K-Bioboost Adalah salah satu produk unggulan dari PT. K-Link Indonesia yang didalamnya terkandung bakteri cerdas atau mikroorganisme yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan hasil 4 sub sektor yaitu PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN dan bahkan PENGOLAHAN LIMBAH.
Wednesday, 10 August 2016
MENGUKUR NILAI EKONOMIS KEBUTUHAN AIR BAGI TANAMAN PADI SAWAH
Air merupakan komponen utama bagi kelangsungan proses metabolisme dalam struktur tanaman.
Selain pengaruh radiasi surya, gas CO2 dan O2 di atmosfer, kadar air di daerah perakaran (tanah) sangat berperan untuk menunjang proses fotosintesis dan respirasi.
Sumber utama cadangan air bagi tanaman adalah dari curah hujan. Curah hujan dapat mempengaruhi tanaman melalui proses evaporasi (proses kesediaan air pada pori-pori tanah yang menguap karena peningkatan suhu dan radiasi surya).
Jika curah hujan tinggi maka cadangan air yang ada di permukaan tanah (pori-pori tanah) lebih besar dibandingkan dengan penguapan air akibat proses evaporasi.
Seperti halnya dengan tanaman lainnya, tanaman padi juga sangat membutuhkan cadangan air yang mencukupi guna menunjang proses fotosintesis dan respirasi.
Disamping itu padi merupakan tanaman yang memerlukan intensitas radiasi panas matahari yang tinggi.
Sehingga diperlukan asupan air yang seimbang dengan tingkat penguapannya.
Air bagi tanaman, tidak terkecuali untuk padi berfungsi untuk :
Penyusun tubuh tanaman antara 70-90%, sebagai pelarut dan media reaksi biokimia pada jaringan tumbuh, medium perantara senyawa kimia (unsur hara dan nutrisi lainnya), bahan baku proses fotosintesa, dan menjaga keseimbangan suhu agar tetap konstan.
Berapa banyak sebenarnya konsumsi air bagi tanaman padi?
Dari total cadangan air tawar yang ada di seluruh dunia, 21% diantaranya digunakan untuk kegiatan pertanian padi sawah diseluruh dunia.
Jumlah air sebanyak itu setara dengan 1350 milyar meter kubik.
Lebih jauh disebutkan bahwa untuk menghasilkan beras sebanyak 0,5 kg (1 pound) air yang dibutuhkan adalah sebanyak 449 galon, atau setara dengan 1700 liter air.
Untuk menghasilkan 1 kg beras, air yang dibutuhkan menjadi dua kali lipat yaitu sebanyak 3400 liter.
Berapa kira-kira kebutuhan air untuk menghasilkan beras sebanyak 1 ton :
Beras yang dihasilkan (kg) Air yang dibutuhkan (L - M3)
0,5 1.700 1,7
1 3.400 3,4
10 34.000 34
100 340.000 340
1.000 3.400.000 3.400
5.000 17.000.000 17.000
Berdasarkan tabel tersebut untuk menghasilkan beras sebanyak 1 ton diperlukan pasokan air sebanyak 3,4 juta liter atau sebanyak 3400 meter kubik.
Jika dalam satu hektar beras yang ingin kita hasilkan sebanyak 5 ton, maka jumlah air yang harus disediakan sebanyak 17 juta liter (1700 meter kubik).
Jumlah air sebanyak ini jika diangkut dengan truk tanki, dibutuhkan sebanyak 1063 unit truk tanki kapasitas 16 kiloliter.
Kebutuhan air sebanyak itu jika harus dibeli, berapa biaya yang harus disediakan petani untuk menanam padi?
Jika per liternya air harus dibeli dengan harga Rp.1 saja, petani harus menyediakan biaya setidaknya Rp.17.000.000,- untuk memenuhi kebutuhan air sawah.
Ditambah dengan ongkos produksi lainnya maka biaya produksi menanam padi sawah diperkirakan akan membengkak hingga mencapai diatas 20 juta rupiah per hektar.
Namun faktanya kita tidak melakukannya, pasokan air baik dari irigasi, maupun dari curah hujan untuk areal sawah nyatanya masih tidak berbayar alias gratis.
Namun jika pengelolaan sumber daya air ini salah urus, bukan hal yang mustahil ke depannya kita harus menghadapi kenyataan di atas.
Dimana kita harus benar-benar membeli air untuk mengairi tanaman padi sawah.
Untuk menghindari kerugian dari besarnya biaya sosial yang harus ditanggung, maka perlu antisipasi dalam hal pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air secara efisien dan lestari.
Fenomena kekeringan dan banjir merupakan salah satu potret bahwa masih terdapat kekurangberesan dalam pengelolaan sumber daya air ini.
Beberapa hal yang perlu segera diperbaiki dalam manajemen sumber daya air ini yang terkait langsung dengan praktek budidaya tanaman padi sawah diantaranya :
· Penerapan teknologi budidaya yang hemat air, diantaranya dengan menggunakan sistem pengairan berselang.
· Perbaikan atau rehabilitasi sarana dan prasarana pengairan/irigasi.
Termasuk pembuatan dan perlindungan bangunan penahan air seperti embung, dam, bendungan dan situ.
· Menanam tanaman penahan air, dengan menggunakan metode reklamasi lahan kritis dan intensifikasi kegiatan.
· Perlindungan dan pelestarian lingkungan kawasan resapan air, diantaranya dengan melakukan perlindungan terhadap vegetasi termasuk didalamnya kawasan hutan.
· Perbaikan sanitasi dan drainase saluran pengairan.
Dengan melihat besarnya resiko yang dihadapi, maka sejatinya pengelolaan aspek sumberdaya air ini harus dilakukan serius dan berkelanjutan.
Karena pengaruh yang ditimbulkan oleh dampak buruk masalah pengairan, bukan hanya mengancam eksistensi kelestarian lingkungan, namun juga dapat mengancam eksistensi keberlangsungan kehidupan manusia untu masa yang akan datang.
Semoga Bermanfaat..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment