Wednesday 10 August 2016

KUMBANG BERAS



Bubuk Penyerang Gabah juga sering disebut dengan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).

Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian.
Penelusuran dari berbagai sumber, penanganan terhadap gubang sitophilus oryzae dapat dilakukan dengan berbagai langkah dan metode.
Berikut berbagai hal yang berhubungan dengan gubang disertai cara mengatasinya.


Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Aktivitas Hama Gudang:

1.Temperatur/Suhu
Serangga hama gudang memerlukan keadaan suhu udara minimum dan maksimum untuk kelangsungan hidupnya.
Suhu minimum yakni 5 derajat Celcius, sedangkan suhu maksimumnya yakni 45 derajar Celcius.
Pada umumnya suhu optimum untuk perkembangan hama gudang yakni 25-30 deajat Celcius.

2. Kelembaban
Kelembaban juga sangat mempengaruhi perkembangan serangga gudang. Pada kelembaban udara relatif 50% siklus hidup serangga tersebut 59 hari, sedangkan pada kelembaban udara 80% siklus hidup serangga tersebut hanya 37 hari.
Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban udara yang tinggi akan memperpendek siklus hidup hama yang berarti semakin banyak serangga yang muncul.

3. Cahaya
Warna cahaya yang berbeda akan memancarkan perbedaan panjang gelombang.
Semakin panjang gelombang yang dipancarkan maka akan semakin besar pula energi yang dihasilkannya.
Molekul energi yang dipancarkan juga akan semakin rapat.

4. Aerasi
Aerasi atau sirkulasi udara dalam penyimpanan akan sangat mempengaruhi kehidupan serangga gudang.
Pada umumnya pada kondisi oksigen yang rendah maka akan terjadi kematian pada serangga gudang.
Akibat yang ditimbulkan menyebabkan beras mengalami susut berat mencapai 23%, kerusakan akibat kumbang penggerek gabah (Rhyzopertha dominica).
Penurunan hasil yang ditimbulkan kumbang ini yakni mencapai 7%.


Perbaikan Teknologi Pasca Panen:

1. Pengurangan Kadar Air Bahan Simpanan
Kadar air adalah kandungan air yang terdapat di dalam butiran gabah, yang dapat dinyatakan dengan persen.
Tingginya kadar air bahan akan memacu meningkatnya intensitas serangan serangga gudang.
Selama ini, petani sendiri telah tahu mengenai kadar air gabah, namun kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya peralatan yang dimiliki petani untuk bisa mengukur kadar air bahan.
Di Sumatera Selatan, pengukuran kadar air gabah dilakukan petani dengan cara menggigit gabah tersebut, jika gabah digigit retak-retak, gabah tersebut dianggap utuh kalau digiling.
Cara ini memang mudah dilakukan tapi tingkat keakuratan yang diragukan.
Alat ukur kadar air yang sekarang terdapat di pasaran adalah alat ukur kadar air model digital.
Alat ini lebih praktis dan mudah pemakaiannya.
Harga alat ini masih tergolong mahal.

2. Penjemuran Bahan
Penjemuran merupakan cara praktis untuk mengurangi kadar air gabah dalam jumlah besar di tingkat petani, penjemuran ini harus dilakukan pembalikan secara berkala.
Proses pengeringan di pedesaan umumnya masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu penjemuran di bawah panas matahari.
Untuk mengatasi tingginya serangan serangga gudang, penjemuran juga dapat mengurangi kerusakan gabah akibat tingginya kadar air gabah.

3. Penggunaan Mesin Pengering (Box Dryer)
Alat ini dapat mengantisipasi adanya gangguan cuaca seperti ketika musim penghujan, maka tindakan pengurangan kadar air bahan secara tradisional dapat diperbaiki dengan memanfaatkan mesin pengering (box dryer).
Pengeringan gabah dalam jumlah kecil dapat dilakukan dengan menggunakan oven.
Berbagai jenis alat pengering telah dihasilkan dan dengan kapasitas yang beragam, salah satunya adalah alat pengering gabah berbahan bakar sekam (BBS).

4. Pengaturan Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan juga sangat mempengaruhi kesukaan serangga gudang terhadap gabah yang disimpan.
Kondisi dengan kelembaban tinggi dan temperatur yang tidak sesuai akan memacu perkembangbiakan serangga.
Walaupun kadar air gabah sudah memenuhi standar setelah dikeringkan, jika tempat penyimpanan tidak sesuai justru akan meningkatkan kembali kadar air gabah.
Tempat penyimpanan ini meliputi ruang penyimpanan maupun material yang digunakan untuk menyimpan bahan.

5. Penggunaan Pestisida Nabati
Penggunaan pestisida nabati masih jarang diterapkan di tingkat masyarakat, karena terbatasnya pengetahuan serta anggapan bahwa daya bunuh pestisida nabati masih rendah dan relatif lambat.
Padahal pemanfaatan pestisida nabati ini sangat diperlukan terlebih lagi jika produk simpanan tersebut akan dikonsumsi.

6. Pemanfaatan Sistem Kedap (Hermetic Storage)
Penyimpanan kedap udara mencakup penempatan gabah/beras/benih ke dalam kontainer (wadah) yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) dan air antara atmosfir luar dan gabah/benih yang disimpan.
Teknologi ini sudah mulai diterapkan di beberapa negara di Asia Tenggara.
Sistem ini dapat menggunakan kontainer plastik khusus atau kontainer yang lebih kecil.
Ukuran penyimpan dapat berkisar antara 25 liter sampai 300 ton.
Sistem ini dapat digunakan untuk gabah, beras, dan serealia lainnya seperti jagung.
Penyimpanan kedap udara memperbaiki kualitas gabah dan viabilitas benih karena cara ini menjaga stabilitas kandungan air dan mengurangi kerusakan karena hama tanpa penggunaan pestisida.

7. Fumigasi
Fumigasi merupakan tindakan pengendalian hama gudang dengan menggunakan senyawa kimiawi berupa fumigan.
Pihak Karantina Pertanian sendiri melalakukan upaya fumigasi untuk menekan serangga hama gudang yang tergolong OPT maupun OPTK.
Beberapa jenis senyawa fumigan yang sering digunakan di antaranya metilbormide, carbon disulphide, hydricianic acid, phospine, ethylene oxide, ethylene dibromide.
Serangga seperti kumbang bubuk beras, ngengat beras, ngengat gabah, kumbang penggerek gabah dapat ditanggulangi dengan menggunakan fumigan carbon disulphide (CS-2) dan phostoxin tablet.
Dosis penggunaan yakni 30 cc CS2/m3 bahan selama 24-48 jam dalam ruang yang tertutup.
Dosis penggunaan phostoxin yakni 1 tablet/kuintal bahan.


Semoga bermanfaat...

No comments:

Post a Comment