selama Oktober sampai Desember.

     Untuk menjamin kontinuitas bahan pakan unggas, serangga yang selalu tersedia sepanjang tahun seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal.
  
     Dapat disimpulkan bahwa serangga berpotensi sebagai bahan pakan unggas yang tinggi protein untuk menggantikan tepung ikan atau ransum komersial.
Serangga yang potensial sebagai bahan pakan unggas yang murah dengan kontinuitas terjamin yaitu belatung (larva lalat) karena selalu tersedia sepanjang tahun.

     Serangga lainnya seperti belalang, jangkrik, maupun ulat juga memiliki profil nutrien yang unggul sebagai pengganti bahan pakan impor, namun tidak selalu tersedia sepanjang tahun.
Penggunaan serangga untuk menggantikan tepung ikan dapat menekan biaya produksi dalam peternakan unggas tanpa berpengaruh negatif terhadap performa unggas dan produktivitasnya.


Semoga Bermanfaat..

Tuesday, 18 October 2016

PENGERTIAN DAN PRINSIP DASAR FERMENTASI


     Dari beberapa pengertian atau definisi yang diungkapkan oleh para ahli, terdapat sedikit perbedaan pengertian antara ahli biokimia dan mikrobiologi.

     Fermentasi adalah suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba dalam kondisi lingkungan yang terkendali.

     Secara prinsip, sekarang ini pengertian fermentasi telah berkembang menjadi : Seluruh perombakan senyawa organik yang dilakukan mikroorganisme yang melibatkan enzim yang dihasilkannya, atau dengan kata lain fermentasi adalah perubahan struktur kimia dari bahan-bahan organik dengan memanfaatkan agen-agen biologis terutama enzim sebagai biokatalis.

     Pada proses fermentasi, terlibat beberapa hal sebagai berikut :
Mikroorganisme sebagai inokulum (Inokulum artinya kultur mikroba yang memiliki sifat yang khas dan dapat dikembangbiakkan dalam suatu media/substrat)

Media/Tempat/wadah terjadinya fermentasi

Substrat
Substrat merupakan tempat tumbuh dan sumber nutrisi bagi mikroba.
Contoh substrat misalnya pohon pisang, kacang atau jagung

1. Manfaat Fermentasi
     Prinsip dasar fermentasi  secara tradisional sebenarnya telah diaplikasikan sejak lama oleh orang tua kita.
Di Indonesia misalnya dikenal jenis-jenis makanan atau penganan hasil dari proses fermentasi ini, seperti contoh makanan khas dari Bandung, ‘Peuyeum sampeu’ adalah contoh hasil fermentasi dengan substrat singkong dengan diberi ragi, atau misalnya ‘tempe’, tauco adalah hasil fermentasi dengan substrat kacang kedelai.
Istilah ‘peragian’ di sini dapat dikatakan sebagai istilah lain dari fermentasi.

     Pada masa sekarang, kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi telah memungkinkan manusia memproduksi berbagai produk yang tidak dapat atau bahkan sulit diproduksi melalui proses kimia saja.
Teknologi fermentasi merupakan salah satu upaya memanfaatkan bahan-bahan yang berharga relatif murah menjadi produk yang bernilai dan bermanfaat bagi kesejahteraan manusia.

Hingga kini penerapan teknologi fermentasi ini semakin berkembang di berbagai bidang, termasuk di bidang pertanian dan peternakan.
Pemanfaatan teknologi fermentasi di bidang pertanian salah satunya adalah pada proses pembuatan pupuk organik bokashi, sedangkan di bidang peternakan diaplikasikan pada pembuatan pakan ternak dari pohon pisang/gedebog atau dari jerami.

Berikut adalah beberapa kelompok  proses fermentasi yang menguntungkan secara ekonomi :

Fermentasi yang memproduksi sel mikroba (biomassa/biomass)
Produksi komersial dari biomass dapat dibedakan menjadi produksi yeast untuk industri roti, dan produksi sel mikroba untuk digunakan sebagai makanan manusia atau pakan hewan ternak.

Fermentasi yang menghasilkan enzim dari mikroba.

Fermentasi yang menghasilkan metabolit mikroba, misalnya ethanol, asam sitrat dan vitamin serta antibiotik dan pemacu pertumbuhan

Proses Transformasi, mengubah suatu senyawa menjadi senyawa yang lain.

