Thursday, 5 January 2017

PENYAKIT- PENYAKIT PADA KAMBING


1. PENYAKIT PINK EYE
     Pink Eye merupakan penyakit mata akut yang menular pada sapi, domba maupun kambing, biasanya bersifat epizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan kekeruhan mata.
Penyakit ini bisa menyerang kambing pada saat cuaca kurang baik serta adanya penurunan daya tahan tubuh kambing, biasanya mudah sekali terserang penyakit mata.

     Penyakit ini tidak sampai menimbulkan kematian, akan tetapi dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi peternak, karena akan menyebabkan kebutaan, penurunan berat badan dan biaya pengobatan yang mahal.

     Penyakitnya dinamakan radang selaput mata atau ping eye.
Mula-mula mata kambing terinfeksi oleh bakteri dan atau virus.
Infeksi itu bisa menyebabkan mata kambing berair, kemerahan pada bagian yang putih dan kelopaknya,lalu matanya bengkak dan lama kelamaan kornea matanya menjadi keruh atau tertutup lapisan putih.
Infeksi mata kambing seperti itu sering terjadi pada ternak yang mengalami perjalanan jauh.
Penyakit ini dapat menular.
Ternak yang sakit mata sebaiknya dipisahkan dari ternak yang masih sehat.
Masa inkubasi penyakit ini adalah 2-3 hari, tetapi dapat juga sampai 3 minggu.
Pada proses inkubasi itu, mata kambing bisa basah dan lebih sering tertutup.
Bulu mata sering melekat, akibatnya kambing akan sulit mengambil pakannya dengan baik.
Kondisi ini menyebabkan penurunan bobot badan dengan cepat.

     Penularan pink eye dapat terjadi melalui kontak dengan ternak terinfeksi, serangga (lalat), rumput dan percikan air yang tercemar.
Penyakit ini juga sering terjadi pada musim panas karena banyaknya debu dan meningkatnya populasi lalat
Musca autumnalis sebagai vektor. Perubahan cuaca yang mendadak, terlalu padatnya ternak dalam kandang juga dapat memicu terjadinya penyakit ini.

Etiologi
Pink Eye disebabkan oleh bakteri, virus, rikketsia maupun chlamydia, namun yang paling sering ditemukan adalah akibat bakteri Maraxella bovis.

Cara Penularan
Mikrorganisme penyebab ditularkan lewat kontak antara ternak peka dengan ternak penderita atau oleh serangga yang bisa memindahkan mikroorganisme atau bisa juga lewat iritasi debu atau sumber-sumber lain yang dapat menyebabkan goresan atau luka mata.

Gejala Klinis
Mata berair, kemerahan pada bagian mata yang putih dan kelopaknya, bengkak pada kelopak mata dan cenderung menjulingkan mata untuk menghindari sinar matahari.
Selanjutnya selaput bening mata/kornea menjadi keruh dan pembuluh darah tampak menyilanginya. Kadang-kadang terjadi borok atau lubang pada selaput bening mata.
Borok dapat pecah dan mengakibatkan kebutaan. Mata akan sembuh dalam waktu 1–4 minggu, tergantung kepada penyebabnya dan keganasan penyakitnya.

Pengobatan
Suntikan antibiotik, seperti tetracyclin atau tylosin dan penggunaan salep mata dapat membantu kesembuhan penyakit.
Menempatkan ternak pada tempat yang teduh atau menempelkan kain di mata dapat mengurangi rasa sakit mata akibat silaunya matahari. Salep mata atau larutan yang mengandung antibiotika seperti chloramphenicol, oxytetracycline dan campuran penicilin-streptomycin.
Bisa juga dioleskan salep terramycin 0,1%.
Biasanya mata kambing akan sembuh dalam 1-2 minggu.

Pengobatan Traditional :
Untuk pengobatan sementara dan pertama yang dilakukan dengan daun sirih, garam dan air panas.

Sedangkan cara pembuatan obatnya cukup mengambil 3 lembar daun sirih, kemudian dituangkan air panas kedalam gelas yang di campur oleh garam.

Setelah air garam bercampur daun sirih tersebut agak dingin kita kompreskan ke bagian mata kambing etawa yang terjangkit penyakit tersebut lakukan 1 kali sehari selama 2 hari .

