Salah satu jenis pestisida hayati yang sudah banyak dikenal
masyarakat dunia adalah yang berasal dari pohon mimba (Azadirachta
indica A. Juss).
Selain dikenal sebagai pestisida dan juga bahan pupuk,
bangunan serta penghijauan, belakangan ini dikenal juga sebagai bahan obat dan
kosmetik sehingga disebut sebagai tanaman multifungsi.
Mimba merupakan tanaman yang memenuhi persyaratan untuk
dikembangkan menjadi sumber bahan dasar pembuatan pestisida nabati.
Adapun persyaratan-persyaratan tersebut antara lain :
a. Merupakan tanaman tahunan
b. Tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian
tanamannya diperlukan
c. Mudah dibudidayakan
d. Tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu
tumbuhan (OPT)
e. Mempunyai nilai tambah
f. Mudah diproses, sesuai dengan kemampuan petani.
KANDUNGAN BAHAN AKTIF
Seperti telah kita ketahui, bahwa tanaman merupakan gudang
bahan kimia yang kaya akan kandungan berbagai jenis bahan aktif.
Di dalam tanaman mungkin terkandung puluhan atau ratusan,
bahkan ribuan jenis bahan kimia, sehingga sangat sulit untuk menentukan jenis
dan fungsi atau manfaat setiap jenis kandungan bahan aktif tersebut.
Dikenal suatu kelompok bahan aktif yang disebut “Produk
metabolit sekunder” (Secondary metabolic products), dimana fungsinya bagi
tumbuhan tersebut dalam proses metabolismenya kurang jelas.
Namun kelompok ini dikenal berperan dalam hal berinteraksi
atau berkompetisi, termasuk menjadi bahan untuk melindungi diri dari gangguan
pesaingnya.
Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa
komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik
dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan
obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin,
meliantriol, nimbin dan nimbidin.
Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen
dan komponen yang mana yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau
obat, belum jelas diketahui.
Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu
hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya.
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat
yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi
dalam proses metamorfosa serangga.
Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit,
ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi
kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa.
Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan
kematian.
Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan
(anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun
serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida
nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot
(knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari.
Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya
rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit.
Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang
mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut.
Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria
menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali
satu jenis tanaman, yaitu mimba.
Mimba pun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya
belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan
merusak menjadi bersifat solitaire yang bersifat tidak merusak.
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti
mikroorganisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat
untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman.
Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan
dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala
jenis penyakit pada manusia.
Selain mengandung bahan-bahan tersebut di atas, di dalam
tanaman mimba masih terdapat berpuluh, bahkan beratus jenis bahan aktif yang
merupakan produksi metabolit sekunder yang belum teridentifikasi dan belum
diketahui manfaatnya.
Oleh karena itu, penelitian mengenai penggalian potensi
mimba masih banyak diperlukan.
MANFAAT DAN BERBAGAI PRODUK DARI MIMBA
Mimba sebagai Obat Tradisional
Sangat banyak berita-berita yang menginformasikan khasiat
mimba dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, bahkan saat ini daun mimba
sudah dijual dalam berbagai macam kemasan, mulai dari kapsul, tepung daun, daun
kering ataupun teh mimba instant.
Dalam kemasan tersebut disebutkan bahwa daun mimba mampu
menanggulangi penyakit tumor, kanker, diabetes, kolesterol, asma, darah tinggi,
asam urat dan lainnya
Mengenai suatu kasus seorang pasien yang sudah divonis
dokter bahwa yang bersangkutan tidak bisa tertolong, namun berkat meminum 7
(tujuh) lembar daun mimba, berangsur-angsur si pasien sembuh, sampai akhirnya
sembuh total dan sampai saat ini masih segar bugar dan meneruskan meminum teh
mimba.
Sampai saat ini masih terjadi kontroversi mengenai
digunakannya daun mimba sebagai obat tradisional.
Disatu pihak bersikeras bahwa mimba adalah racun yang
apabila digunakan sebagai obat akan sangat membahayakan si pasien.
Dilain pihak bersikeras pula bahwa mimba dapat digunakan
sebagi obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit, karena telah digunakan
sejak jaman dahulu dan sudah banyak bukti akan khasiat mimba dalam
menanggulangi berbagai macam penyakit, hanya proses pembuatan dan dosisnya yang
harus diperhatikan secara tepat dan benar.