2. Pemanfaatan Fermentasi pada pembuatan pupuk bokashi

Bokashi
Pada proses pembuatan pupuk organik bokashi, fermentasi memegang peranan yang sangat penting karena merupakan inti prosesnya.
Keberhasilan proses fermentasi-nya akan menghasilkan pupuk bokashi yang berkualitas.
Sumber inokulum yang dipakai pada pembuatan pupuk bokashi yang menggunakan Bioboost sehingga dihasilkan pupuk bokashi yang bebas patogen (bibit penyakit), bebas gulma dan jamur.

Substrat yang dipakai dalam pembuatan pupuk bokashi merupakan bahan-bahan organik yang berasal dari kotoran ternak, daun, jerami atau bahan organik lainnya.

Pada substrat inilah mikroba dari Bioboost tumbuh dan berkembang sehingga terjadi disimilasi menghasilkan salah satunya yang disebut biomassa.

Salah satu manfaat penting dan merupakan keunggulan dari pupuk bokashi adalah bahwa unsur-unsur yang diperlukan tanaman dari pupuk dapat segera terserap dengan sangat mudah dan lebih banyak dibandingkan pupuk biasa.

3. Pemanfaatan Fermentasi pada Pembuatan Pakan ternak
     Seperti pada pembuatan pupuk bokashi, fermentasi memegang peranan yang sangat penting karena merupakan inti prosesnya.  Keberhasilan proses fermentasi-nya akan menghasilkan pakan ternak yang berkualitas.
Sumber inokulum berasal dari Bioboost, sedangkan substrat adalah berasal dari hijauan (pohon pisang, daun, jerami, rumput), sumber protein (ampas tahu), dsb.
Pakan ternak yang dihasilkan dari fermentasi ini adalah pakan yang berkualitas dengan komposisi nutrisi sesuai dengan yang dibutuhkan hewan.

Pada pakan produk fermentasi ini terkandung nutrisi yang lebih kaya dibandingkan sebelum pakan difermentasi, selain itu pakan akan sangat mudah dicerna dan terserap karena adanya reaksi dekomposisi pada saat fermentasi.
Misalnya pada jerami akan terasa lebih ’empuk’ setelah difermentasi.

4. Mekanisme Sederhana Fermentasi
     Secara sederhana, pada proses fermentasi terjadi mekanisme reaksi yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Inokulum disini adalah berupa mikroba atau mikroorganisme.

Beberapa jenis mikroorganisme yang sering dilibatkan dalam fermentasi adalah :

a. Bakteri
Misalnya : Bacillus sp, Lactobacillus sp, Streptococcus sp, Eschericia sp

b. Jamur
Misalnya : Aspergilus sp, Penicilium sp

c. Khamir (Yeast)
Misalnya : Saccharomyces sp.

Tabel Produk Fermentasi dari Inokulum
Substrat, disebut juga medium unSubstrat merupakan tempat pertumbuhan mikroorganisme/inokulum.

Substrat yang biasa digunakan adalah berbahan dasar karbon, oleh karena itu banyak substrat berasal dari tumbuh-tumbuhan dan sedikit yang dari hewan.

Beberapa substrat, dapat saya sebutkan seperti berikut ini :
a. Gula, bahan makanan yang mengandung gula ini relatif mudah diperoleh untuk proses ini
b. Pati, jagung, padi, gandum
c. Selulosa
d. Limbah industri Molase (tetes tebu), mengandung 50 % gula sebagai substrat untuk memproduksi antibiotik, asam organik, damen, dan ampas tahu, bahkan urine ternak

Pada proses fermentasi, ternyata peranan terpenting adalah adanya aktivitas mikroba atau mikroorganisme dalam substrat.
Bakteri yang merupakan populasi terbesar memiliki peran penting, misalnya dalam fermentasi pakan, bakteri berperan sebagai pencerna serat kasar dalam rumen ternak ruminansia (apa nih artinya ?).

Hal ini terjadi karena bakteri mampu menghasilkan enzim selulase dan amilase, penghasil asam laktat dalam pembuatan silase untuk menurunkan pH, penghasil asam amino yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan tambahan, dan penghasil enzim polysacharidase yang berperan meningkatkan tingkat daya cerna terhadap pakan.

Jamur, dalam fermentasi dimanfaatkan dan berperan menghasilkan enzim yang membantu kecernaan pakan, seperti enzim amilase, protease, polimerase dan menghasilkan protein sel tunggal (PST).

Dalam fermentasi pakan ternak, jamur ikut aktif melakukan penetrasi ke dalam jaringan tanaman pakan sehingga struktur jaringan menjadi rapuh dan hancur serta permukaan menjadi lebih luas.
Permukaan yang lebih luas ini memungkinkan kontak langsung dengan enzim pencernaan selulosa semakin besar.
Jamur juga dapat mensintesa protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat (glukosa, sukrosa atau maltosa), sumber nitrogen dari bahan organik dan anorganik.