Pencegahan
Memisahkan ternak yang sakit dari ternak-ternak sehat merupakan cara terbaik untuk pencegahan terhadap pinx eye. Tidak tersedia vaksin untuk penyakit ini.

2. CACINGAN
 Penyebab : 
     Bermacam-macam cacing terjadi karena kandang yang kotor atau padang pengembalaan yang kotor.
Cacing yang banyak menimbulkan kerugian pada kambing adalah cacing Haemonchus contortusi.
Cacing ini hidup sebagai parasit di pencernaan kambing menghisap sari makanan, cairan tubuh dan darah, serta mengeluarkan racun yang mengakibatkan kambing menjadi lemah dan lesu.
Biasanya anak kambing berumur 3-4 bulan yang terserang penyakit ini bisa menjadi kurus, bahkan mengalami kematian.

     Gejalanya yaitu kambing susah buang kotoran, kotoran yang keluar pada awalnya keras lalu lunak dan akhirnya mencret, akibatnya bulu dekat anus menjadi kotor oleh kotoran mencret.
Selain itu, perut kambing terlihat besar, bulunya kasar (tidak mengilap), dan terlihat lesu.

     Pencegahan penyakit cacingan dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang dan menggembalakan kambing pada siang hari agar tidak ada lagi telur cacing yang menempel di rumput.
Seluruh kambing diberi obat cacing, terutama bila ada kambing yang terserang cacingan.
Untuk obat cacing yang biasa digunakan antara lain cetarin concurat, wormex powder, atau pheno plus dosis 5-10 g/ekor,

Pengobatan Jamu :
Buah pinang/jambe tua sebanyak 2 buah yang sudah dijemur hingga kering dan ditumbuk halus lalu diaduk dengan gula jawa dan dibentuk pellet/butiran.
Pemberian ini diberikan dengan cara dicekokkan.

Daun tembakau 5 lembar dilumatkan, lalu dicampur air secukupnya dan disaring.
Air saringannya diminumkan pada ternak yang sakit Serbuk getah papaya muda dicampur air dengan perbandingan 1:5 hingga terbentuk suspensi.
Suspensi getah papaya ini diminumkan atau dicekokkan dengan menggunakan selang agar langsung masuk ke dalam perut.

Pemberian sebanyak 1,2 gr/Kg berat badan.
Tepung buah pinang dicampur dengan nasi hangat dikepal-kepal kemudian dipaksakan untuk dimakan ternak.
Ternak dianjurkan untuk dipuasakan terlebih dahulu.
Daun kelor yang tua dibakar, kemudian debunya dicampur air dan diminumkan.
Pengobatan diulangi satu minggu kemudian.

Pencegahan :
- Kandang dibuat panggung dan bersih.
- Pengaritan rumput setelah panas yaitu pada jam 12.00-15.00 atau pengembalaan ternak pada siang hari
   jam 10.00-15.00.
 
3. MENCRET/DIARE
Gejala Klinis :
Merupakan gejala penyakit pada perut.

Feses lembek sampai cair, kadang-kadang berdarah atau ada zat lain yang menyertai (sel usus, cacing, dll).

Penyebab :
 Mencret terjadi karena adanya gangguan pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh bakteri, makanan rusak, serta lingkungan atau udara dingin.

Secara garis besar ada 3, yaitu : bakteri, parasit internal (cacing, protozoa), dan kesalahan makan atau cuaca (non infeksi).

Bakteri
Terjadi pada anak baru dilahirkan karena terlambat pemberian kolostrum (> 8 jam) sehingga anak kurang mampu menyerap zat kebal dari induk, akibatnya pertumbuhan bakteri E. coli lebih cepat dibanding bakteri Lactobacillus yang menguntungkan, mencret akibat infeksi E. Coli.

Parasit Internal
Menyerang anak di bawah 2 bulan karena pemberian pakan yang mengandung parasit dan kandang yang kotor.

Non Infeksi
Karena kandang kotor, lembab dan pemberian pakan dengan serat kasar tinggi atau perubahan pakan.

Pengobatan dan Pencegahan
- Antibiotika yang tepat untuk akibat bakteri.
- Mengusahakan pemberian kolostrum secepat mungkin (1/2 jam setelah lahir).
- Selalu memberi obat cacing secara rutin, manajemen pakan.
- Berikan larutan oralit, larutkan 2 sendok makan garam + 2 sendok makan gula dalam 2,5 Liter air dingin yang sudah dimasak.

Tanda Klinis
Feses atau kotoran kambing berwarna hijau muda, hijau mengkilap, hijau kekuningan, hijau kemerahan atau hijau kehitaman.
Ternak tampak lesu, lemah dan pucat.

Pencegahan
Hindari hijauan kacang-kacangan atau daun muda secara berlebihan.
Jaga sanitasi kandang.
 
Pengobatan Jamu
1. Kambing sakit diberi larutan garam 10 gr dan gula pasir 10 gr dan air matang 2,5 Liter.
2. Ternak sakit diberi larutan oralit atau norit sebanyak 3 tablet.
3. Air kelapa muda diminumkan secukupnya.
4. Daun jambu biji 5 lembar dilumatkan bersama garam dapur dan diberikan pada kambing.
5. Ternak lebih banyak diberi hijauan daun jambu biji, daun bambu muda dan daun buni.

 4. BELATUNGAN (MYASIS)
 Penyebab
Luka daerah yang berdarah diinfeksi oleh lalat sehingga lalat berkembang
biak (bertelur) dan menghasilkan larva belatung.

Tanda-tanda
- Adanya belatung yang bergerak-gerak pada bagian yang luka
- Bila belatungan pada kaki/teracak maka ternak terlihat pincang.

Pengobatan
- Bersihkan luka dari belatung, kemudian obati dengan gerusan kamper/kapur barus atau tembakau.
- Luka dibungkus dengan kain/perban untuk melindungi dari terjadinya luka baru atau kotoran.
- Pada hari berikutnya luka dibersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus kembali. Biasanya dua atau tiga kali pengobatan sudah sembuh.
- Bila belatung sudah terbasmi, pemberian yodium tinctur dapat dipakai untuk mempercepat pertumbuhan.
 
5. BLOAT, TYMPANI (KEMBUNG)
 Gejala Klinis
a. Sakit, diam dan tidak mau makan, sulit bernafas.
b. Sisi perut kiri mengembung/menonjol, jika ditepuk bersuara seperti drum.
c. Gerakan rumen berlangsung terus sampai bagian dalam dari mulut dan daerah sekitar mata menjadi biru, 
     kekurangan oksigen, mendekati kematian.

Penyebab
a. Ketidakmampuan menghilangkan gas yang dihasilkan rumen.
b. Gas, murni atau tercampur makanan (lambung berbuih/frothy bloat).
c. Disebabkan oleh pemberian buah polongan/legumes (kaliandra, cebreng) dan sedikit padi-padian (jagung, 
     kedelai).
d. Terlalu banyak konsentrat yang mengandung pati.
e. Setiap makanan bisa menyebabkan bloat jika hewan tidak bisa menyerdawa gas karena menyumbat 
    kerongkongan/oesophagus oleh makanan, buih/benda asing.
f. Kematian, kemampuan pertukaran oksigen dalam darah menurun 

Pengobatan dan Pencegahan
- Paksakan hewan berdiri atau berjalan
- Kambing dicekok 200 cc “Sprite/soda”, lalu perut yang kembung sebelah kiri dibalur dengan bawang 
   merah halus dan sudah dicampur dengan minyak angin.
   Bila angin sudah keluar melalui anus, kedua kaki depan diangkat ke atas sambil sisi perut dijepit dengan 
   kaki kita.
   Mulut kambing harus selalu terbuka, dengan cara mulut kambing disumbat dengan kayu/paralon secara 
   melintang dan usahakan kambing tetap berdiri.
    Dengan cara ini semua timbunan gas dalam perut akan keluar.
 - Ikatkan kayu/tali dalam mulut agar mengunyah, merangsang pengeluaran liur dan membantu mengurangi 
    kembung
- Jika dalam kondisi kritis, masukkan selang karet lewat kerongkongan sampai lambung (berdiameter
   1-2 cm)
-  Tuangkan/pompakan 100-200 ml (1-1,5 cangkkir) minyak mineral/nabati melalui selang karet.
- Poloxalone 10 mg/Kg per oral dapat mengurangi gas berbuih.
- Terakhir, jarum besar, trocar, cannula ditusukkan pada bagian tubuh sebelah kiri.
   (hati-hati karena 60-80% hewan yang ditusuk mati karena infeksi)
 
6. ACIDOSIS (ASAM BERLEBIH DALAM DARAH)
 Gejala Klinis
 - Kembung perut (bloat), tidak mau makan, mencret berat, dehidrasi.
 - Sakit, gigi bekertak.
 - Gerakan rumen berhenti dan rumen terasa berair.
 - Hewan lemah, goyah dan tidak mampu berdiri.
 - Tidak diobati, mati dalam waktu 1 – 2 hari.

