Wednesday, 27 June 2018

PERTANIAN ORGANIK



Pertanian Organik adalah Sistem pertanian tanpa menggunakan bahan kimia sintetis baik untuk pertumbuhan maupun pengendalian hama, jadi dalam Pertanian Organik lebih mengandalkan bahan alami berupa kompos, pupuk hijau, cara pengolahan tanah, bahan mineral dari alam tanpa melalui proses alami.
Hampir semua tanaman dapat ditanam secara organik seperti buah dan sayuran.
Misalnya : Kubis, Selada, Brokoli, Padi, Tomat, Lombok dan lain-lainnya.
Begitu juga dengan tanaman perkebunan
Misalnya : Apel, Jeruk, Kopi, Teh dan lain-lainnya.

Pertanian Organik
Dalam prinsip Pertanian Organik kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan.

Pertanian Organik juga harus didasarkan pada siklus dan sistem ekologi kehidupan dan juga harus memperhatikan keadilan baik antar manusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan bertanggung jawab dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia baik pada masa kini maupun pada masa depan.

Pertanian Tradisional yang telah dilakukan sejak ribuan tahun di seluruh dunia, merupakan pertanian organik yang memanfaatkan ekologi hutan (kebun hutan, forest gardening) merupakan salah satu sistem produksi pangan pada masa prasejarah yang dipercayai merupakan pemanfaatan ekosistem pertanian yang pertama.

Sejak abad ke-18 pembuatan pupuk sintetis berupa superfosfat telah dilakukan, kemudian pupuk berbahan amonia diproduksi secara massal sejak kimiawan Jerman Fritz Haber dan Carl Bosch menemukan proses Haber pada masa perang dunia pertama, dengan adanya perkembangan pestisida kimia dan bahan pertanian kimia lainnya memicu penggunaan secara besar-besaran diseluruh dunia.

Akibat penggunaan bahan kimiawi secara besar-besaran dalam pertanian ternyata memberi akibat yang sangat merugikan baik untuk kesehatan manusia, pencemaran lingkungan maupun penurunan kesuburan tanah, pemadatan tanah, erosi dan penyebaran hama.

Pada tahun 1940 Sir Albert Howard, seorang ahli botani dari Inggris menerbitkan sebuah buku berjudul “AN AGRICULTURAL TESTAMENT”, yang menggagas Pertanian Organik secara lebih sistemastis, telah menginspirasi gerakan pertanian organik di dunia.
Atas alasan itu, dia disebut-sebut sebagai Bapak Pertanian Organik.

Menyadari dampak negatif untuk kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh pemakaian pestisida, pupuk dan obat-obat kimia dalam pertanian, pemerintah Indonesia mencanangkan gerakan revolusi hijau sekitar tahun 1970, akhirnya Pertanian Organik semakin populer di Indonesia sejak sekitar tahun 1980 sampai sekarang.

Kaidah-Kaidah Pertanian Organik :

• Bibit harus berasal dari tanaman alami, bukan hasil rekayasa genetik.

• Pengolahan tanah tidak memakai traktor sepenuhnya supaya tidak terjadi pemadatan tanah dan kematian organisme, pengolahan tanah hanya bergantung dekomposisi bahan organik tanah dengan pupuk hijau, kompos dan proses biologis oleh mikroorganisme.

• Tidak memakai pupuk dan pestisida kimiawi.

• Persemaian bibit sampai penanaman bibit tidak memakai Pestisida.

• Penanaman berbagai jenis tanaman dengan kombinasi yang baik untuk menghindari penumpukan hama dan meminimalkan gulma.

• Pengendalian gulma bisa dengan legum, pemberian mulsa dan hewan digembalakan untuk memakan gulma.

• Pengairan memakai air yang belum tercemar bekas/sisa pestisida dan pupuk kimiawi.

• Pemupukan dengan kompos, pupuk kandang dan mineral hasil tambang tanpa proses melalui kimiawi.

• Hasil panen tanaman organik lebih mahal karena lebih bersih dan sehat.

Kesimpulan Pertanian Organik :

Pertanian Organik hanya menggunakan pestisida dan pupuk alami.

Metode Pertanian Organik mencakup rotasi tanaman, pupuk hijau/kompos, pupuk kandang, mineral tambang alami pengendalian hama biologis dan pengolahan tanah secara mekanis.

Pertanian Organik memanfaatkan proses alami di dalam lingkungan untuk mendukung produktivitas pertanian, seperti :

• Pemanfaatan legum untuk mengikat nitrogen ke dalam tanah.

• Memanfaatkan predator untuk menanggulangi hama, rotasi tanaman untuk mengembalikan kondisi tanah dan mencegah penumpukan hama.

• Penggunaan mulsa untuk mengendalikan hama-penyakit dan pemanfaatan bahan alami, termasuk mineral bahan tambang yang tidak diproses atau diproses secara minimal sebagai pupuk, pestisida dan pengkondisian tanah.

Tanaman yang lebih unggul dan tangguh dikembangkan melalui pemuliaan tanaman dan tidak dimodifikasi menggunakan rekayasa genetika, banyak jenis tanaman dalam satu lokasi lebih menguntungkan dan lebih sering diterapkan di pertanian organik.

Penanaman berbagai jenis sayuran mendukung berbagai jenis serangga yang bersifat menguntungkan, mikroorganisme tanah dan faktor lainnya yang menambah kesehatan lahan pertanian.

Keanekaragaman tanaman pertanian membantu lingkungan untuk mempertahankan suatu spesies yang dekat dengan lahan pertanian agar tidak punah.


Semoga bermanfaat...


No comments:

Post a Comment