Fungsi lain jamur adalah untuk men-degradasi serat sehingga dapat berfungsi sebagai :

Memecah atau mengurangi kekuatan ikatan yang terjadi antar serat jaringan pakan sehingga menambah energi

Merusak molekul anti nutrisi yang mungkin terdapat pada pakan sehingga lebih banyak pakan yang bisa dimanfaatkan dan dapat meningkatkan gizi

Membantu pencernaan ternak atau hewan yang masih kecil (yang sistem pencernaannya belum sempurna)

Menurunkan jumlah ekskresi kotoran sehingga dapat menurunkan limbah ternak

5. Jenis Fermentasi
     Secara umum fermentasi dibagi dua, yaitu :
Fermentasi Cair (liquid state fermentation, LSF) dan Fermentasi Kering atau Media Padat (solid state fermentation, SSF).

Fermentasi Cair diartikan sebagai fermentasi yang melibatkan air sebagai fase kontinu dari sistem pertumbuhan sel, berarti substrat terlarut atau tersuspensi dalam fase cair.
Contoh fermentasi cair misalnya fermentasi minuman anggur, asam cuka, dan yoghurt.

Fermentasi padat dapat diartikan bahwa terjadinya fermentasi berlangsung dalam substrat tidak terlarut namun mengandung cukup air sekalipun tidak mengalir.

Fermentasi padat misalnya fermentasi pakan, bokashi, pembuatan oncom dan tape/peuyeum.  Materi pembahasan yang kita tekankan di sini adalah fermentasi padat.

6. Keuntungan Fermentasi Padat
Fermentasi pakan maupun bokashi, yang merupakan salah satu cara fermentasi padat, memiliki keuntungan yang dapat disebutkan berikut ini (Dharma, 1992) :

Medium yang digunakan relatif sederhana
Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relatif kecil, karena air yang digunakan relatif sedikit

Inokulum atau mikroba atau mikroorganisme dapat disiapkan secara sederhana.

Kondisi medium tempat pertumbuhan jamur atau bakteri mendekati habitat alaminya.

Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang di antara tiap partikel substrat
Produk yang dihasilkan dapat diperoleh dengan mudah.

7. Faktor yang Berpengaruh pada Keberhasilan Fermentasi Padat
     Nah ini yang penting kita perhatikan, karena faktor-faktor berikut akan sangat menentukan keberhasilan suatu proses fermentasi pakan maupun bokashi.
Coba kita simak :

a. Kadar Air
Kadar air yang optimum tergantung pada jenis substrat yang kita gunakan, jenis inokulum dan target produk yang kita inginkan.
Kisaran kadar air, berdasarkan pengalaman adalah berkisar antara 30-40%.

Mengapa kadar air begitu penting ?
Kadar air yang terlalu tinggi akan mengakibatkan penurunan porositas, penurunan pertukaran gas, penurunan difusi oksigen, penurunan volume gas dan meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri.
Biasanya, bila kadar air terlalu tinggi, ciri-ciri produk yang dihasilkan akan lebih cepat membusuk akibat fermentasi tidak optimal.

Kualitas air  harus diperhatikan juga dan sedapat mungkin harus menghindari air yang sudah terkontaminasi dan merugikan inokulum (mikroorganisme).

b. Temperatur
Temperatur berpengaruh pada kecepatan atau laju pertumbuhan reaksi biokimia selama proses fermentasi.
Pada saat pembuatan fermentasi pakan maka sebaiknya di tempat yang teduh dan terhindar dari terpaan sinar matahari langsung.

c. Pertukaran Gas
Ini berhubungan dengan poin a, yaitu pertukaran gas dengan substrat padat.

Dan hati-hati, jangan lupa pada saat proses fermentasi, molase atau gula memegang peranan penting karena merupakan sumber karbon dalam fermentasi.

Hasil dari fermentasi pada pakan, misalnya, menghasilkan Protein Sel Tunggal (PST) yang berasal dari mikroorganisme hasil fermentasi.

Produk inilah yang bisa digunakan sebagai pakan ternak.
Bila mikroba yang digunakan tetap bersama substratnya, maka secara keseluruhan dinamakan Produk Biomassa Mikrobial (PBM).

PST mengandung berbagai mikroorganisme baik uni maupun multiselular seperti bakteri atau jamur.

PST ini bukan merupakan murni protein saja, tetapi merupakan campuran protein, lemak, karbohidrat, asam nukleat, vitamin, mineral.