Penyebab 
- Kebanyakan makan pakan yang mudah dicerna denga kadar pati dan gula tinggi (padi-padian, sayuran, 
   buah-buahan dan hasil ikutannya).
- pH rumen menjadi asam (< 5).

Pengobatan dan Pencegahan
- Minyak nabati (sayur), campuran arang dengan sodium bicarbonat.
- Pencahar ringan, membersihkan rumen.
   Magnesium sulfat (garam epson 15-30 gr dicampur dalam 100-200 ml air), susu magnesia 45-60 ml.
- Jangan memberi makanan buangan sayur-mayur dan buah-buahan yang basah.
- Rumput muda dan basah, dijemur atau dicacah.

7. SCABIES (KUDIS)
Penyakit scabies adalah gangguan pada permukaan kulit akibat infestasi parasit eksternal (kutu).
Penyakit ini sering juga disebut kudisan karena menyebabkan kerusakan pada permukaan kulit.
Scabies sering mewabah pada kambing akibat cekaman misalnya.
Wabah disuatu kelompok ternak dapat juga terjadi apabila ada migrasi ternak dari luar yang telah terinfeksi skabies

Penyebab
- Parasit yang terdapat pada kotoran yang terjadi karena kandang kotor dan ternak tidak pernah
   dimandikan.
- Pakan yang kurang baik jumlah maupun kualitas, kelembaban dan kepadatan kandang yang tinggi

Tanda- tanda
- Kerak-kerak pada permukaan kulit.
- Ternak selalu menggesekan bagian kulit yang terserang kudis.
- Kerontokan bulu, kulit menjadi tebal dan kaku.
- Bagian muka dan mulut yang berwarna kemerahan atau mengering (pada kasus berat).

Pengobatan
- Penanganan skabies paling efektif pada kasus yang berat adalah dengan penyuntikan ivomex dibawah kulit
   (subcutan)

- Cukur bulu sekitar daerah terserang, mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, kemudian jemur 
   sampai kering.
   
- Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan :

1. Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan pada
    kulit yang sakit.
2. Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit.
3. Kamper / kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit.

Pencegahan
- Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang sehat.
- Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis
- Mandikan ternak dua minggu sekali.
- Bersihkan kandang seminggu sekali.

8. ORF/ ECTHYMA CONTAGIOSA
ETIOLOGI
Orf atau keropeng/puru/dakangan adalah penyakit viral yang sangat infeksius pada domba dan kambing, disebabkan oleh virus golongan cacar, ditandai dengan terbentuknya papula, vesicula, pustula dan keropeng pada daerah moncong, bibir, lubang hidung, kelopak mata, putting susu, ambing, tungkai, perianal, dan selaput lendir di rongga mulut

Penyakit ini tersebar diseluruh dunia. Umumnya orf menyerang domba dan kambing muda setelah disapih, tetapi kadang-kadang juga menyerang hewan dewasa.
Orf juga dapat menular ke manusia, memperlihatkan lesi kulit yang berbentuk bulat disertai gatal.

Orf disebabkan oleh virus Parapox, famili Poxviridae, genus Parapoxvirus. Virus orf berukuran relatif besar 300 – 450 nm x 170 – 260 nm, berbentuk avoid.
Apabila diperiksa di bawah mikroskop elektron transmisi dengan pewarnaan negatif menggunakan phosphotungtic acid (PTA), maka akan terlihat garis-garis seperti permukaan buah nenas.
Mengingat morfologi dibawah mikroskop elektron yang cukup menciri, pemeriksaan dengan alat ini mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.

Dibanding dengan virus pada umumnya, virus orf amat tahan terhadap pengaruh suhu lingkungan sehingga tetap infektif dalam waktu relatif lama diluar tubuh hewan.
Virus ini sangat tahan terhadap kekeringan, dapat tinggal dalam suatu kandang pada suhu ruangan selama 15 tahun.