Suatu contoh bahwa untuk digunakan sebagai obat, hanya 7
(tujuh) lembar daun mimba atau setara dengan ¼ sendok teh tepung daun mimba
yang perlu digodok dalam 2 (dua) dua gelas air, sehingga menjadi 1 (satu) gelas
air atau langsung diseduh air panas dalam satu gelas dan diminum selagi hangat,
jangan sampai dibiarkan/diendapkan sampai keesokan harinya, karena akan berubah
menjadi racun.
Dalam hal ini banyak kasus pasien keracunan karena si pasien
ingin puas dan cepat sembuh, sehingga mengkonsumsi over dosis yang sangat
membahayakan si pasien itu sendiri.
Selain itu banyak kasus bahwa dengan alasan lupa meminum,
akhirnya seduhan tadi mengendap sampai keesokan harinya dan diminum yang
akhirnya juga membahayakan si pasien.
Mimba sebagai Pestisida
Sudah sejak lama mimba digunakan sebagai pestisida nabati
dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas (Broad spectrum), baik digunakan
secara sederhana di negara berkembang, maupun digunakan secara terformula di
negara maju, seperti Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat sendiri mimba sudah digunakan secara
meluas, yang pada awalnya hanya diperuntukan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman yang bukan untuk dikonsumsi (non-food
crops), namun belakangan ini sudah diperkenankan dipergunakan untuk
mengendalikan OPT pada tanaman pangan (food crops), dengan berbagai jenis merk
dagang, diantaranya adalah Margosan, Aligin, Turpex, Azatin dan Bio-neem.
Negara lain pun di Asia sudah banyak yang memproduksi
pestisida nabati dari mimba, diantaranya India dengan berbagai merk dagang,
satu diantaranya yang sudah masuk ke Indonesia adalah “Neemazal”, Singapura
yang juga telah memproduksi pestisida nabati mimba dan telah masuk pula ke
Indonesia, namun dengan mengaku/mengklaim sebagai pupuk organik cair, yaitu
“Bionature”, dan masih banyak merk dagang lain yang telah dibuat oleh Thailand,
Myanmar dan Singapura.
Indonesia pun saat ini telah banyak yang memproduksi
pestisida nabati dari mimba,diantaranya oleh Institut Teknologi Bandung (ITB),
Balai penelitian Tanaman Serat dan Kapas (Balittas-Malang), Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro-Bogor) dan pihak-pihak swasta (PT. Nihon
Seima), maupun LSM lainnya.Namun demikian hanya satu yang telah
terdaftar dan mendapat ijin dari Komisi Pestisida – Departemen Pertanian.
Prosesnya pendaftaran pestisida agak rumit (disamakan dengan
pestisida kimia sintetis), yang paling utama adalah “Biaya” yang harus
dikeluarkan relatif besar bila diukur dari para pengembang lokal yang umumnya
bukan merupakan pengusaha besar dengan skala impor-ekspor.
Untuk itu, jika pemerintah mempunyai itikad baik (Political
will) untuk membatasi berkembangnya penggunaan pestisida kimia sintetis yang
semakin waktu semakin meningkat dengan pencemaran lingkungan dan dampak negatif
yang semakin meningkat pula, maka pemerintah harus mendukung berkembangnya
penggunaan pestisida nabati, khususnya dari mimba ini, salah satunya dengan
memberikan kemudahan perijinan dan keringanan biaya pendaftarannya.
Mimba sebagai Bahan Pupuk Organik
Bungkil atau dedak biji mimba yang telah diambil minyaknya,
baik secara di pres, maupun diekstrak dengan heksan, merupakan bahan pupuk
organik yang kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Selain bahan nutrisi tanaman, baik unsur makro, maupun
mikro, bungkil biji mimba ini juga masih mengandung bahan aktif pestisida
nabati, seperti azadirachtin yang akan bermanfaat mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan yang berada di dalam tanah, seperti hama rayap,
uret/kuul/lundi, nematoda dan hama lainnya, sehingga penggunaannya sebagai
pupuk organik akan bermanfaat ganda, yaitu secara tidak langsung akan
bermanfaat sebagai pestisida juga.