Kandungan protein ini tergantung pada tipe mikroorganisme yang kita gunakan selama fermentasi.
Fermentasi dengan menggunakan Bioboost menghasilkan protein cukup tinggi dan mikroorganisme yang dihasilkan dari pertumbuhan dan perkembangbiakkan dalam substrat sangat tinggi dan cepat.

Semoga bisa menambah pengetahuan dasar kita tentang fermentasi, sehingga pada saat aplikasi fermentasi, baik pada saat pembuatan pupuk bokashi maupun pembuatan pakan ternak dari hijauan dapat berhasil dengan baik.


Semoga bermanfaat...

Monday, 17 October 2016

MANFAAT BUAH NAGA BAGI KESEHATAN


     Buah Naga berasal dari negara di Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Buah ini berkembang dengan baik di negara-negara Asia termasuk Indonesia.  Buah naga termasuk genus Hylocereus.

Buah naga terdiri dari beberapa jenis warna kulitnya ataupun warna daging buahnya, antara lain:

- Hylocereus costaricensis, warna kulit buah merah muda dan dagingnya warna sangat terang.

- Hylocereus polyrhizus, warna kulit buah merah muda dan dagingnya merah tidak terlalu terang.

- Hylocereus undatus, warna kulit buah merah dan dagingnya putih, dan

- Selenicereus megalanthus. warna kulit buah kuning dan dagingnya warna putih.

Buah Naga mengandung banyak vitamin, protein, serat, dan mineral. Setiap 100 gram buah naga mengandung rata2 bahan sebagai berikut:

• Air sebanyak 87 gram
• Thiamine atau Vitamin B1 sebanyak 0,04 miligram
• Riboflavin atau Vitamin B12 sebanyak 0,05 miligram
• Niasin atau Vitamin B3 sebanyak 0,16 miligram
• Asam askorbat atau Vitamin C sebanyak 9,4 miligram
• Protein sebanyak 1,1 gram
• Serat sebanyak 0,71 gram
• Kalsium sebanyak 134,5 miligram
• Karbohidrat sebanyak 11,5 gram
• Fosfor sebanyak 87 miligram
• Zat besi sebanyak 0,65 miligram

Buah naga  bermanfaat karena:
• Vitamin B1; dikenal dengan nama Aneurin; membantu mengubah karbohidrat menjadi energi bukan
   lemak.
• Vitamin B12dikenal juga dengan nama Riboflavin; mendukung kerja sistem saraf dan sistem
   pembentukan DNA, berperan pembentukan hemoglobin atau sel darah merah.
• Vitamin B3; dikenal juga dengan nama Niasin; sangat bermanfaat untuk mengikat kolesterol jahat
  dan menguranginya menumpuk dan membahayakan kondisi tubuh. Buah naga sangat cocok
  dikonsumsi oleh para penderita kolesterol tinggi.
• Vitamin C; kadar vitamin C dalam buah naga sangat tinggi. Kebutuhan tubuh atas vitamin C dapat
   tercukupi dalam satu kali konsumsi saja per harinya.
• Protein
• Serat
• Mineral kalsium, zat besi, dan fosforKandungan Lemak dan Kalori pada Buah Naga
• Antioksidan

Dengan kandungannya Buah Naga bermanfaat untuk:

1). Mencegah Kanker
     Antioksidan mencegah sel-sel kanker berkembang dalam tubuh. Buah naga mengefektifkan
     pembuangan racun keluar dari tubuh, termasuk juga racun-racun yang memicu kanker.

2). Mendukung Program Diet
     Buah naga berkadar tinggi protein, rendah lemak dan rendah karbohidrat, sehingga sangat cocok
     dikonsumsi saat diet.

3). Mencegah Diabetes Melitus (DM)
     Buah naga mampu membunuh sel-sel jahat yang diproduksi akibat dari pola hidup tidak sehat
     yang dilakukan manusia, sehingga dapat mencegah penyakit DM.

4). Membantu Penyembuhan Batuk dan Asma

5). Bermanfaat untuk Kesehatan Tulang
     Kalsium, fosfor, dan zat besmembuat buah naga menjadi sumber yang baik untuk memenuhi
     kebutuhan nutrisi tulang.

6). Menurunkan Jumlah Kolesterol

7). Membantu Pembentukan Sel Darah Merah (Hemoglobin)

8). Bermanfaat untuk Kesehatan Usus
     Kandungan serat yang tinggi membantu pencernaan dan kesehatan usus.