Penderita yang sembuh dari penyakit ini memiliki kekebalan yang disebabkan oleh terbentuknya antibodi yang bersifat protektif.
Antibodi dapat dikenali dengan uji Agar Gel Immuno Diffusion (AGID-T), CFT, dan uji serologik lainnya.

Patogenesis
Masa inkubasi dari penyakit ini berlangsung selama 2-3 hari.
Setelah virus memasuki mukosa kulit atau mulut, lalu mengadakan proliferasi, dan segera menyebabkan timbulnya lesi primer papulae dan vesikulae.
Vesikulae segera berubah jadi pustulae setelah terjadi reruntuhan jaringan dan sel-sel darah, hingga rongga diisi nanah.
Vesikulae dan pustulae yang pecah diikuti dengan pembentukan keropeng berwarna abu-abu, berupa masa yang agak kuat terbentuk sekitar 11 hari kemudian.

Gejala
Lesi kulit terbentuk disekitar mulut dan hidung berupa papula, vesikulae, pustulae, radang basah, disertai bentukan keropeng ynag berukuran bervariasi sampai dengan 5 mm, dan menyembul dari permukaan kulit setinggi 2-4 mm.
Bagian kulit yang menderita kalau tertekan terasa sakit, hal ini menyebabkan menurunnya nafsu makan.
Kulit jadi menebal karena adanya granulasi jaringan.
Lesi juga dapat ditemukan pada daerah pipi.
Oedem yang terjadi juga menyebabkan regangan kulit, hingga kadang terbentuk luka iris (fisurae).

Kesembuhan pada penyakit yang tidak berat terjadi dalam waktu lebih kurang 3 minggu, ditandai dengan hilangnya keropeng dari daerah sekitar mulut.

Pada manusia yang tertular biasanya ditemukan pada tangan, jari dan bahu. Hanya kadang-kadang ditemukan pada muka dan bagian lain dari tubuh. Lesi mula-mula berbentuk mukula atau papula berwarna merah pada tempat kontak.
Beberapa hari kemudian lesi tersebut berubah menjadi vesikel di beberapa tempat dikelilingi oleh peradangan dan pembengkakan pada kulit.
Pada 2 minggu berikutnya permukaan lesi menjadi berwarna putih dan basah, kemudian membentuk kerak-kerak dan pada bagian dasar terbentuk ulkus.
Ulkus akan sembuh dalam waktu 4-6 minggu dan meninggalkan sedikit atau tanpa jaringan parut dapat pula ditemukan sedikit pembengkakan kelenjar limfe regional.

Pengendalian Penyakit
Penanggulangan orf biasanya dengan pencegahan melalui vaksinasi terutama pada daerah endemis dan dilaksanakan secara regular.
Pemberian salep pelunak dapat membantu agar kambing tetap dapat makan dan minum.
Pakan yang bergizi tinggi sangat diperlukan untuk mempercepat terjadinya kesembuhan.
Apabila keropeng terkelupas menjadi luka baru maka perlu diolesi dengan obat lokal, seperti salep penisilin yang dicampur dengan minyak kelapa.
Pemberian antibiotika secara suntik dibutuhkan jika suhu tubuh ternak menjadi tinggi.
Tindakan ini juga ditujukan untuk menghilangkan infeksi sekunder oleh bakteri.
Ternak-ternak di daerah tertular seharusnya divaksinasi tetapi vaksinasi ternak di daerah bebas tidak dianjurkan.
Ternak yang akan didatangkan ke daerah belum tertular harus telah divaksinasi orf.
Pengobatan hanya ditujukan untuk mencegah infeksi sekunder dengan memberikan salep antibiotika seperti eritromisin dan oksitetrasiklin.

Pada awal wabah orf penderita diupayakan diisolasi, dan yang sehat divaksin.
Aplikasi vaksin dilakukan secara skarifikasi pada bagian tubuh yang mempunyai sedikit bulu, seperti medial paha atau medial daun telinga. Di daerah yang sering timbul wabah, vaksinasi anak domba dan kambing pada umur 6-8 mingga dianjurkan. Vaksin dibuat dengan jalan membuat suspensi keropeng dalam glycerol-saline, dan dioleskan atau diskarifikasi pada kulit paha sebelah dalam.
Dapat juga vaksin digosokkan kedalam telinga dengan sepotong es yang dicelupkan kedalam vaksin.