Keuntungan lain yang diperoleh adalah bahwa azadirachtin
bersifat sistemik, yaitu dapat meresap kedalam jaringan tumbuhan, sehingga
apabila diaplikasikan sebagai pupuk di tanah, maka apabila terisap oleh tanaman
akan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya, seperti daun dan akan
berfungsi melindungi tanaman dari gangguan OPT.
Pupuk organik dari bungkil biji mimba ini telah diproduksi
oleh Balittro, yaitu dengan penambahan pupuk kandang, kompos ataupun guano
kedalamnya, sehingga diperoleh pupuk organik plus.
Selain bungkil biji mimba, daunnyapun dapat digunakan
sebagai bahan kompos untuk dijadikan pupuk organik yang juga mengandung
kandungan bahan aktif pestisida nabati, sehingga dapat berfungsi ganda.
Pohon mimba berdaun lebat, sehingga daun mudah diperoleh.
Walaupun pohon mimba hanya akan berbiji bila ditanam
ditempat yang panas dan kering di dataran rendah, namun mimba akan tetap
berdaun walaupun ditanam di dataran tinggi dengan curah hujan yang tinggi.
Mimba sebagai Pohon Penghijauan dan Reboisasi
Pohon mimba termasuk pohon yang mampu beradaptasi di daerah
marginal yang panas dan kering, bahkan berbatu.
Di Situbondo pohon mimba dapat ditemukan dari mulai pesisir
pantai, rawa-rawa sampai di perbukitan berbatu sekalipun, sehingga pohon ini
akan sangat cocok digunakan sebagai pohon penghijauan ataupun reboisasi di
Indonesia, khususnya di daerah yang panas dan kering di dataran rendah.
Walaupun tidak berbiji apabila ditanam di dataran tinggi (di atas 300 m dpl),
namun pohon mimba masih mampu berdaun dengan lebat.
Pohon mimba dengan tinggi yang mampu mencapai 20 m, bersifat
mampu meresap CO2 dari udara relatif lebih banyak dibanding pohon-pohon
lainnya, juga dengan sendirinya mampu mengeluarkan O2 relatif lebih banyak
pula dibandingkan pohon pohon lainnya, sehingga pohon ini dianggap mampu meminimalkan
polusi udara dan memberikan kesegaran pada lingkungan.
Oleh karena itu pohon ini sangat cocok dijadikan pohon
penghijauan di perkotaan khususnya kota-kota besar seperti Jakarta yang memang
sudah sangat tinggi dengan polusi udaranya.
Pohon mimba mempunyai perakaran yang kuat dan dalam,
sehingga sangat memungkinkan mampu mengangkat unsur hara di dalam tanah dan
mengeluarkannya ke permukaan melalui jatuhnya bagianbagian tanaman ke permukaan
tanah.
Oleh karena itu pohon ini diharapkan mampu memperbaiki
kesuburan tanah dan akan sangat cocok ditanam di daerah yang kurang subur.
Untuk keperluan ini sebaiknya bibit mimba yang digunakan
adalah yang berasal dari biji (generatif), bukan yang berasal dari stek batang
atau ranting (vegetatif), karena bibit yang berasal dari biji memiliki akar
tunggang (dari perbanyakan vegetatif tidak memiliki akar tunggang) dan akan
lebih tahan dalam menghadapi terpaan angin ataupun gangguan goyangan lainnya
agar tidak tumbang.
Pohon mimba memiliki diameter batang yang cukup besar dan
kayunya termasuk kayu kelas satu, sehingga akan sangat bermanfaat untuk
digunakan sebagai bahan bangunan, sedangkan daunnya yang lebat dapat digunakan
sebagai pakan ternak yang juga bersifat sebagai obat cacing untuk ternak.
Namun demikian, saat ini tidak dianjurkan menebang pohon
mimba untuk digunakan kayunya, karena populasinya di Indonesia masih relatif
rendah.
Saat ini bibit pohon mimba yang berasal dari biji tersedia
di BPT Situbondo dalam jumlah besar, sehingga siap mendukung program reboisasi
dan penghijauan di Indonesia.