9). Mencegah Serangan Jantung

10). Membantu Pembentukan Trombin dan Protrombin

11). Membantu Pembentukan Otot

12). Menetralkan Tubuh dari Racun yang Masuk

13). Penambah Tenaga

14). Mencegah Penuaan Dini

15). Bermanfaat untuk Memperpanjang Usia
       Menurut penelitian, orang yang mengonsumsi makanan mengandung serat secara rutin dapat
       memiliki umur panjang lebih 9 tahun dari orang lainnya.

16). Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

17). Mencegah Tekanan Darah Tinggi

18). Mencegah Kelumpuhan Otot

19). Menjaga Kesehatan Gigi

20). Menghilangkan Jerawat

21). Membantu Pencernaan Bayi
       Buah naga sangat bermanfaat bagi manusia untuk setiap umur. Bahkan bagi bayi, buah naga
      dapat membantu proses pencernaan. Bayi seringkali mengalami masalah pencernaan. Jadi saat ini
      anda dapat mudah mengatasinya dengan menggunakan buah naga.

22). Bermanfaat untuk Menjaga Kelembaban Kulit

23). Menjaga Kesehatan dan Membantu Kerja Syaraf

24). Mencegah Peradangan

25). Membantu Mengobati Sakit Tenggorokan
       Vitamin C pada buah naga sangatlah bermanfaat untuk mengatasi dan mengobati sakit pada
        tenggorokkan.

26). Mengobati Sariawan
        Sariawan dapat disembuhkan vitamin C yang ada pada buah naga

27). Bermanfaat untuk Ibu Menyusui
       Buah naga mampu meningkatkan produksi Air Susu Ibu (ASI).

28). Mengurangi Kram pada Tubuh

29). Menjadi Pewarna Makanan Alami

30). Meningkatkan Nafsu Makan

Buah naga memberikan asupan vitamin B2 dan B1 yang akan merangsang anak-anak untuk makan lebih banyak.

Semoga bermanfaat...

BAKTERI PADA DAGING SAPI PENYEBAB PENYAKIT PADA MAKANAN


Bakteri apa saja yang terdapat dalam daging sapi dan dapat menyebabkan penyakit karena makanan?

Escherichia coli dapat menghuni usus hewan, dan dapat mengkontaminasi daging saat pemotongan hewan.
Organisme ini biasanya tidak membahayakan.
Namun, ada strain yang langka, misalnya E. coli O157:H7, yang memproduksi racun dalam jumlah besar dan menyebabkan kerusakan parah pada dinding usus.

Penyakit yang ditimbulkannya disebut haemorrhagic colitis dan ditandai dengan diare berdarah.
E. coli O157:H7 dapat dibunuh dengan mudah dengan pemasakan yang merata.

Salmonella kadang-kadang dapat ditemukan pada saluran usus ternak, unggas, anjing, kucing, dan banyak hewan lainnya.
Saat pemotongan hewan, dagingnya mungkin terkontaminasi dan karena itu pendinginan diperlukan untuk mencegah perkembangbiakannya.
Pembekuan tidak dapat membunuh mikroorganisme ini, tetapi pemasakan dengan merata dapat membasminya.

Kontaminasi silang dapat terjadi apabila daging mentah dan atau cairannya bersentuhan dengan makanan yang sudah dimasak atau makanan yang dimakan mentah, misalnya salad.
Salmonella menyebabkan gastroenteritis (gangguan pencernaan), yakni diare.

Staphylococcus aureus ada pada kulit ternak, namun juga terbawa pada tangan manusia, saluran hidung, atau tenggorokan.

Kebanyakan kasus penyakit karena makanan terjadi karena kontaminasi dari orang yang menangani makanan dan produksi racun tahan panas dalam makanan setelah perlakuan temperatur yang salah.
Sosis yang tidak difermentasikan dengan benar sangat mungkin menyebabkan penyakit, terutama muntah-muntah akut yang diikuti diare. Praktik produksi yang baik (Good Manufacturing Practices/GMP), penanganan makanan secara higienis dan pendinginan dapat mencegah penyakit karena makanan yang disebabkan oleh Staphylococcus.

Listeria monocytogenes ditemukan dalam usus dan susu hewan.
Walaupun pemasakan dapat menghancurkan organisme ini, penanganan makanan dengan buruk dapat mengkontaminasi ulang produk yang sudah dimasak dan pertumbuhan dapat terjadi bahkan pada temperatur rendah.

Produk-produk yang sudah dimasak dan siap dimakan seperti sosis dan potongan daging olahan (luncheon meat) tidak boleh disimpan terlalu lama dalam lemari pendingin.
Perhatikan informasi mengenai penanganan yang benar seperti “Simpan di lemari pendingin” dan tanggal “Gunakan sebelum” pada label makanan.


Semoga Bermanfaat..