Biasanya vaksinasi efektif untuk sedikitnya 2 tahun.
Dalam 1 minggu pasca vaksinasi harus terjadi reaksi lokal ditempat yang divaksin.
Bila tidak ada reaksi mungkin hal tersebut disebabkan karena vaksin yang digunakan tidak cukup paten.
Vaksin komersial dipersipkan melalui pelemahan virus dalam biakan sel.

Masa inkubasi berlangsung 2-3 hari. Virus memasuki mukosa kulit atau mulut, lalu mengadakan proliverasi dan menyebabkan timbulnya lesi primer papulae dan vesikulae.
Vesikulae segera berubah jadi pustulae setelah terjadi reruntuhan jaringan dan sel-sel darah, sehingga rongga diisi nanah.
Vesikulae dan pustula yang pecah diikuti denagn pembentukan keropeng berwarna abu-abu. Bagian kulit yang menderita kalau ditekan terasa sakit, hal ini menyebabkan menurunnya nafsu makan.
Kulit jadi menebal karena adanya granulasi jaringan.
Oedema yang terjadi juga menyebabkan regangan kulit, hingga kadang terbentuk luka iris (fisura)

Pengobatan khusus terhadap penyakit orf belum ada.
Tetapi untuk tindakan pencegahan infeksi sekunder dapat dilakukan :
- Bersihkan dengan alkohol.
- Keropeng dibersihkan hingga bersih.
- Beri Iodium Tincture dan metylen Blue.
- Injeksi dengan antibiotic.

9. PNEUMONIA
 Penyakit pneumonia biasanya banyak menyerang hewan ternak kambing domba pada pergantian musim.
Agen penyebab pneumonia bermacam-macam seperti bakteri, virus dan parasit (Cacing Paru-Paru).
Organisme penyebab pneumonia terdapat disekitar lingkungan hidup domba kambing yang lembab, kotor dan berventilasi kurang baik.

Penyakit ini ditandai dengan gejala demam, keluar ingus dari hidung, batuk-batuk dan gangguan pernafasan (Nafas Dangkal atau Berat).
Pada keadaan parah di mana hewan tidak bergerak karena paru-paru dalam keadaan sakit.
Pengendalian penyakit ini pastinya dapat dihindari dengan menjaga kondisi kandang agar tidak lembap dan kotor.
Kemudian sebagai pengobatan maka dapat diberikan antibiotika.
 
Pneumonia yang disebabkan oleh virus pada hewan biasanya bersifat akut.
Pada kultur paru-paru hewan yang sudah mati disebabkan pneumonia sering dijumpai adanya bakteri Corynobacterium pyogenes, hemolytic staphylococci dan Pseudomonas aeruginosa.
Pada awalnya radang paru-paru (pneumonia) didahului gejala hiperemi pulmonum, diikuti dyspnoe, frekuensi nafas 40-80 kali permenit, tipe nafas bersifat abdominal, napasnya mula-mula dangkal kemudian dalam, batuk, setelah berlangsung beberapa hari muncul leleran pada hidung, pulsus 60-90 kali per menit, demam (suhu 42ºC) kenaikan suhu tubuh ini sejalan dengan reaksi tubuh dalm memobilisasi sel-sel darah putih dan berlangsungnya seperti antigen-antibodi.
Pada inspeksi terkadang tercium bau abnprmal dari pernapasan penderita. Bau busuk (halitosis, foxtor ex ero) dapat berasal dari runtuhan sel atau dari produk bakteri penyebab pneumonia.
Bau busuk selalu ditemukan pada radang paru-paru yang disertai ganggren.