PROSES PENGOLAHAN MIMBA
Bagian utama dari pohon mimba yang dimanfaatkan adalah daun
dan biji.
Berikut dijelaskan mengenai prosesing daun dan biji agar
dapat dimanfaatkan, baik sebagai obat, pestisida, kosmetik, toilet teries,
pupuk dan lainnya.
BIJI
Biji mimba mengandung minyak sekitar 40%.
Untuk memperoleh minyaknya dapat diperoleh dengan dua cara :
Cara Pengepresan
Yaitu dengan jalan mengepres biji mimba dengan suatu alat
pengepres sehingga yang tersisa adalah bungkilnya yang biasanya masih
mengandung minyak.
Dengan cara ini minyak yang terambil antara 15-20 %,
sehingga kandungan minyak pada bungkil masih tinggi, oleh karena itu banyak
orang yang menggunakan bungkil mimba ini sebagai bahan pestisida dengan cara
mengekstraknya dengan ethanol atau denan air dengan sedikit penambahan deterjen
atau sabun colek, agar antara minyak dan air terjadi emulsi.
Ekstraksi dengan Heksan
Yaitu dengan cara mengaduk dan maserasi adukan tersebut,
sehingga minyak yang terkandung dalam biji mimba tertarik dan bercampur dengan
heksan.
Selanjutnya heksan tersebut di rotavapor (diuapkan) untuk
memisahkan pelarut heksan dengan minyak mimba.
Dengan cara ini minyak yang terambil lebih tinggi, yaitu
dapat mencapai antara 20 – 25%.
Namun demikian, bungkil mimbanya masih mengandung minyak dan
masih dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati, yaitu dengan cara
mengekstraknya dengan ethanol, atau ada juga yang mengekstraknya dengan air
yang ditambah sedikit emulsifier, biasanya deterjen atau sabun cair Teepol.
Selanjutnya minyak yang diperoleh digunakan untuk berbagai
keperluan, diantaranya pembuatan sabun mandi, shampo, pestisida, sabun pencuci
tangan, pasta gigi dan lainnya.
DAUN
Daun dapat digunakan langsung dalam keadaan segar, ataupun
dikeringkan, sehingga di peroleh simplisia kering, namun ada juga yang dibuat
tepung, sehingga lebih praktis pengemasannya.
Dalam keadaan segar tidak memerlukan perlakuan khusus, hanya
perlu dibersihkan dari kotoran yang menempel dengan cara dicuci, selanjutnya
apabila akan digunakan sebagai obat, cukup menyeduh tujuh lembar daun dalam dua
gelas air sampai menjadi satu gelas air.
Simplisia kering daun diperoleh dengan cara
mengering-anginkan daun sampai daun bisa diremas menjadi serpihan.
Bisa juga dilakukan pemanasan dengan oven yang dilengkapi
fan (kipas angin) pada suhu maksimal 40 derajat C atau ada juga yang menjemur
di bawah sinar matahari di bawah jam 10 pagi (tidak terlalu terik).
Tepung daun mimba diperoleh dengan cara menggrinder
simplisia kering tadi dengan alat khusus (grinder) atau dapat juga dengan alat
penghancur yang ada pada mixer.
Pemanenan Biji Mimba
Di BPT Situbondo maupun wilayah lain yang berdekatan dengan
kami, biasanya pohon mimba mulai berbuah pada bulan Oktober – November dan
mulai tua/matang pada bulan Desember s/d Februari tahun berikutnya.
BPT Situbondo memanen biji mimba hanya yang terjatuh dari
pohon, karena buah tua/matang atau karena buahnya dimakan hewan seperti
burung, kelelawar, tikus dan musang.
KESIMPULAN
Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tanaman
multi manfaat karena selain dapat tumbuh dengan baik di daerah marginal yang
panas dan kering, juga dapat berfungsi sebagai pohon reboisasi dan penghijauan,
bahan pestisida nabati yang dapat mengendalikan OPT secara ramah lingkungan
serta bahan pupuk organik yang selain mengandung unsur hara tanaman, baik
makro, maupun mikro, juga mengandung bahan pestisida untuk menanggulangi OPT di
dalam tanah.
Semoga bermanfaat...