Pada auskultasi daerah paru-paru akan terdengar berbagai suara abnormal.
Terdengar suara bronchial (rhonci basah) yang seharusnya suara vesicular disebabkan alveoli terisi cairan radang. Pada pemeriksaan perkusi pada daerah paru-paru tidak ditemukan adanya perubahan pada batas-batas daerah perkusi.
Suara resonansi yang dihasilkan bervariasi mulai dari agak pekak pada daerah yang mengalami hiperemi sampai pekak total pada daerah yang mengalami hepatisasi.
Pemeriksaan makroskopis pada paru-paru tampak perubahan warna mulai yang dari kemerahan sampai menjadi abu-abu dan kuning bahkan terjadi hepatisasi merah, konsistensinya berubah menjadi seperti hati yang elastis bahkan mengalami kerapuhan.
Pada pengirisan paru-paru ditemukan adanya eksudat mulai dari serous sampai mukopurulen, jaringan parenkim tampakmengalami kongesti dan hepatisasi.
Pada uji apung akan melayang atau tenggelam, dan ditemukan inklusi bodi pada pneumonia yang disebabkan virus.

Penyakit Pneumonia
· Penyakit ini berkaitan dengan sistem tatalaksana yang buruk.

· Penyebab
Kandang yang lembab, ventilasi kurang mendukung pertukaran udara, polusi di lingkungan kandang, dan banyak angin kencang yang masuk ke dalam kandang.

· Usia
Semua usia kambing

· Gejala
Nafsu makan berkurang, ternak terlihat kurus dan lemah, batuk-batuk dan sulit bernafas, demam dengan suhu tubuh yang meninggi.

· Pencegahan
Melaksanakan tatalaksana kandang dengan baik, hindarkan kambing terkena angin keras secara langsung dalam kandang.

· Pengobatan
Dapat diberikan obat-obatan Antibiotika lewat air minum.

10.MASTITIS
Penyakit mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi baktei akibat sanitasi/kebersihan yang kurang baik.
Penyakit ini ditandai oleh pembengkakan ambing yang biasanya disebabkan oleh kontaminasi bakteri.

Gejala terserang mastitis adalah demam/temperature tubuh meningkat, ternak kelihatan kesakitan bila ambing disentuh dan putting membengkak. Ambing yang terinfeksi terasa dingin dan berubah warna dari warna normal pink menjadi kemerahan atau menghitam.
Warna air susu kemerahan/kuning/kehijauan, sangat kental.

Pengobatan dapat dilakukan dengan suntikan antibiotik pada ambing (intramammary).
Sebelum disuntik putting diperas dengan lembut untuk mengeluarkan air susu, lalu disuntik dengan antibiotik pada putting.
Antibiotik untuk mengobati mastitis beredar dipasar, salah satunya adalah terrexin.
Tergantung antibiotic yang digunakan, penyuntikan dilakukan setiap hari selama 3-4 hari.
Untuk mengurangi rasa sakit basuh ambing dengan air hangat 2-3 x dalam sehari.
Penyakit mastitis dapat menyebar sehingga perlu segera ditangani.
Pencegahan mastitis dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang.

11. KERACUNAN TANAMAN
 Penyebab
- Ternak memakan rumput-rumputan atau daun-daunan yang mengandung zat racun.

Tanda-tanda
 - Mati mendadak, mulut berbusa, kebiruan pada selaput lendir, pengelupasan kulit/eksim atau terjadi 
    pendarahan.

Pengobatan
- Cekok ternak dengan air kelapa muda.
 
Pencegahan
- Tidak memberikan tanaman beracun atau menggembalakan ternak di daerah yang banyak tumbuh tanaman yang mengandung racun.

Keracunan disebabkan  kambing mengkonsumsi pakan hijauan yang mengandung racun.
Gejalanya, kambing mengalami kejang-kejang, mulut berbusa, selaput lendir mata berwarna kebiru-biruan, dan kotoran bercampur darah.
Pada kondisi yang parah bisa menyebabkan kematian yang mendadak.

Pada kasus keracunan yang diketahui secara dini, pemberian tablet norit atau air kelapa muda bisa menyelamatkan kambing dari kematian.
Namun jika sudah akut, kambing sulit tertolong.
Pencegahan dilakukan dengan cara tidak memberikan hijauan yang mengandung racun, seperti daun singkong segar, dan hijauan yang masih muda.
Selain itu, harap diperhatikan tempat dimana kambing digembalakan, jangan sampai ada tanaman beracun yang bisa termakan oleh kambing.
Daun singkong dan hijauan lain dapat diberikan jika dilakukan pendiaman terlebih dahulu selama 3-4 jam.


Semoga bermanfaat...

No comments:

Post a Comment